Pemindahan lokasi pelatnas Asian Para Games perlu mempertimbangkan aspek psikologis atlet. Sebagian besar cabang olahraga akan pindah dari Solo ke Jakarta pada 1 Oktober.
JAKARTA, KOMPAS Komite Paralimpiade Nasional Indonesia belum akan memindahkan lokasi latihan 16 cabang olahraga dari Solo ke lokasi penyelenggaraan Asian Para Games 2018 di Jakarta. Mereka mempertimbangkan kondisi psikis atlet yang rawan terganggu jika terlalu lama di tempat baru sebelum pertandingan ataupun perlombaan berlangsung. Selain itu, kondisi arena dinilai tidak terlalu berbeda dan sebagian cabang sudah mencoba saat uji coba kejuaraan pada Juni-Juli lalu.
Padahal, Kementerian Pemuda dan Olahraga berharap atlet- atlet Asian Para Games 2018 segera pindah lokasi latihan dari Solo ke Jakarta. Hal itu dimaksudkan agar mereka bisa segera beradaptasi dengan kondisi arena, tempat menginap, arus lalu lintas, hingga lingkungan sekitar. Adaptasi lebih awal dan lebih lama diyakini bisa membuat mereka lebih siap ketika hari pertandingan.
Saat ini baru dua cabang olahraga dari 18 cabang yang sudah berlatih di Jakarta, yakni lawn bowls di Lapangan Hoki Senayan Gelora Bung Karno dan menembak di Lapangan Tembak Senayan. Sedangkan 16 cabang lain masih berlatih di Solo.
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Mulyana dihubungi dari Jakarta, Minggu (16/9/2018), mengatakan, berdasarkan koordinasi dengan Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia, para atlet Indonesia itu baru akan ke Jakarta pada 1 Oktober. Menurut dia, jadwal keberangkatan itu terlalu lama.
Kemenpora berharap para atlet tersebut sudah ke Jakarta selambat-lambatnya minggu ketiga September. Dengan waktu relatif panjang hingga jelang dimulai Asian Para Games, para atlet berkesempatan beradaptasi dengan kondisi arena, tempat menginap, arus lalu lintas, hingga lingkungan sekitar.
”Adaptasi bukan hanya di arena, melainkan juga di tempat-tempat pendukung lain, seperti tempat menginap, arus lalu lintas, hingga lingkungan sekitar,” ujar Mulyana.
Mulyana menuturkan, adaptasi merupakan komponen penting dalam menunjang prestasi atlet. Apabila mampu beradaptasi dengan baik, mereka bisa lebih siap saat pertandingan. Untuk itu, Kemenpora berharap NPC Indonesia mengoptimalkan betul keuntungan sebagai tuan rumah yang punya kesempatan beradaptasi lebih awal dan lama dibandingkan dengan atlet negara-negara lain. ”Kami akan dukung penuh jika mereka ingin datang ke Jakarta lebih cepat, baik dari sisi akomodasi maupun transportasi,” kata Mulyana.
Jaga psikologis atlet
Ketua NPC Indonesia Senny Marbun mengutarakan, lawn
bowls dan menembak lebih awal pindah lokasi latihan ke Jakarta karena memang butuh adaptasi lebih baik di arena perlombaan. Sebab, kondisi tempat latihan di Solo dan tempat pertandingan di Jakarta sangat berbeda.
Senny mencontohkan cabang menembak, di Solo tempat latihan masih menggunakan sistem manual. Sedangkan di Jakarta, tempat pertandingan menggunakan sistem digital.
”Kalau tak segera adaptasi, mereka bisa mendapatkan hambatan saat bertanding,” tuturnya.
Adapun 15 cabang lain tidak perlu terburu-buru pindah ke Jakarta. Sebab, kondisi tempat latihan di Solo dan tempat bertanding di Jakarta tidak berbeda. Atas dasar itu, NPC Indonesia lebih memfokuskan para atlet berlatih intensif di Solo.
Bahkan, menurut Senny, memaksakan cabang-cabang itu segera ke Jakarta justru tidak akan baik karena situasi lalu lintas Jakarta yang rawan macet. Di sisi lain, kepanitiaan untuk Asian
Para Games baru aktif 1 Oktober, terutama untuk transportasi dan pengawalannya. ”Kalau ke Jakarta sekarang, kami berjuang sendiri untuk transportasi. Itu pasti akan terkena macet. Kalau sudah terkena macet, justru itu bisa membuat psikologis atlet terganggu,” ujar Senny.
Atas dasar itu, Senny mengutarakan, pihaknya akan memindahkan lokasi pelatnas 15 cabang lainnya ke Jakarta pada 1 Oktober. ”Artinya, kami masih ada waktu lima-enam hari untuk adaptasi sebelum pembukaan Asian Para Games.
Itu sudah cukup. Biasanya, atlet sudah bisa adaptasi di arena ataupun lingkungan baru dua-tiga hari saja,” ujarnya.
Pelatih atletik paralimpiade, Purwo Adi Sanyoto, juga menilai tidak perlu terburu-buru ke Jakarta. Pertimbangan psikologis atlet lebih penting, jangan sampai atlet terganggu karena jeda antara pindah lokasi latihan dan hari pertandingan terlalu lama.
”Jika psikologis atlet terganggu, misalnya karena bosan atau tidak nyaman dengan lokasi baru, memulihkannya perlu waktu lama. Jadi, disepakati kami ke Jakarta menjelang hari pertandingan saja,” ujar Purwo, pekan lalu.
Pelatih renang paralimpiade, Bhima Kautzar, juga menilai, atlet lebih nyaman berlatih di Solo. Selain itu, atlet renang juga sudah beradaptasi dengan Arena Akuatik GBK saat uji coba kejuaraan pada Juni-Juli lalu.
Persiapan Inapgoc
Saat ini, Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc) sedang mempersiapkan 19 arena pertandingan dan perlombaan. Ketua Inapgoc Raja Sapta Oktohari, kemarin, saat kirab obor di Bali, mengatakan, panitia sudah mempersiapkan tempat pertandingan, penginapan atlet, transportasi, dan sukarelawan untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian Para Games 2018 di Jakarta.