Berburu Momentum Baru
Klub-klub elite Liga Inggris dihadang tantangan berat untuk menjaga atau mencari momentum bagus selepas jeda internasional. Perjalanan sepanjang September bisa menentukan gelar juara.
LONDON, KAMIS Liga sepak bola top Eropa, seperti Liga Inggris, telah bergulir sejak Agustus. Namun, kompetisi sesungguhnya baru dimulai September ini. Jadwal padat dan jeda internasional menguji daya saing mereka.
Setelah libur sejenak, Liga Inggris akan kembali bergulir akhir pekan ini, ditandai duel panas antara Tottenham Hotspur versus Liverpool di London, Sabtu (15/9/2018) malam. Liverpool yang tancap gas sepanjang Agustus lalu akan menjadi sorotan.
Sebelum jeda untuk laga internasional tim nasional, ”The Reds” mencatatkan rekor baru. Untuk kali pertama sejak era Liga Primer Inggris pada 1992, mereka mengemas poin sempurna di empat laga awal. The Reds pun kini bercokol di puncak liga.
Euforia pun meliputi tim, khususnya fans, The Reds yang telah 28 tahun lamanya menanti gelar juara Liga Inggris. Liverpool pun difavoritkan sebagai calon kampiun musim ini, selain juara bertahan Manchester City. Namun, mampukah mereka menjaga momentum positif itu?
Manajer Manchester City Pep Guardiola pernah berkata, start cemerlang bukan jaminan sukses di Liga Inggris. Dua musim lalu, City seperti The Reds yang tampil sempurna di enam laga awal.
Namun, mereka justru mengakhiri musim itu tanpa satu pun gelar juara. ”Musim sesungguhnya itu baru dimulai setelah jeda internasional (September). Inilah saat kita diuji mengatasi padatnya laga, pemulihan, serta cedera (pemain),” ungkap Guardiola dikutip dari Sky Sports.
Musim lalu, City sukses melewati ujian pada bulan September. Meskipun start mereka di musim itu kurang mulus, ”The Citizens” mampu menyapu seluruh laga pada bulan September itu dengan kemenangan, baik di Liga Inggris, Piala Liga, maupun Liga Champions. City mengukir rekor baru serta menjuarai Liga Inggris dan Piala Liga pada akhir musim itu.
Persoalannya, sejarah mencatat The Reds acap kali kehilangan momentum setiap kali jeda liga. Di era manajer Juergen Klopp, The Reds nyaris tidak pernah mampu menang pasca- jeda laga internasional. Tepat setahun lalu, mereka digilas City 0-5 pada laga seusai jeda internasional. Mereka hanya bisa menang sekali di tujuh laga sepanjang September 2017.
Faktor kelelahan pemain dan kurangnya waktu berlatih setelah jeda internasional kerap menjadi momok bagi Liverpool, tim yang diasah dengan fisik dan intensitas latihan tinggi di era Klopp. Faktor energi lagi-lagi tidak berpihak ke The Reds menjelang duel kontra Spurs di Stadion Wembley.
Sepekan terakhir, para pemain Liverpool menempuh perjalanan nyaris dua kali lipat lebih panjang ketimbang Spurs untuk membela negara mereka masing-masing di laga internasional. Pasukan The Reds menempuh total perjalanan 84.908 kilometer, sementara Spurs hanya 59.080 km.
Para pemain The Reds, seperti Sadio Mane, Alisson Becker, dan Roberto Firmino, tak bisa beristirahat meski baru saja menempuh perjalanan lintas benua. ”Mereka kini dinanti serangkaian laga brutal,” tulis Be Soccer mendramatisasi tantangan Liverpool.
Setelah Spurs, The Reds menghadapi barisan raksasa lainnya, seperti Paris Saint Germain di Liga Champions dan Chelsea di Piala Liga serta Liga Inggris. Tak ayal, September ini menjadi ujian The Reds untuk mengukur kekuatan sesungguhnya, khususnya kedalaman skuad mereka.
”Serangkaian laga besar ini bisa menentukan kiprah Liverpool di musim ini. Suporter bisa melihat apakah mereka benar-benar menjadi penantang serius (juara) pada musim ini,” tulis Liverpool Echoe, Rabu lalu.
Mau tidak mau, Klopp harus lebih sering merotasi pemainnya sepanjang September. Terkait hal ini, The Reds diuntungkan oleh kesuksesan di transfer musim panas mereka. Barisan pemain baru seperti Naby Keita, Fabinho, dan Xherdan Shaqiri menambah kualitas kedalaman skuad tim itu.
Berbeda dari tahun lalu, Klopp saat ini juga punya banyak opsi di lini belakang. Cederanya bek Dejan Lovren bisa ditutupi sejumlah bek lainnya yang tidak kalah kualitas, seperti Joel Matip dan Joe Gomez. Adapun Virgil van Dijk, yang diboyong Januari silam, masih menjadi bek pilihan utama.
Adapun Spurs akan bertambah kuat menyusul kembalinya penyerang Son Heung-min (Korsel). Dia absen di tiga laga awal Spurs karena membela negaranya di Asian Games 2018. (JON)