Cabang paralayang Asian Games 2018 telah mengakhiri semua perlombaan, Rabu (29/8/2018). Penyelenggaraan lomba mendapat pujian dari Presiden Paralayang Asia ataupun perwakilan Federasi Aero Sport Internasional atau FAI yang mewadahi kegiatan olahraga udara tingkat dunia.
Sejarah telah ditorehkan. Sebab, pertama kalinya paralayang dilombakan di Asian Games dan berjalan lancar tanpa ada ronde yang tidak bisa dilaksanakan. Sebagaimana disampaikan Wahyu Yudha, Ketua Paralayang Indonesia, hal itu langka. Sebab, di berbagai kejuaraan paralayang internasional, biasanya selalu saja ada ronde yang tidak bisa diselenggarakan karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.
Para atlet paralayang yang biasa disebut pilot pun gembira dengan terlaksananya seluruh ronde itu. Mereka menilai perlombaan di Asian Games 2018 jauh lebih menantang karena kondisi cuaca di kawasan puncak yang sulit ditebak.
”Kami dari Jepang sangat yakin bisa meraih medali emas di nomor XC (lintas alam) karena kami sudah biasa bertanding di kejuaraan-kejuaraan dunia. Akan tetapi, setelah melalui dua ronde di sini, kami sendiri jadi tidak yakin bisa dapat emas. Tantangannya berat sekali, dan tim-tim seperti Nepal, Indonesia, dan Korea Selatan juga bagus. Keberhasilan kami meraih emas merupakan hasil dari kerja sangat keras dan kekayaan pengalaman kami,” ungkap atlet Yoshiki Kuremoto.
Wajarlah bila perwakilan anggota Dewan Eksekutif FAI Agust Gudmundsson berterima kasih kepada Indonesia. Kesuksesan penyelenggaraan paralayang di Asian Games 2018 akan semakin mendorong upaya FAI supaya olahraga udara bisa masuk ke Olimpiade Paris 2024.
Kesuksesan penyelenggaraan paralayang di Asian Games 2018 akan semakin mendorong upaya FAI supaya olahraga udara bisa masuk ke Olimpiade Paris 2024.
”Dengan begitu, banyaknya ajang multicabang di Asia, dari SEA Games, Asian Beach Games, dan juga Asian Games, sesungguhnya Asia-lah yang memimpin jalan olahraga udara menuju Olimpiade. Kami tengah mendorong olahraga udara bisa masuk di Olimpiade 2024. Sekarang ini ada gerakan mendorong paralayang, indoor sky-diving, dan drone racing ke Olimpiade 2024.
Penyelenggaraan berbagai ajang olahraga udara di Asia tentu sangat membantu upaya itu,” jelas Gudmundsson yang berasal dari Finlandia.
Pengakuan dunia
Bagi Indonesia, sebagaimana disampaikan Presiden Paralayang Asia Mubarak Suwailem, sukses penyelenggaraan Asian Games 2018 juga membuka pintu bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Olahraga Udara.
”Dengan pengorganisasian yang lebih kompleks untuk Asian Games ini, jauh lebih kompleks dibandingkan ajang tunggal kejuaraan dunia, saya yakin Indonesia siap untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Olahraga Udara,” tambah Gudmundsson.
Dari sisi prestasi, dua medali emas dari nomor akurasi juga semakin menegaskan kemampuan atlet-atlet
Indonesia di nomor itu, yang telah melahirkan banyak juara-juara dunia akurasi. ”Medali perunggu yang kita dapat dari lintas alam menunjukkan bahwa kita juga sebenarnya mampu di nomor lintas alam. Ke depannya nomor ini juga akan menjadi perhatian kami sehingga Indonesia bukan hanya dominan di akurasi, melainkan juga sangat kompetitif di nomor lintas alam,” papar Pelatih Kepala Paralayang Indonesia Gendon Subandono.
Bagi atlet Indonesia, meraih 2 medali emas, 1 perak, dan 3 perunggu di Asian Games 2018 juga memberikan kebanggaan dan kepercayaan diri yang besar untuk bersaing dengan atlet- atlet top dunia. ”Di nomor lintas alam, kita sebenarnya bisa juga, hanya kurang sabar.
Dengan latihan yang lebih intensif, kesabaran yang lebih besar juga akan tumbuh sehingga kita akan bisa lebih bersaing,” tegas Rika Wijayanti, atlet tim putri Indonesia. (RAKARYAN SUKARJAPUTRA)