Liverpool Lebih Tahan Banting
Pelatih Liverpool Juergen Klopp kini memiliki banyak pilihan pemain untuk menjaga performa timnya di setiap laga musim ini. Kemenangan atas Paris Saint-Germain menjadi buktinya.
LIVERPOOL, RABU Kemenangan Liverpool atas Paris Saint-Germain, 3-2, pada laga Liga Champions di Stadion Anfield adalah sebuah pesan bagi tim-tim Eropa lain. Liverpool ingin mengatakan, mereka kini tim dengan kedalaman skuad dan tahan banting menghadapi jadwal yang padat.
Pelatih Liverpool Juergen Klopp memancing keraguan ketika menurunkan Sadio Mane, Daniel Sturridge, dan Mohamed Salah di lini depan untuk menghadapi PSG. Untuk pertama kali di musim ini, Roberto Firmino tidak melengkapi trisula ”The Reds” karena dicadangkan setelah cedera pada mata kirinya, akhir pekan lalu.
Padahal, trio Mane-Firmino-Salah ini dinantikan untuk menghadapi trio penyerang yang tidak kalah mengerikan di kubu PSG, yaitu Neymar, Edison Cavani, dan Kylian Mbappe.
Namun, absennya Firmino menjadi berkah bagi Sturridge. Di bawah asuhan Klopp, Sturridge kerap cedera dan merasa masa depannya di Liverpool semakin buruk. Sturridge pun sempat dipinjamkan ke West Bromwich Albion pada Januari 2018.
Kembali ke Liverpool pada musim ini, Klopp memberi Sturridge kesempatan menjadi pemain mula untuk pertama kali sejak November 2017 pada laga kontra PSG, Rabu kemarin.
Sturridge tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan mencetak gol pada menit ke-30.
”Sturridge menjadi pembeda di tim karena talentanya. Ketika ia menguasai bola, ia tidak akan tampil mengecewakan,” kata mantan bek Liverpool, Stephen Warnock, dikutip laman BBC.
Keputusan Klopp memainkan Sturridge pun sangat tepat karena Salah sebagai mesin gol The Reds sedikit frustrasi pada malam itu. Sturridge membuat lini depan Liverpool tetap tajam.
”Ini adalah penampilan terbaik Sturridge. Dia dalam kondisi fisik terbaik yang pernah saya lihat untuk pertama kali sejak saya mengenal dia,” kata Klopp.
Sturridge, menurut Klopp, bisa tampil gemilang karena timnya punya tiga gelandang yang juga hebat, yaitu James Milner, Jordan Henderson, dan Georginio Wijnaldum. ”Kami terlihat lebih menyatu dan ketiga gelandang itu melakukan pekerjaan yang luar biasa,” ujar Klopp.
Dari ketiga gelandang itu, Milner tampil lebih menonjol. Gelandang berusia 32 tahun itu mampu menahan laju serangan PSG dengan tekel-tekelnya dan cerdik membawa bola hingga ke depan. Pada menit ke-36, Milner mencetak gol dari titik penalti dan membuat Anfield semakin bergemuruh.
Namun, setelah unggul 2-0, PSG mampu menyamakan kedudukan melalui Thomas Meunier pada menit ke-40 dan Mbappe pada menit ke-83. Dalam kondisi imbang ini, Klopp menyegarkan lini depannya. Xherdan Shaqiri menggantikan Salah dan Firmino akhirnya masuk menggantikan Sturridge.
Pada menit ke-90+1, Firmino yang baru saja cedera membuktikan bahwa dirinya layak menjadi penyerang utama The Reds. Meski dihadang tiga bek PSG, penyerang asal Brasil itu tetap bisa melihat celah, menembak, dan mencetak gol kemenangan untuk timnya. Firmino kemudian merayakan golnya dengan menutup mata kirinya yang sempat cedera.
”Firmino mencetak gol itu tanpa melihat ke arah gawang. Saya rasa dia memang tidak butuh mata untuk bermain,” kelakar Mane seusai laga.
Rotasi pemain
Liverpool, seperti klub papan atas Eropa lainnya, bakal menjalani jadwal padat pada musim ini. Sebuah rutinitas yang mengharuskan setiap pelatih untuk jeli merotasi para pemainnya.
Musim lalu, Liverpool sudah menembus final Liga Champions. Oleh karena itu, tidaklah mustahil bagi mereka untuk mencoba menggenggam trofi itu pada musim ini.
Di sisi lain, Klopp harus memikirkan cara merebut trofi Liga Inggris dan trofi-trofi level domestik lainnya. Dari laga kontra PSG kemarin, setidaknya sudah ada gambaran bahwa Klopp memiliki banyak pilihan untuk merotasi pemainnya.
Bagi PSG, kekalahan ini menjadi tamparan baru. Sejak musim lalu, PSG jorjoran untuk mendapatkan para pemain terbaik demi mewujudkan ambisi meraih trofi Liga Champions untuk pertama kalinya.
Kompetisi domestik Perancis sudah mereka kuasai, tetapi trofi di kompetisi Eropa belum mereka sentuh lagi setelah menjuarai Piala Winner pada 1996. Namun, Liverpool baru saja menyadarkan bahwa ambisi PSG tidak mudah diwujudkan.
”Begitulah Liverpool, mereka menekan Anda dan tidak ingin Anda menguasai bola,” kata Pelatih PSG Thomas Tuchel yang kini harus membenahi taktiknya.(AP/AFP/REUTERS/DEN)