PALEMBANG, KOMPAS Perlombaan final cabang dayung Asian Games 2018 pada Sabtu (1/9/2018) akan memperebutkan enam medali emas terakhir untuk nomor kano dan kayak. Indonesia diperkirakan bakal menambah satu medali dari nomor C1 putri 200 meter atas nama Riska Andriyani.
”Mudah-mudahan Riska dapat menyumbang medali. Harapan kita tentu saja yang terbaik,” kata Muhammad Suryadi, pelatih kano dan kayak Indonesia, Jumat (31/8/2018).
Pada penyisihan yang berlangsung di lintasan dayung Danau Jakabaring, Palembang, kemarin pagi, Riska finis di urutan pertama mengungguli pedayung Korea Utara, Ko Haeng Bok, dan atlet China, Sun Mengya, untuk mengamankan posisi di final. Di regu lainnya, atlet tangguh Rakhmatova Dilnoza dari Uzbekistan juga lolos ke final untuk menantang Riska.
Dari catatan waktu finis, Riska masih unggul 0,4 detik atas Rakhmatova. Riska juga lebih baik hampir 1 detik dari Sun. Namun, menurut Suryadi, pedayung China itu belum mengeluarkan kekuatan terbaiknya di penyisihan. Selain itu, muncul kuda hitam, yaitu atlet dari Korea Utara.
”Pertarungan akan berlangsung sangat ketat. Siapa pun masih bisa memenangi final,” kata Suryadi.
Pada Kamis sebelumnya, Riska, Sun, dan Rakhmatova bermain dalam kategori ganda (C2) 500 meter. Dalam duel itu, Sun yang berpasangan dengan Ma Yanan merebut medali emas. Perak oleh Rakhmatova/Nilufar dan perunggu diraih Riska dan Nur Meni.
Pada Sabtu ini, enam emas terakhir akan diperebutkan. Nomor yang dipertandingkan meliputi kayak tunggal (K1) 200 meter putra dan putri, C1 200 m putri, C2 200 m putra, K2 500 m putri dan K4 500 m putri.
Cabang dayung yang meliputi rowing, perahu naga, kano/kayak sprint, serta kano/kayak slalom menyediakan 36 medali emas. Sebanyak 16 medali emas diperebutkan oleh rowing, 4 emas untuk kano/kayak slalom, lima emas untuk perahu naga, dan sisanya untuk kano/kayak sprint.
Selain Riska, pedayung C2 putra juga berhasil melaju ke final secara langsung dari babak penyisihan. Namun, catatan waktu yang dibukukan pedayung C2, Anwar Tarra dan Marjuki, terbilang buruk dibandingkan dengan finalis lainnya.
Dalam klasemen umum, Anwar/Marjuki berada di posisi ke-4 dengan selisih waktu 3 detik dari pedayung unggulan satu sampai tiga, yaitu Uzbekistan, China, dan Kazakhstan. Tiga pedayung unggulan itu relatif memiliki kemampuan yang setara.
Indonesia masih meloloskan dua pedayung lainnya di final, yaitu Stavani Maysche Ibo (K1) 200 m putri dan Sutrisno (K1) 200 m putra. Namun, catatan waktu Ibo dan Sutrisno di semifinal masih sangat jauh dari finalis yang langsung lolos ke babak final. Dari lomba sejauh ini, hampir tidak ada atlet yang lolos ke final dari jalur semifinal dapat memenangkan medali emas.
Berdasarkan peraturan yang berlaku, tiga tim atau atlet terbaik dari babak penyisihan regu berhak langsung masuk ke final untuk merebut medali. Adapun sisanya dapat masuk ke final setelah melalui semifinal.
Apresiasi
Secara terpisah, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Basuki Hadimuljono mengapresiasi capaian dari pedayung nasional yang sejauh ini meraih 1 medali emas, 4 perak, dan 4 perunggu. Ia berharap para pedayung bisa memanfaatkan peluang terakhir untuk meraih medali emas guna memenuhi target dua medali emas.
”Kita sudah berupaya maksimal untuk memberikan yang terbaik. Kita sudah berlatih, menjalani try out. Ke depan mudah-mudahan lebih baik lagi (prestasinya), kita persiapkan juga untuk Olimpiade,” tutur Basuki yang juga Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Setelah perhelatan Asian Games 2018, PODSI berkomitmen melanjutkan pembinaan atlet dan pemusatan latihan nasional dayung memanfaatkan fasilitas yang ada. (SAH/NAD/WHY)