GEBZE, KAMIS - Pecatur Indonesia, Novendra Priasmoro, berusaha mengejar gelar grand master dengan mengikuti Kejuaraan Dunia Catur Yunior 2018 di Gebze, Turki, Kamis (6/9/2018). Jika menjadi juara pada turnamen itu, Novendra akan meraih norma grand master ketiganya dan tambahan poin rating yang diperlukan untuk menjadi seorang grand master.
Syarat untuk menjadi grand master (GM) adalah memiliki tiga norma GM dan rating 2500. Novendra sudah memiliki dua norma GM setelah menjuarai turnamen Bangkok Terbuka 2018 di Thailand dan Kejuaraan Catur Yunior Asia U-20 2018 di Mongolia.
Rating yang dimiliki Novendra saat ini adalah 2498. Novendra hanya memerlukan tambahan rating 2 poin untuk memenuhi salah satu syarat menjadi GM dari sisi rating.
Dengan demikian, turnamen itu mempunyai arti penting bagi Novendra untuk mengejar gelar GM. Jika dapat menjadi GM, Novendra akan menjadi GM putra kedelapan di Indonesia.
Para pecatur yang lebih dulu meraih gelar GM adalah GM Herman Suradireja, GM Ardiansyah, GM Utut Adianto, GM Edhi Handoko, GM Ruben Gunawan, GM Cerdas Barus, dan GM Susanto Megaranto.
”Saya ingin menjadi juara pada turnamen ini. Saya akan berusaha keras agar dapat meraih norma GM ketiga dan menambah rating,” kata Novendra melalui pesan pendek.
Turnamen ini juga menjadi latihan bagi Novendra untuk menghadapi Olimpiade Catur 2018 di Batumi, Georgia.
Kalah
Meskipun berambisi besar untuk menjadi juara, Novendra justru kalah pada laga perdananya melawan pecatur China, Zhao Chenzi. Kekalahan itu cukup menyakitkan karena Zhao merupakan pecatur tanpa gelar dan ratingnya baru 2275, atau jauh di bawah Novendra.
Karena kekalahan itu, Novendra kehilangan rating 7,8 poin. Novendra juga harus berjuang keras untuk memenangi delapan pertandingan lainnya jika masih ingin menjadi juara.
Novendra yang memegang buah catur putih mengambil inisiatif untuk menyerang. Dengan mengandalkan menteri, Novendra menusuk ke tengah.
Serangan Novendra berubah ke sisi yang berlawanan dengan sayap raja. Dengan mengandalkan benteng dan gajah, Novendra bermaksud untuk mencari keunggulan kualitas buah catur.
Raja milik Zhao semula tersudut dan benteng di sayap raja hanya bergerak berulang untuk menutup pertahanan. Namun, raja hitam berani maju ke tengah untuk menahan pergerakan raja Novendra yang ikut maju.
Novendra tidak menyadari pergerakan benteng hitam kedua yang mengepung benteng dan gajah putih dengan menggunakan bidak dan kuda. Novendra terpaksa mengadu bentengnya dan posisinya justru terjepit.
Setelah kehilangan beberapa bidak, Novendra akhirnya menyerah karena Zhao lebih unggul secara kualitas dan posisi.
”Novendra terlalu bernafsu menyerang sehingga tidak menyadari ancaman dari benteng kedua. Kesalahan semacam ini tidak boleh terulang pada laga kedua,” kata Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Percasi, yang mendampingi Novendra di Turki. (ECA)