Jakarta, Kompas PSSI berterima kasih kepada Liga Kompas karena berkontribusi dalam menghasilkan para pemain tim nasional sepak bola U-19 dan U-16. Kontribusi itu turut membuat timnas U-16 menjuarai Piala AFF U-16, dua bulan lalu.
”PSSI tidak dapat bekerja sendiri dalam melakukan pembinaan usia muda. Kami harus didukung oleh semua pihak lain dalam membina para pemain remaja,” kata Joko Driyono, Wakil Ketua Umum PSSI, dalam pembukaan Liga Kompas Kacang Garuda U-14, Minggu (2/9/2018), di Stadion Ciracas, Jakarta Timur.
Menurut Joko, penyelenggaraan Liga Kompas Kacang Garuda (LKKG) membuat regenerasi pemain usia dini berjalan dengan baik. Regenerasi sangat penting untuk menyusun timnas usia muda pada masa depan.
Direktur Pelaksana Garudafood Fransiskus Johny, sebagai sponsor utama LKKG, mengatakan, pembinaan usia dini penting untuk membuat harum nama Indonesia pada masa depan. Oleh karena itu, Garudafood bekerja sama dengan Liga Kompas untuk melakukan pembinaan sepak bola usia dini.
”Indonesia memerlukan pemain sepak bola yang andal dan percaya diri. Keberhasilan tim Liga Kompas menjadi pemenang ketiga pada Piala Gothia 2018 membuktikan pembinaan pemain remaja di liga ini berhasil dengan baik,” kata Fransiskus.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, Liga Kompas tetap berkomitmen menggelar pembinaan usia muda demi menghasilkan para pemain nasional terbaik. Liga Kompas juga digelar untuk menjaga mimpi Indonesia dapat tampil di Piala Dunia pada masa mendatang.
Pekan pertama
Pada pelaksanaan pekan pertama LKKG musim 2018-2019, peserta secara umum masih memiliki kelemahan dalam menyusun serangan dan mengalami demam lapangan. Hal itu tampak dari penguasaan bola yang terkesan ragu-ragu serta sejumlah gol yang dihasilkan setiap tim belum tergolong ke dalam gol yang terskema secara baik.
Pada laga pembuka antara Sekolah Sepak Bola (SSB) Astam melawan Jakarta Football Academy (JFA), kedua tim sering kali kehilangan kontrol dan membuang bola ke luar garis lapangan saat mulai lepas kontrol.
Pelatih JFA, Winaryo, mengakui, kekurangan itu terjadi karena ada kegugupan dari pemain. Formasi 4-3-3 yang ditekankan Winaryo untuk membangun kerja sama dan serangan dari awal beberapa kali gagal disambut oleh pemain lini tengah.
Astam yang unggul 1-0 atas JFA juga beberapa kali gagal memanfaatkan peluang emas. Hal serupa juga terjadi pada laga ASIOP Apacinti melawan Bina Taruna Cibubur. (ECA/E19)