JAKARTA, KOMPAS Kegagalan meraih medali Asian Games 2018 tidak membuat lifter senior Triyatno terlalu lama memendam kecewa. Peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008 dan perak Olimpiade London 2012 itu kini semangat menatap Olimpiade Tokyo 2020. Ini kemungkinan menjadi penampilan terakhirnya pada Olimpiade.
”Sekarang saatnya bangkit. Apa yang terjadi kemarin biarkan sajalah. Ada keluarga yang selalu mendukung. Sekarang saya ingin fokus ke Olimpiade Tokyo. Ini akan menjadi Olimpiade terakhir, saya tidak mau lepas lagi,” kata Triyatno, Rabu (5/9/2018).
Sejak Senin lalu, peraih perunggu Asian Games Guangzhou 2010 ini kembali bergabung di pelatnas angkat besi. Bersama rekannya sesama atlet utama angkat besi, ia berlatih di Mess TNI AL Kwini, Jakarta Pusat.
Dengan kualifikasi Olimpiade Tokyo yang kian dekat, para lifter mulai menjalani program latihan berat. Dalam program itu, mereka dituntut dapat mengangkat beban 80-85 persen dari rekor angkatan individu.
Jumlah angkatan itu terus ditingkatkan menjelang Kejuaraan Dunia di Ashgabat, Turkmenistan, pada 1-10 November 2018, yang menjadi kualifikasi Olimpiade.
”Hal yang paling berat adalah memupuk kembali kepercayaan kepada pelatih. Sulit, tetapi harus dicoba. Pada kejuaraan selanjutnya, saya harap bisa didampingi pelatih yang kompeten,” ujar Triyatno.
Pada Asian Games 2018, harapan Triyatno meraih medali sirna. Faktor komunikasi yang kurang baik dan strategi yang kurang tepat dari pelatih disebutnya sebagai penyebab kegagalan meraih medali. Ia menempati peringkat ke-4 dengan total angkatan 329 kilogram (snatch 147 kg, clean and jerk 182 kg).
Pada Kejuaraan Dunia, Triyatno akan bersaing pada kategori baru yang ditetapkan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF). Triyatno, yang semula mengisi kelas 69 kg, akan tampil pada kelas 73 kg. Sementara lifter peraih emas Asian Games 2018, Eko Yuli Irawan, akan mengisi kelas 61 kg, dari sebelumnya 62 kg.
”Dengan adanya perubahan kelas, persaingan juga berubah. Selain itu, saya tidak perlu diet ketat untuk menurunkan berat badan. Perubahan kelas ini menguntungkan sekaligus memberi tanggung jawab besar kepada atlet,” tutur Triyatno.
Pelatih Kepala Dirdja Wihardja menuturkan, sejauh ini belum ditentukan jumlah atlet yang dikirim ke Kejuaraan Dunia. Sementara Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya mengatakan, pengiriman atlet lebih fokus pada lifter yang diharapkan betul-betul lolos kualifikasi.
Saat ini PB PABBSI juga menyiapkan dua atlet ke Olimpiade Remaja, yang akan bergulir di Buenos Aires, Argentina, 6-18 Oktober. Dua lifter tersebut adalah Albin Andrean Putra (56 kg) dan Nurvinatasari (53 kg). (DNA)