JAKARTA, KOMPAS - Tak ada waktu istirahat bagi tim angkat besi Indonesia. Setelah Asian Games 2018, atlet angkat besi langsung menjalani pemusatan latihan nasional. Mereka bakal tampil di kejuaraan dunia, yang juga ajang kualifikasi Olimpiade 2020, di Ashgabat, Turkmenistan, 1-10 November 2018.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Binaraga, dan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PB PABBSI) Alamsyah Wijaya mengatakan, perubahan aturan Federasi Angkat Besi Internasional pada Olimpiade Tokyo 2020 berdampak cukup signifikan untuk tim Indonesia.
”Oleh karena itu, persiapan untuk menembus Olimpiade 2020 harus dilakukan sejak sekarang,” kata Alamsyah di Jakarta, Rabu (28/8/2018).
Perubahan paling nyata adalah tidak ada lagi kualifikasi tim, tetapi menjadi kualifikasi individu. Setiap lifter harus mengikuti minimal enam kejuaraan internasional dalam waktu 18 bulan. Atlet harus mengikuti setidaknya satu kompetisi dalam setiap periode kualifikasi, yang terdiri dari 1 November 2018-30 April 2019, 1 Mei-1 Oktober 2019, dan 1 November 2019-30 April 2020. Poin pada setiap hasil perlombaan, termasuk pada kejuaraan dunia dan kejuaraan Asia, nantinya akan diakumulasi.
Untuk tiket Olimpiade, lifter Indonesia harus menembus peringkat lima Asia atau delapan besar dunia. Selain itu, ada perubahan kelas pada Olimpiade. Rio de Janeiro 2016 menggelar delapan kelas putra dan tujuh putri, sedangkan di Tokyo 2020 ada tujuh kelas putra dan tujuh putri.
”Kita tidak bisa memberangkatkan banyak atlet ke kejuaraan dunia dan kejuaraan Asia karena ini bukan kualifikasi tim. Lebih baik fokus pada sedikit atlet, tetapi betul-betul memastikan lifter tersebut lolos kualifikasi,” tutur Alamsyah.
Lifter kelas 69 kilogram, Deni, mengatakan, tim angkat besi Indonesia tidak bisa beristirahat mengingat kejuaraan dunia akan segera berlangsung. ”Kalau tidak berlatih sekarang, kapan lagi,” katanya.
Tuntutan untuk masuk dalam peringkat lima Asia atau delapan dunia, menurut Deni, cukup berat. Sejak sekarang, atlet dituntut untuk berkompetisi lebih baik di tingkat nasional, Asia, dan dunia.
Sebelumnya, Ketua Umum PB PABBSI Rosan P Roeslani mengatakan, pelatnas angkat besi tidak boleh terhenti karena tim ”Merah Putih” membidik medali emas Tokyo 2020. ”Bisa dibilang, ini pertama kalinya tim angkat besi menjalani pelatnas selama lima tahun tidak terputus sejak 2016-2020,” katanya.
Rosan mengatakan, keberhasilan tim angkat besi membawa pulang medali emas Asian Games melalui lifter Eko Yuli dan perak melalui Sri Wahyuni membuka jalan tradisi medali emas Olimpiade. (DNA)