Sejumlah atlet nasional bertekad memanfaatkan kesempatan emas untuk tampil pada ajang Asian Para Games Jakarta 2018 dengan mengerahkan segenap kemampuan terbaiknya.
SOLO, KOMPAS Asian Para Games Jakarta 2018 akan menjadi pembuktian terakhir bagi atlet senior Setiyo Budi Hartanto. Pemegang rekor nasional lompat jauh klasifikasi F46 itu ingin membuktikan bahwa di usia 33 tahun masih bisa meraih medali bagi Indonesia. Atlet balap kursi roda T54, Jaenal Aripin, juga ingin keluar dari bayang-bayang atlet China dan Thailand.
”Ini akan menjadi Asian Para Games terakhir saya dan saya ingin memberikan yang terbaik. Target personal saya emas, tetapi target realistisnya perak di nomor lompat jauh,” ujar Setiyo.
Setiyo mengawali persiapan Asian Para Games 2018 dengan kegalauan. Dia sering mendengar sindiran untuk mundur karena dinilai sudah tua. Namun, dia tak mau menyerah. Dia lalu fokus pada satu nomor, yaitu lompat jauh F46 dan meninggalkan nomor lain yang juga dia kuasai yaitu lompat jangkit, lari 100 meter, dan estafet 4 x 100 meter.
Setiyo pernah mendominasi keempat nomor itu di tingkat nasional. Di level ASEAN Para Games pun dia dominan di nomor-nomor itu.
”Kalau tidak fokus, awalan saya kacau karena awalan sprint dan lompat berbeda. Setelah saya fokus, ternyata saya bisa pecah rekor nasional di test event (uji coba kejuaraan) Asian Para Games,” ujar Setiyo.
Di uji coba kejuaraan Asian Para Games lalu, Setiyo mencetak rekornas baru lompat jauh F46 dengan lompatan 7,09 meter. Dia memecahkan rekor atas namanya sendiri, 6,95 meter.
”Saya ingin buktikan, saya bisa bangkit. Saya latihan benar-benar push diri sendiri. Sekarang saya terus memperbaiki awalan supaya lompatan lebih baik,” ujar peraih perunggu lompat jauh F46 di Asian Para Games 2010 dan 2014 itu.
Dari peringkat Asia, posisi Setiyo kini di peringkat kedua. Dia di bawah atlet China, Hao Wang, yang memiliki lompatan sejauh 7,29 meter pada kejuaraan di Beijing, Mei lalu. Selain itu, ada pelompat jauh Jepang, Hajimu Ashida, di posisi ketiga dengan lompatan sejauh 6,54 meter.
Setiyo kini mengatur latihan dengan periodisasi yang ketat. Saat latihan di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Kamis (6/9/2018), Setiyo berlatih strength and conditioning. Dia tidak berlatih lompatan. Sebagai atlet senior, dia sudah mandiri menjalankan latihan dengan intensitas tinggi.
Momentum di Beijing
Motivasi pembuktian diri juga mendorong atlet balap kursi roda T54, Jaenal Aripin, untuk terus memperbaiki diri. Di sejumlah kejuaraan, termasuk ASEAN Para Games, Jaenal selalu kalah dari atlet Thailand, Saichon Konjen, yang merupakan peraih tujuh perak Olimpiade dari berbagai nomor balap kursi roda di kelas T54. Sementara di level Asia, atlet China yang berjaya.
Namun, perjuangan Jaenal yang berlatih lebih gigih untuk memperbaiki kekuatan mulai menemukan momentum. Pada kejuaraan di Beijing, China, Mei lalu, Jaenal meraih medali perak di nomor 100 meter dan emas di 200 meter. Di nomor 100 meter, catatan waktu Jaenal 14,44 detik, sedangkan peraih emas Yang Liu mencetak waktu 14,38 detik. Di kejuaraan itu, Saichon tidak ikut karena berlomba di Swiss. Catatan waktu Saichon di kejuaraan Eropa itu 14,53 detik.
Sementara di 200 meter, Jaenal meraih emas dengan catatan waktu 25,55 detik. Di nomor ini, andalan China, Lei Song, tidak ikut serta karena berlomba di Swiss.
Catatan waktu Lei Song masih di peringkat teratas Asia dengan 25,21 detik.
”Saya optimistis di Asian Para Games akan bisa lebih baik lagi waktunya. Motivasi saya untuk Indonesia, jadi saya akan berjuang habis-habisan. Lawan berat tetap dari China dan Thailand,” ujar Jaenal.
Mantan pebalap sepeda motor yang beralih ke balap kursi roda karena kecelakaan itu kini mengasah start, kecepatan, dan daya tahan. Dia dibimbing pelatih Abdul Azis. Jaenal juga didukung dengan kursi roda yang komponennya ditingkatkan ke level elite. Jaenal masih memiliki masa depan panjang dan dia ingin menembus Paralimpiade Tokyo 2020. (ANG)