Atletik Cari Peluang Baru Meraih Medali
SOLO, KOMPAS – Tim nasional atletik mencari peluang medali tambahan di Asian Para Games. Pelatih mengganti nomor andalan beberapa atlet dengan nomor baru yang lebih berpotensi medali.
Salah satunya adalah atlet peraih tiga emas di Asean Para Games Kuala Lumpur 2017, Nanda Mei Sholihah. Atlet klasifikasi T47 atau keterbatasan lengan ini sebelumnya berjaya di nomor 100, 200, dan 400 meter.
Namun, dua bulan lalu, tim pelatih memutuskan mengganti nomor 400 meter menjadi nomor lompat jauh. Padahal, Nanda belum pernah berlomba dalam lompat jauh pada ajang sebelumnya, termasuk saat uji coba Asian Para Games pada Juli 2018 di Jakarta.
“Nomornya kami ubah karena di lompat jauh Nanda bisa mendapat perak atau perunggu. Bahkan ada peluang emas bila dia bisa mencapai performa terbaik saat lomba,” kata pelatih kepala atletik Slamet Widodo, Jumat (21/9/2018), di Solo.
Meski belum diukur resmi, lompatan Nanda pada latihan mencapai 4,5 meter. Dengan jarak ini, dia bisa bersaing dengan atlet-atlet Asia yang catatan lompat terbaiknya hanya 4,6 meter.
Adapun peluang Nanda cukup berat pada seluruh nomor lari. Dia harus berhadapan dengan pelari China dan India yang menjadi penguasa Asia. Terutama di nomor 400 meter, yang banyak melewati tikungan, Nanda kurang optimal karena keseimbangannya cukup terganggu dengan kondisi lengan kanan atas yang tidak ada sejak lahir.
Perubahan nomor ini membuat fokus Nanda berubah, Sejak diumumkan tampil di lompat jauh, dia lebih mengutamakan latihan di nomor itu. Terlihat sejak latihan pada Senin hingga kemarin, dalam latihan selama tiga jam, Nanda lebih banyak berlatih di kolam pasir lompat jauh.
“Saya ikutin instruksi pelatih saja. Karena lebih punya peluang, saya jadi lebih tertantang di nomor ini. Walaupun memang masih dari nol, saya sudah mulai beradaptasi,” tutur Nanda.
Selain Nanda, atlet lari Agung Laksana akan tampil di lompat jauh. Agung yang tampil di klasifikasi T36 mengambil lompat jauh karena nomor andalannya 200 meter tidak dilombakan.
“Jadi kami putuskan dia main di lompat jauh. Kalau 200 meter ada, seharusnya dia main di 100, 200, dan 400 meter. Mungkin bisa dapat perunggu di lompat jauh, tetapi kita sama sekali belum mengukur jarak lompatannya,” kata Slamet.
Menurut Slamet, pelari yang ahli dalam nomor 100 meter memiliki kemampuan yang baik dalam lompat jauh. Dengan karakteristik kecepatan tinggi dan jarak lari pendek, Nanda dan Agung tidak mengalami banyak masalah dalam proses adaptasi.
Balap sepeda
Di sisi lain, kemarin cabang sepeda menjalani latihan terakhir di Velodrom Manahan Solo. Latihan terakhir itu sekaligus dijadikan tes untuk mengetahui catatan waktu pada seluruh nomor trek.
Pelatih kepala sepeda Puspita Mustika Adya mengucapkan, tes kemarin tidak terfokus untuk mecari waktu terbaik. Tes ini hanya sebagai uji coba kemampuan terakhir sebelum menuju Jakarta.
“Karena kalau untuk waktu pasti tidak standar. Karena velodrome ini kan terbuka jadi, kondisi angin akan memperlambat catatan waktu mereka. Selain itu, sepeda khsusus trek juga ada di Jakarta. Jadi hanya memaksimalkan saja,” kata Puspita.
Salah satu latihan yang baru pertama dicoba adalah nomor team sprint. Tim yang berisi Muhammad Fadli Imammudin, M. Habib Shaleh, dan Marthin Losu, mencatat waktu 1 menit 14,06 detik pada percobaan pertama dan 1 menit 13,51 detik pada percobaan kedua.
“Ini pertama kalinya mereka berlatih bersama. Sebelumnya hanya masing-masing. Sebab cukup berbahaya berlatih bersama, karena Habib yang memiliki celebral palsy (kekakuan otot)di kepala bisa tidak seimbang saat berlatih. Ini bisa membuat rekan-rekan lain terjatuh,” tutur Puspita.
Pada latihan kemarin, ketiganya membalap dengan kompak. Namun demikian, catatan waktu ini masih sangat jauh dibandingkan tim balap asal China yang bisa mencapai 50 detik.
Adapun nomor andalan Indonesia berada pada kategori Individual Time Trial (ITT). Mereka adalah Fadli pada klasifikasi C4 karena kehilangan kaki bagian lutut bawah dan Ni Kadek Karya Dewi yang tampil dengan sepeda tangan pada klasifikasi H3.
“Kan ini masuk ke nomor road, mainnya di Sentul. Itu kan rumahnya Fadli saat dia menjadi pebalap motor. Jadi itu akan menjadi kelebihan kita. Selain itu, keduanya juga merupakan juara Asia di Myanmar pada Februari kemarin,” kata Puspita.
Fadli mengaku optimistis dengan peluang di ITT. Namun demikian, dia meminta tim pelatih untuk membuat program penurunan latihan pada dua minggu lebih jelang Asian Para Games. “Karena latihan terlalu semangat awal bulan ini, otot kami mulai lemah. Untuk itu butuh cooling down agar peak performance bisa didapat saat lomba,” katanya.