Delapan keping emas sudah dipersembahkan atlet-atlet nasional pencak silat di Asian Games 2018. Semuanya didapat dari kerja keras yang dibangun sejak lama.
JAKARTA, KOMPAS Tim nasional pencak silat memborong semua emas dari delapan laga final Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat, TMII, Jakarta, Senin (27/8/2018). Mereka kini tengah menyiapkan kejutan di laga final hari kedua dengan merebut enam medali emas, Rabu (29/8).
Tim pencak silat Indonesia mendominasi tiga nomor di kategori seni dan lima kelas pada kategori tanding. Pada kategori seni, emas diraih Puspa Arumsari di nomor tunggal putri, Yola Primadona Jampil dan Hendy (ganda putra), serta Nunu Nugraha, Asep Yuldan Sani, dan Anggi Faisal Mubarok (regu putra).
Di kategori tanding, emas direbut Aji Bangkit Pamungkas di kelas I putra dan Komang Harik Adi Putra (E putra), Iqbal Candra Pratama (D putra), Abdul Malik di (B putra), dan Sarah Tria Monita (C putri).
Hasil delapan emas ini pun sudah melampaui separuh dari target yang dipatok pemerintah. Pencak silat masih berpeluang menambah enam medali emas pada Rabu nanti.
”Saya optimistis masih bisa meraih semua emas di kategori seni karena itu memang target kita,” kata pelatih pencak silat Indonesia kategori seni, Tulus Priyadi, Senin.
Rabu nanti, Indonesia akan menurunkan Sugianto di tunggal putra, Ayu Sidan Wilantari dan Ni Made Dwiyanti (ganda putri), dan Pramudita Yursitya, Lutfi Nurhasanah, dan Gina Tri Lestari (regu putri).
Adapun di kategori tanding akan ada tiga pesilat yang akan bertarung, yaitu Pipiet Kamelia (D putri), Hanifan Yudani Kusumah (C putra), dan Wewey Wita (B putri). Ketiga pesilat andalan Indonesia itu akan melawan pesilat Vietnam.
Totalitas tim
Tulus mengatakan kesuksesan tim pencak silat merupakan hasil dari latihan keras dan totalitas tim. Salah satu contohnya adalah menyiapkan jurus baru bagi pasangan Yola-Hendy.
Hasilnya mereka mampu membuat para juri dan penonton terpukau saat keduanya memainkan senjata. Mereka pun mendapatkan nilai 580. Sedangkan Vietnam yang mendapat perak hanya memperoleh nilai 562.
Di kategori tanding, pesilat Indonesia yang baru berumur 19 tahun, Aji Bangkit Pamungkas, juga membuat kejutan dengan mengalahkan pesilat Singapura, Sheik Ferdous Sheik Alauddin dengan skor 5-0.
Iqbal yang awalnya diprediksi hanya mendapat perak ternyata tampil mengejutkan. Dia menundukkan pesilat Vietnam, Ngoc Toan Nguyen.
”Pencapaian ini merupakan hasil dari proses panjang yang kami lakukan,” ujar manajer tim pencak silat Indonesia, Edhy Prabowo.
Dia mengatakan, para atlet tidak libur latihan sejak SEA Games Singapura 2015. Mereka kembali mengikuti seleksi nasional, kejuaraan nasional, kejuaraan dunia dan SEA Games 2017.
Selain seleksi pemain, pemilihan pelatih juga dilakukan berkali-kali. Pelatih yang direkrut, kata Edhy, adalah para juara baik di tingkat Asia Tenggara maupun dunia.
Protes Malaysia
Pesta emas yang didapatkan Indonesia beriringan dengan protes dari Malaysia. Protes bermula dari ketidakpuasan atas keputusan juri dalam laga final tanding kelas E antara Komang Harik Adi Putra (Indonesia) dan Mohd Al Jufferi Jamari (Malaysia). Komang dinyatakan menang atas Jamari dengan skor 4-1.
Akan tetapi, Jamari mundur dari laga pada 2 detik terakhir babak ketiga.
”Saya merasa menguasai laga, banyak menendang, tetapi dua juri tidak kunjung memberikan tambahan poin,” kata Jamari. (DEN/KYR)