Dua cabang bela diri yang digelar pada Asian Games 2018, taekwondo dan karate, masing-masing menyumbangkan satu medali emas bagi kontingen Indonesia. Pencapaian itu memberi kebanggaan karena karate paceklik emas sejak dua windu dan taekwondo sejak empat windu yang lalu.
Medali emas cabang taekwondo dihasilkan pada nomor poomsae perseorangan putri melalui Defia Rosmaniar. Defia dan para atlet poomsae lainnya dilatih intensif di pelatnas sejak 2016. Namun, hanya Defia yang menghasilkan medali bagi Indonesia.
Di sisi lain, pada disiplin kyorugi atau pertarungan, latihan atlet nasional bervariasi. Ada yang sudah berlatih selama empat tahun di pelatnas, seperti Mariska Halinda. Ada yang sudah berlatih di pelatnas selama dua tahun, seperti Ibrahim Zarman dan Dhean Titania Fajrin, dan sebagian besar baru berlatih setahun.
Pada Asian Games Hangzhou 2022, disiplin poomsae akan kembali diperlombakan. Pengurus Besar Taekwondo Indonesia perlu segera menyiapkan atletnya. Atlet yang sudah senior dan sulit berkembang perlu diganti dengan atlet yunior yang berpotensi. Untuk memperagakan jurus new poomsae yang sekarang sedang gencar dikampanyekan, diperlukan atlet yang memiliki keseimbangan, stamina, kelincahan, dan kekuatan yang prima.
Namun, untuk Olimpiade Tokyo 2020, disiplin poomsae tidak akan digelar. Taekwondo hanya mempertandingkan disiplin kyorugi. Padahal, atlet kyorugi Indonesia tidak ada yang menghasilkan medali di Asian Games 2018. Jika ingin meraih medali pada Olimpiade 2020, PBTI bisa mulai fokus mematangkan dua hingga empat atlet saja supaya anggaran efektif.
”Atlet Indonesia memerlukan lebih banyak pertandingan internasional untuk mematangkan strategi dan mental mereka. Teknik mereka juga akan semakin berkembang jika semakin banyak bertanding, bukan hanya banyak berlatih. Semua itu harus dimulai sekarang jika ingin berprestasi pada Olimpiade 2020, Asian Games 2022, dan Olimpiade 2024,” kata pelatih tim taekwondo Indonesia asal Korea Selatan, Sun Jae-lee.
Karate
Pada Asian Games 2018, tim karate Indonesia merebut satu emas dan tiga perunggu. Satu emas dan dua perunggu direbut pada disiplin kumite atau pertarungan dan satu perunggu lagi dari disiplin kata atau jurus.
Dalam Olimpiade Tokyo 2020, karate akan dipertandingkan untuk pertama kalinya, pada disiplin kumite dan kata. Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) perlu segera menyiapkan atlet-atlet terbaiknya.
Di situs Federasi Karate Dunia (WKF), untuk Olimpiade 2020 pada kategori putra yang dipertandingkan adalah kelas -67 kg (atlet di rentang kelas -60 kg dan -67 kg), -75 kg, +75 kg (-84 kg dan +84 kg), serta kata. Adapun di putri pada kelas -55 kg (-50 kg dan -55 kg), -61 kg, +61 kg (-68 kg dan +68 kg), dan kata.
”Kualitas atlet Indonesia sama dengan negara lain. Namun, mereka perlu menambah pengalaman dengan turnamen internasional. Dengan banyak laga, mereka akan terasah secara refleks dan pemilihan momen serangan,” kata Jintar Simanjuntak (30), peraih perunggu -67 kg. (EMILIUS CAESAR ALEXEY)