Meniti Jalan Menuju Tokyo
Atlet bulu tangkis Indonesia tak bisa terlalu lama merayakan keberhasilan dalam Asian Games. Perjalanan panjang dan tugas lebih berat telah menanti demi emas Olimpiade.
Dua emas, dua perak, dan empat perunggu diperoleh tim bulu tangkis Indonesia dalam Asian Games 2018. Hasil yang melebihi perolehan medali di Incheon 2014 (2 emas, 1 perak, 1 perunggu) itu memenuhi target Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia atau PP PBSI. Angin segar dan pekerjaan rumah mengiringi hasil tersebut.
Sebelum para pebulu tangkis bersaing di Istora, Gelora Bung Karno, Jakarta, 19-28 Agustus, PP PBSI mencanangkan target emas dari ganda putra dan campuran. Ganda putra memenuhi target itu dari Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Sayangnya, target emas dari ganda campuran, terutama dari Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang belum pernah meraih emas Asian Games, tak terwujud. Mereka terhenti di semifinal dan meraih perunggu.
Meski demikian, angin segar diembuskan Jonatan ”Jojo” Christie yang mendapat emas tunggal putra. Anthony Sinisuka Ginting menambah medali perunggu pada nomor yang sama. Begitu pula dengan beregu putri dan ganda putri, Greysia Polii/ Apriyani Rahayu, yang juga menyumbangkan perunggu.
Yang lebih membanggakan adalah terjadinya final sesama pemain Indonesia dalam nomor ganda putra. Emas Kevin/Marcus didapat setelah mengalahkan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dalam laga ketat. Mereka memperlihatkan semangat ingin menjadi yang terbaik meski melawan teman sendiri.
Apresiasi juga patut diberikan kepada tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung. Atlet berusia 18 tahun ini selalu menang dalam tiga pertandingan beregu putri meski akhirnya tersingkir pada babak kedua perorangan. Dia mampu menaklukkan atlet-atlet peringkat 10 besar dunia, yaitu Sung Ji-hyun (Korea Selatan) dan Akane Yamaguchi (Jepang).
Sebelum bertanding, Manajer Tim Bulu Tangkis Indonesia Susy Susanti memompa semangat pemain tunggal putri, Gregoria, Fitriani, dan Ruselli Hartawan. ”Saya katakan kepada mereka, tunggal putri Indonesia selalu dianggap remeh. Kalian harus bisa membuktikan bisa tampil baik,” kata Susy.
Semangat Gregoria dan Fitriani pun—Ruselli yang disiapkan untuk beregu tak sempat tampil—terangkat. ”Cik Susy dan pelatih mengatakan, ini kesempatan empat tahun sekali. Harus dimanfaatkan dengan baik,” kata Gregoria.
Kualifikasi Olimpiade
Target jumlah medali telah dipenuhi tim bulu tangkis Indonesia dalam Asian Games. Setelah ini, tugas berikutnya menanti untuk target lebih tinggi, yakni emas Olimpiade Tokyo 2020.
Hanya berselang dua hari setelah persaingan di Istora selesai, atlet-atlet bulu tangkis telah berlatih kembali di pelatnas Cipayung. Meskipun masih ada beberapa turnamen besar pada tahun ini, seperti Jepang, China, Denmark, Perancis Terbuka, dan Final BWF World Tour, pelatih mulai menyiapkan atlet masing-masing untuk agenda penting 2019.
Selain kejuaraan rutin, seperti All England, Indonesia Terbuka, dan Kejuaraan Dunia, agenda 2019 juga akan diisi Piala Sudirman dan SEA Games. Ajang yang juga tak kalah penting adalah pengumpulan poin dalam kualifikasi Olimpiade 2020 yang berlangsung 29 April 2019 hingga 26 April 2020.
Masa setahun kualifikasi menjadi kesempatan atlet mengumpulkan poin yang akan menentukan kuota atlet untuk setiap negara. Belajar dari perjalanan menuju beberapa Olimpiade sebelumnya, atlet harus memiliki bekal poin/peringkat tinggi menjelang masa kualifikasi agar tak ditendang negara lain menjelang akhir masa kualifikasi.
Berdasarkan peraturan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), negara peserta berhak atas maksimal dua wakil di setiap nomor jika memenuhi syarat. Untuk nomor tunggal, kuota maksimal bisa didapat jika minimal dua pemain berada pada peringkat 16 besar dunia berdasarkan peringkat dunia 30 April 2020. Adapun untuk ganda jika memiliki minimal dua pasangan pada peringkat 8 besar.
Pada saat ini Indonesia telah memiliki modal tiga hingga empat wakil berperingkat 20 besar dunia, kecuali di tunggal putri. Mereka pun dituntut tampil konsisten dalam level tinggi, minimal mempertahankan posisi itu menjelang dimulainya kualifikasi dan memenuhi syarat kuota maksimal pada akhir kualifikasi.
Selain tunggal putri, pekerjaan rumah juga dimiliki ganda campuran terkait dengan rencana pensiunnya dua pemain putri, Liliyana ”Butet” Natsir dan Debby Susanto, paling lambat pada Februari 2019. Nomor ini pun harus sesegera mungkin mencari pengganti.
Sebelum Asian Games, pelatih ganda campuran Richard Mainaky telah memilih Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja sebagai salah satu ganda elite yang disiapkan untuk Tokyo 2020. Richard kemudian menambahkan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan pasangan baru, Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow.
Winny, yang merupakan pemain pelatnas pratama, memiliki kelebihan dalam teknik dan bisa membaca arah pukulan dengan cepat. Bersama Owi, dia akan tampil dalam 3-4 turnamen pada sisa musim 2018, diawali di Taiwan Terbuka pada 2-8 Oktober.
”Mudah-mudahan hasilnya bagus, jadi ada modal poin menjelang kualifikasi Olimpiade Tokyo nanti,” kata Richard.
Persiapan ke Olimpiade 2020 sudah dimulai dengan mengirim sejumlah atlet ke turnamen internasional. ”Ruseli Hartawan saat ini sudah di India untuk kejuaraan Hyderabad Terbuka. Sementara itu, Marcus Gideon (dan Kevin) juga akan diberangkatkan ke Jepang pada Sabtu nanti untuk kejuaraan Jepang Terbuka,” kata Susy setelah pemberian hadiah kepada atlet PB Jaya Raya yang tampil di Asian Games 2018 di Bintaro, Tangerang Selatan, Senin (3/9/2018).
”Tidak semua kejuaraan diikuti karena atlet bukan robot. Yang jelas beberapa kejuaraan sebelum Olimpiade, seperti Piala Sudirman, Kejuaraan Thomas dan Uber, dan kejuaraan di SEA Games tahun depan, bisa menjadi sarana guna mematangkan atlet muda untuk menuju Olimpiade,” tutur Susy.
Dari sisi dukungan anggaran, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Mulyana mengatakan, pemerintah mengalokasikan sekitar Rp 18 miliar untuk operasional PBSI di 2018.
”November ini, kami juga akan mengundang tiap induk cabang olahraga untuk pertemuan kebutuhan anggaran tahun 2019. Harapannya nanti tidak ada lagi keluhan mengenai kekurangan anggaran untuk ikut kejuaraan dan pemenuhan hak-hak atlet,” kata Mulyana. (E19)