JAKARTA, KOMPAS — Tiga atlet unggulan dari cabang olahraga angkat berat, berenang, dan tenis meja paralimpiade tidak ragu untuk menargetkan medali emas dalam Asian Para Games 2018. Namun, mereka tetap mewaspadai atlet China sebagai lawan berat.
Atlet cabang angkat berat paralimpiade Ni Nengah Widiasih, perenang paralimpiade Jendi Panggabean, dan petenis meja paralimpiade Dian David Mickael Jacobs menyampaikan hal itu saat menghadiri peresmian Citibank sebagai sponsor gelaran Asian Para Games 2018 di Kawasan Pusat Bisnis Sudirman (SCBD), Jakarta Pusat, Selasa (18/9/2018).
Dalam Asian Para Games 2018, Ni Nengah Widiasih akan turun di kelas 41 kilogram. Dia akan bertemu Zhe Cui, lawan yang mengalahkan dirinya pada ajang Paralimpiade Rio de Janeiro 2016.
”Pada Paralimpiade di Rio, saya hanya meraih perunggu, sedangkan Zhe Cui meraih perak,” kata Widiasih.
Dua minggu menjelang Asian Para Games, Widiasih masih fokus melakukan diet ketat untuk mengejar kelas 41 kilogram. Berat badannya saat ini masih 43 kilogram dan akan terus dikejar dengan pengurangan jadwal makan pada malam hari.
Widiasih sebelumnya bertanding di kelas 45 kilogram pada ajang Kejuaraan Asia-Oceania Angkat Berat Paralimpiade 2018 di Kitakyushu, Jepang, pekan lalu, dan meraih medali perak. Ia kalah dari atlet China, Guo Lingling.
Pada kelas 45 kilogram itu, Widiasih sebenarnya juga menempati peringkat ke-2 dunia, di bawah Guo Lingling. Namun, pada Asian Para Games 2018, ia turun di kelas 41 kilogram karena peluang meraih medali emas di kelas itu lebih terbuka.
”Saya usahakan yang terbaik (untuk meraih emas),” ujar Widiasih.
Optimisme serupa disampaikan oleh Jendi. ”Kalau untuk perak dan perunggu, mungkin sudah di tangan. Tapi kita, kan, inginnya yang terbaik. Lagi pula, ini bertepatan dengan Indonesia yang menjadi tuan rumah,” tuturnya.
Meski demikian, ia juga mengantisipasi lawan berat dari China. Selain China, atlet dari Jepang, Korea Selatan, dan Kazakhstan juga patut diwaspadai karena memiliki kualitas yang merata.
Saat ini, jadwal latihan Jendi secara fisik sudah dikurangi dan lebih fokus pada sprint atau meningkatkan kecepatan. Ia masih berusaha untuk memperbaiki rekor waktunya pada Kejuaraan Internasional Renang Paralimpiade di Berlin, Jerman, Juni 2018. Rekor waktunya pada kategori renang gaya punggung jarak 100 meter saat itu mencapai 1 menit 6,46 detik.
Di Asian Para Games nanti, ia akan turun pada tiga nomor renang, yaitu 100 meter gaya punggung, 50 meter gaya punggung, serta 200 meter gaya ganti. Pada ketiga nomor itu, Jendi berturut-turut meraih medali emas, perak, dan perunggu pada Kejuaraan Internasional Renang Paralimpiade di Berlin, Juni 2018.
Targetnya untuk mendapat emas pada gaya punggung jarak 100 meter klasifikasi S9 (keterbatasan tubuh pada bagian tungkai) adalah 1 menit 4 detik. Sementara rekor waktu terbaiknya selama latihan ada pada 1 menit 8 detik dan masih akan terus diperbaiki.
”Saya setidaknya harus lebih baik dari atlet China yang saat ini memiliki rekor waktu 1 menit 5 detik. Saat latihan, saya belum bisa mengejar rekor di Berlin karena juga kelelahan saat latihan untuk ketahanan fisik,” ucap Jendi.
Untuk mengejar target tersebut, ia harus bisa mengatasi rasa keraguan di dalam diri. Hal ini karena dalam cabang olahraga renang, peserta lebih berpacu dengan rekor waktu yang berkaitan langsung dengan diri sendiri.
Dian David Mickael Jacobs, atlet tenis meja paralimpiade yang bermain untuk nomor tunggal dan ganda putra, juga menargetkan yang terbaik terutama pada ganda putra berpasangan dengan Komet Akbar. Peluang meraih medali emas terbuka karena tim Cina yang menjadi lawan berat tidak akan turut dalam nomor tersebut.
”Meskipun yakin, kami masih mengantisipasi berbagai kemungkinan lain, seperti performa dari tim negara lain. Malaysia dan Thailand juga merupakan lawan yang tidak boleh diremehkan,” ujar David yang masuk klasifikasi C10 (keterbatasan pada tubuh bagian atas) pada tenis meja individual.
Widiasih, Jendi, dan David masih akan meneruskan latihan di Solo, Jawa Tengah, hingga akhir September. Mereka kembali ke program pemusatan latihan pada Rabu (19/9/2018).
Persiapan Inapgoc
Dalam kesempatan itu, Wakil Direktur Media dari Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc) Tina Talisa menyampaikan, persiapan pada pekan ini akan fokus pada informasi mengenai tiket, seremoni pembukaan dan penutupan, serta skema kedatangan sejumlah kelengkapan overlay berupa marka jalan yang ramah difabel.
Tina mengatakan, detail itu akan disampaikan Kamis (20/9/2018) dalam konferensi pers khusus. ”Kami berusaha secepatnya menyambut animo warga yang terus menanyakan informasi tiket, detail seremoni pembukaan, dan info lain,” ujarnya.
Informasi yang bisa ia sampaikan adalah seremoni pembukaan dan penutupan akan berada di Stadion Madya, Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Pusat. Ia menjanjikan pembukaan nanti tidak akan kalah menarik dengan Asian Games.
”Banyak rekan difabel yang berpartisipasi dalam seremoni pembukaan nanti. Sementara untuk harga tiketnya akan berkisar mulai Rp 500.000 hingga Rp 2 juta,” ujar Tina. (ADITYA DIVERANTA)