JAKARTA, KOMPAS - Penataan arena pertandingan dan perlombaan Asian Para Games 2018 dijadwalkan mulai dilakukan pada Rabu (26/9/2018), atau sepekan menjelang pekan olahraga atlet-atlet difabel itu bergulir. Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia atau Inapgoc menilai, waktu sepekan cukup untuk menyiapkan arena sesuai standar internasional.
Direktur Arena Inapgoc Budiyono mengatakan, penataan arena akan memakan waktu sekitar tujuh hari. ”Kami targetkan penataan selesai dua hari menjelang kejuaraan atau pada 4 Oktober. Setelah itu, atlet dapat memakai arena untuk uji coba pertandingan,” ujarnya di Jakarta, Jumat (14/9).
Budiyono mengatakan, fokus penataan yang diutamakan adalah arena pertandingan dan perlombaan (field of play). Setelah itu, panitia akan menyiapkan fasilitas-fasilitas pendukung. ”Penataan arena ini tidak akan terlalu sulit karena kami sudah mempelajari proses yang dilaksanakan pada Asian Games 2018. Selain itu, kami juga mengantongi buku panduan untuk menyiapkan fasilitas yang ramah terhadap difabel,” ujarnya.
Dalam penataan arena, menurut Budiyono, yang terpenting adalah menambah fasilitas toilet ramah penyandang disabilitas serta menambah ruangan untuk tempat pemanasan dan kamar ganti atlet. Saat ini, sejumlah arena sudah mulai ditata.
Arena menembak, misalnya, sudah dikerjakan sejak awal September. Di arena menembak, target 10 meter yang tadinya ada di lantai 2 akan dipindahkan ke lantai 1. Dalam dua pekan, menurut Budiyono, proses pemindahan target itu tuntas.
Pada hari perdana latihan menembak atlet Asian Para Games 2018 di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, terlihat fasilitas inti pertandingan yang berada di lantai 1 belum tuntas. Akibatnya, para atlet berlatih di lantai 2.
Namun, untuk naik ke lantai 2 tidak ada akses ramah difabel, terutama bagi atlet berkursi roda. Kemarin, atlet-atlet kategori SH1 (keterbatasan tubuh bagian bawah) yang menggunakan kursi roda harus digendong agar bisa naik ke lantai 2.
Pelatih menembak Asian Para Games 2018 Saridi berharap fasilitas arena di lantai 1 bisa selesai maksimal sepekan sebelum hari perlombaan. Selain untuk memudahkan atlet, hal itu penting agar atlet segera adaptasi di arena pertandingan.
”Jangan sampai arena selesai mepet sekali dengan hari perlombaan. Sebab, akan membuat kami tidak ada kesempatan lebih lama untuk beradaptasi. Kalau seperti itu, kami akan sama saja dengan atlet asing, yakni tidak dapat kesempatan lebih lama beradaptasi,” tutur Saridi.
Lapangan menyulitkan
Sementara atlet-atlet lawn bowls yang berlatih di Lapangan Hoki Senayan merasakan lapangan yang akan digunakan untuk pertandingan menyulitkan mereka dalam melempar bola agar mendekati sasaran. Karakteristik lapangan yang ada dirasakan berbeda dengan lapangan khusus lawn bowls di luar negeri.
Atlet lawn bowls dari Bali, I Wayan Damai, mengutarakan, ketika mengikuti kejuaraan persahabatan tingkat dunia di Langkawi, Malaysia, lapangan yang digunakan juga menggunakan rumput sintetis, tetapi teksturnya lebih lembut dan padat. Lapangan juga memiliki kepadatan yang rata dan landai. ”Ini lapangan hoki. Jadi, rumput sintetisnya juga berbeda. Laju bola menjadi sedikit lambat,” ujarnya.
Indonesia akan menerjunkan 18 atlet lawn bowls di Asian Para Games, terdiri dari 8 atlet tunanetra dan 10 atlet tunadaksa. Salah satu atlet perempuan lawn bowls, Sri Yanti, juga merasakan lapangan yang digunakan memberi tantangan tersendiri. Lapangan hoki tersebut kelihatannya rata, tetapi sebenarnya memiliki kemiringan berbeda antara bagian tengah dan pinggir lapangan. Hal itu bisa dilihat dan dirasakan saat ia melempar bola berbentuk seperti mangkuk pejal. (DNA/IND/DRI/E19)