Atlet-atlet difabel Indonesia akan berburu medali emas di Asian Para Games Jakarta 2018 untuk memuluskan langkah menuju ajang prestisius Paralimpiade Tokyo 2020.
SOLO, KOMPAS - Persaingan ketat bakal tersaji dalam Asian Para Games Jakarta 2018 mengingat ajang ini bukan sekadar ajang perburuan medali emas, melainkan sekaligus mengawali pengumpulan poin untuk lolos ke Paralimpiade Tokyo 2020. Kondisi itu membuat Komite Paralimpiade Nasional atau NPC Indonesia menerapkan target prestasi realistis, yaitu masuk peringkat keenam atau ketujuh dengan 18 medali emas.
Peluang medali emas Indonesia ada pada 337 nomor pertandingan, dari total 586 nomor pertandingan pada 18 cabang. Cabang tumpuan Indonesia meraih emas meliputi renang, catur, dan bulu tangkis yang masing-masing ditargetkan meraih 4 emas. Cabang atletik ditarget meraih 3 emas dari 169 medali emas yang diperebutkan. Tenis meja ditarget meraih 2 emas, dan angkat berat 1 emas melalui Ni Nengah Widiasih di kelas -45 kg.
Di cabang atletik, tiga atlet yang ditarget meraih emas yaitu Saptoyoga Purnomo (20) di nomor 100 meter klasifikasi T37, Nur Ferry Pradana di nomor 400 m T47, dan Kharisma Evy di nomor 100 m T42 putri. Mereka masuk klasifikasi tunadaksa.
”Saptoyoga memiliki catatan bagus. Dalam kejuaraan di Surabaya lalu, catatan waktunya 11,47 detik,” ujar Waluyo, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi NPC Indonesia, di Solo, Jawa Tengah, Rabu (5/9/2018).
Itu catatan waktu yang sangat mengesankan. Sebab, dengan catatan 11,78 detik yang dicetak pada uji coba kejuaraan Asian Para Games lalu, Saptoyoga menempatkan dirinya di peringkat teratas Asia. Dengan catatan waktu itu, ia juga menempati peringkat ketiga dunia di bawah atlet Brasil dan Afrika Selatan.
Saptoyoga menilai, persaingan meraih emas akan sangat berat karena atlet-atlet terbaik Asia akan tampil. Mereka berburu emas sekaligus tiket ke Paralimpiade Tokyo 2020. ”Persaingan akan sangat ketat karena perbedaan catatan waktu dengan lawan rapat,” ujar atlet asal Purwokerto itu setelah pawai lentera api Asian Para Games di Solo.
”Saya akan memberikan yang terbaik karena ini juga pengumpulan poin pertama ke Tokyo. Sejak pertama mengikuti para atletik pada 2016, saya ingin tampil di Paralimpiade,” imbuhnya.
Atlet tunggal putra badminton klasifikasi SU5 (keterbatasan organ atas) Suryo Nugroho juga menjadikan Asian Para Games 2018 sebagai batu loncatan ke Tokyo 2020. Atlet peringkat tiga dunia ini bertekad mengawali pengumpulan poin dengan medali emas. ”Target pertama adalah masuk final, semoga bisa terjadi all Indonesian final,” ujarnya.
Di cabang renang, dua dari empat emas ditargetkan diraih Syuci Indriani dan Jendi Pangabean. Pelatih renang Paralimpiade, Bhima Kautsar, mengatakan, Syuci berpeluang besar meraih emas di nomor 200 m gaya ganti SM14 dan 100 m gaya dada SB14. Syuci merupakan atlet renang tunagrahita yang mewakil Indonesia di Olimpiade Rio 2016.
Sementara Jendi jadi andalan di nomor 100 m gaya punggung S9. Atlet dengan keterbatasan amputasi kaki kiri akibat kecelakaan itu kini di peringkat pertama Asia dengan catatan waktu 1 menit 06,46 detik, yang dibuat di Berlin, Jerman, 10 Juni 2018.
Sementara itu, kemarin, api kirab obor Asian Para Games 2018 diambil dari sumber api abadi Mrapen di Grobogan, Jateng. Api selanjutnya dibawa ke Solo menggunakan lentera. Obor itu akan dinyalakan di Ternate, Maluku Utara, saat peringatan Hari Olahraga Nasional, 9 September. (ANG/RWN/WAD)