Pengelola GBK Dukung Pemanfaatan Secara Berkelanjutan
Oleh
E19
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Usai Asian Games, kegiatan induk cabang olahraga akan didorong lebih produktif menggunakan lapangan yang ada di Gelora Bung Karno. Selain pemanfaatan untuk keperluan pelatihan, mereka juga didorong untuk menyelenggarakan pertandingan secara komersial agar dapat menurunkan beban biaya perawatan stadion.
Hal itu dikatakan Direktur Utama Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK-GBK) Winarto, Rabu (5/9/2018). Ia mengatakan prioritas pemanfaatan GBK saat ini adalah untuk Pelatnas dan penyelenggaraan pertandingan.
"Induk cabang olahraga dapat mengoordinasikan penyelenggaraan pertandingan melalui PPK-GBK. Skema penghapusan biaya sewa juga dimungkinkan, seperti pada saat Kejuaraan Nasional Atletik pada Mei lalu," kata Winarto.
Peningkatan fasilitas stadion yang bertaraf internasional membawa konsekuensi meningkatnya biaya perawatan dan operasional. Ia mencontohkan untuk arena akuatik, biaya operasional dan perawatan per bulan bisa menghabiskan sekitar Rp 7,2 miliar per tahun. Adapun perawatan stadion utama estimasinya mencapai Rp 30-35 miliar per tahun.
Winarto menjelaskan, biaya tersebut cukup besar bagi stadion utama, bila melihat jumlah penggunaan per tahun yang hanya sekitar 10 kali. "Biaya per kegiatan jadi cukup besar karena hitungan per satu kegiatan akan menanggung beban perawatan sekitar Rp3 miliar. Kalau begitu, pihak penyelenggara pasti akan kapok," kata Winarto.
Untuk itu, Ia berusaha menaikkan angka jumlah kegiatan di tiap stadion. Ia mencontohkan sebelum digunakan untuk Asian Games, stadion utama sempat digunakan untuk pertandingan komersial sepak bola sebanyak 13 kali dalam periode Februari-April.
"Salah satu yang menggunakan waktu itu adalah klub Persija dan menarik cukup banyak penonton. Kegiatan seperti ini yang diusahakan untuk meningkatkan okupansi GBK," ujar Winarto.
Pihaknya juga akan memaksimalkan sejumlah stadion agar lebih fleksibel digunakan. Potensi Istora untuk gedung serbaguna akan lebih ditingkatkan. Sementara itu, Stadion Madya akan dimanfaatkan untuk menangani pertandingan sepak bola setingkat klub atau pada laga U-19 yang kapasitasnya lebih kecil dari stadion utama.
"Penggunaan antara Stadion Madya dan stadion utama akan saling melengkapi. Salah satu yang ingin diakomodasi adalah pertandingan dengan jumlah sekitar 10.000 penonton dapat menggunakan Stadion Madya, sedangkan yang berkapasitas hingga 40.000 penonton dapat menggunakan stadion utama GBK," kata Winarto.
Untuk saat ini, kegiatan bersifat olahraga akan terus diperbanyak agar beban per penyelenggaraan bisa lebih murah. Diharapkan target pendapatan GBK dapat meningkat 45%, untuk menanggung biaya operasional dan perawatan secara keseluruhan yang mencapai Rp190 miliar.
Dirinya mempelajari pemanfaatan fasilitas arena di negara lain yang terbengkalai setelah tuntasnya acara, dan mengusahakan hal semacam itu tidak terjadi.
"Kami tidak ingin GBK seperti Stadium Maracana di Rio de Janeiro, yang digunakan pada Olimpiade, lusuh dan tak terawat seusai penyelenggaraan. Harapannya, muncul inisiatif dari tiap induk cabang untuk menyelenggarakan pertandingan, tentunya dengan menggandeng pihak-pihak sponsor," kata Winarto. (Aditya Diveranta)