Kans Ukir Sejarah Besar
Indonesia memiliki 8 wakil atlet di final pencak silat kategori tarung dan 12 atlet di enam nomor seni. Ini membuka peluang Indonesia melampaui target meraih tiga medali emas.
JAKARTA, KOMPAS Indonesia berpeluang meraih 14 medali emas di cabang pencak silat yang akan memasuki babak final, Senin (27/8/2018) ini dan Rabu (29/8). Ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk mengukir sejarah besar di Asian Games 2018 dan menjadikan pencak silat sebagai raja di negeri sendiri.
Pencak silat memang bukan cabang yang dimainkan di Olimpiade dan baru pertama kali dimainkan di Asian Games 2018 atas usulan tuan rumah Indonesia. Di Asian Games berikutnya, pencak silat belum tentu dipertandingkan.
Peluang perolehan 14 medali emas itu tersedia di delapan kelas pada kategori tarung putra dan putri serta enam nomor pada kategori seni putra dan putri. Pencak silat total menyediakan 16 medali emas, dan Indonesia hanya absen di dua laga final kategori tarung, yaitu kelas F putra dan kelas J putra.
Di kategori tanding itu, delapan tempat di final berhasil direbut para pesilat Indonesia setelah memenangi babak semifinal yang berlangsung di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Minggu (26/8).
Kedelapan atlet itu adalah Komang Harik Adi Putra (kelas E putra), Iqbal Candra Pratama (kelas D putra), Abdul Malik (kelas B putra), Wewey Wita (kelas B putri), Aji Bangkit Pamungkas (kelas I putra), Pipiet Kamelia (kelas D putri), Sarah Teria Monita (kelas C putri), dan Hanifan Yudani Kusumah (kelas C putra).
Pesilat Indonesia lainnya adalah Amri Rusdana, juga bertarung di laga semifinal kategori tanding kelas F putra, tetapi dikalahkan pesilat Malaysia, Mohamad Fauzi Khalid, dengan skor 2-3. Dengan kekalahan ini, Amri otomatis mendapat medali perunggu.
”Penyebab kekalahannya adalah faktor nonteknis. Kebetulan istri Amri (pada Minggu kemarin) melahirkan anak mereka di Surabaya. Pikirannya sedikit terganggu,” kata pelatih fisik tim pencak silat Indonesia, Fery Hendrarsin.
Sementara di kategori seni, ada 12 pesilat Indonesia yang akan bertarung di babak final pada enam nomor. Mereka adalah Puspa Arumsari (tunggal putri), Ayu Sidan Wilantari/Ni Made Dwiyanti (ganda putri), Pramudita Yuristya/Lutfi Nurhasanah/Gina Tri Lestari (regu putri), Sugianto (tunggal putra), Yola Primadona Jampil/Hendy (ganda putra), dan Nunu Nugraha/Asep Yuldan Sani/Anggi Faisal Mubarok (regu putra).
Manajer tim pencak silat Indonesia, Edhy Prabowo, mengatakan, peluang meraih banyak emas bisa diwujudkan karena para atlet mampu bermain lepas di semifinal. Hal itu menjadi modal untuk final nanti. ”Pesan negara kepada kami adalah untuk mencari emas sebanyak-banyaknya. Kami akan lakukan itu,” ujarnya.
Adapun pemerintah menetapkan target medali emas dari cabang pencak silat sebanyak tiga medali (Kompas, 31 Juli 2018). Dengan melihat posisi Indonesia di final, target itu pun berpeluang besar dapat terlampaui. Indonesia bahkan bisa menjadi juara umum di cabang pencak silat.
Pemerintah tidak mematok target yang terlalu tinggi karena prestasi Indonesia di tingkat Asia Tenggara pun tidak terlalu baik. Pada SEA Games 2015, Indonesia hanya meraih tiga emas, tiga perak, dan lima perunggu, sedangkan Vietnam meraih tiga emas, lima perak, dan dua perunggu. Sementara pada SEA Games 2017, Indonesia hanya meraih dua emas, empat perak, dan 9 perunggu, sedangkan Malaysia sebagai tuan rumah meraih 10 emas.
Lawan lama
Di Asian Games kali ini, para pesilat Indonesia merasa optimistis bisa meraih hasil yang lebih baik. Salah satu alasannya adalah calon lawan di final nanti rata-rata merupakan lawan yang sudah sering dihadapi. Dengan demikian, mereka sudah mengetahui kelemahan dan kekuatan calon lawan.
”Semua lawan yang saya hadapi (sebelum sampai ke final) adalah lawan-lawan yang pernah saya temui di SEA Games,” kata Wewey. Pada laga final, Senin ini, Wewey akan melawan pesilat Vietnam, Thi Trem Tran. Pada SEA Games 2017, Wewey meraih emas di kelas B putri mengalahkan Thi Trem Tran.
Abdul Malik juga mengaku telah sering bertemu calon lawannya di final nanti, yaitu pesilat Malaysia, Muhammad Faizul M Nasir. ”Saya sudah ketemu dia dua kali di ajang uji coba dan kejuaraan di Belgia,” katanya.
Wewey dan Abdul menyadari bahwa laga final nanti menyimpan beban yang sangat tinggi. Namun, mereka berusaha untuk tetap fokus dan bermain sesuai dengan karakter mereka selama ini. Sebelum final, mereka pun berusaha menjaga pikiran tetap rileks.
”Apa pun yang terjadi, saya berusaha jangan sampai terbawa emosi dan mengikuti permainan lawan,” kata Abdul. Ia juga berharap arena tetap dipadati para pendukung seperti kemarin. Dukungan dari masyarakat sangat membantunya untuk tambah bersemangat. (DEN)