Atlet-atlet panjat tebing Indonesia mulai mengatasi ketertinggalan di disiplin lead dan boulder untuk mengumpulkan poin ke Olimpiade Tokyo 2020. Dua disiplin itu diasah melalui turnamen dunia.
JAKARTA, KOMPAS Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia atau PP FPTI memfokuskan pemusatan latihan nasional untuk meloloskan atlet-atletnya ke Olimpiade Tokyo 2020. FPTI menargetkan meloloskan tiga atlet ke Tokyo dengan terus mengasah kemampuan di disiplin lead dan boulder yang menjadi kelemahan atlet-atlet panjat Indonesia yang mumpuni di disiplin kecepatan. Pada Olimpiade 2020, nomor yang dipertandingkan adalah kombinasi, gabungan dari ketiga disiplin tersebut.
”Untuk Olimpiade nanti, akan dicari 20 atlet terbaik dari seluruh dunia. Karena itu, kami menargetkan bisa meloloskan setidaknya tiga atlet ke Olimpiade nanti. Kita sudah sangat kuat di nomor speed, tinggal memoles kemampuan di nomor lead dan boulder,” ujar Ketua Umum PP FPTI Faisol Reza di sela-sela acara syukuran tim panjat tebing Indonesia, Senin (24/9/2018), di Jakarta.
Disiplin lead menuntut pemanjat mengikuti jalur yang sudah ditentukan sambil memasang tali ke pengaman di setiap titik. Atlet berlomba memanjat hingga puncak. Sementara boulder seperti memanjat tebing alam dengan variasi kesulitan seperti overhang dan tidak menggunakan pengaman tali, tetapi ada matras busa di bawah. Adapun speed lebih pada lomba mencapai puncak secepat mungkin dengan tali pengaman yang dikendalikan dari bawah.
Untuk mengukur sekaligus mengasah kemampuan atlet-atlet panjat tebing Indonesia di nomor lead dan boulder, PP FPTI belum lama ini mengirimkan lima atletnya ke International Climbing Elite Tournament di Anshun, China. Tim Indonesia meraih hasil satu medali emas dan dua medali perak.
”Di sana dipertandingkan nomor speed dan lead, dan di nomor lead hasil atlet kita lumayan. Aries Susanti Rahayu, Puji Lestari, ataupun Aspar Jaelolo bisa berada di 10 besar. Namun, kita memang harus mengatasi ketertinggalan di lead dan boulder.
Kita sebenarnya sudah punya juga atlet yang bagus di kedua nomor itu, tinggal memolesnya saja. Sekarang, sih, yang penting adalah harus segera disiapkan pelatnasnya untuk tahun depan,” jelas Cali Setiawan, pelatih kepala panjat tebing Indonesia.
Dua atlet panjat tebing Indonesia, Aries dan Aspar, mengakui mereka masih tertinggal di nomor lead. ”Saya sendiri enggak ada persiapan sama sekali di lead, tetapi hampir lolos ke semifinal. Cuma kalau untuk kualifikasi Olimpiade, ya, kita harus segera banyak belajar lead dan boulder,” papar Aspar.
Aries pun mengungkapkan dirinya baru pertama kali itu turun di nomor lead pada kejuaraan internasional. Akan tetapi, hasil di posisi ke-9 dari 19 peserta masih terbilang lumayan. ”Belum pernah sebelumnya. Itu baru pengalaman pertama saya,” jelas Aries yang meraih emas speed di Asian Games 2018.
Untuk semakin membiasakan para atlet Indonesia di nomor lead, lima atlet Indonesia akan mengikuti empat turnamen, yaitu Turnamen Internasional Panjat Elite di Huci’an, China (9-10 Oktober), dilanjutkan seri turnamen yang sama di Wanyiasan, China (13-14 Oktober), Seri Piala Dunia IFSC di Wujiang, China (20-21 Oktober), dan Seri Piala Dunia IFSC di Xiamen, China (27-28 Oktober). Di keempat kejuaraan itu, akan dipertandingkan nomor speed dan lead.
Wakil Presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA) yang berasal dari Indonesia, Rita Subowo, mengharapkan PP FPTI bisa segera mengatasi ketertinggalan para atlet Indonesia di disiplin lead dan boulder yang akan dipertandingkan di Olimpiade Tokyo 2020.
Panjat tebing juga dipertandingkan di SEA Games Manila 2019, tetapi Cali yakin di kawasan Asian Tenggara atlet-atlet panjat tebing Indonesia masih yang terkuat. ”Kalau untuk SEA Games, kita tidak khawatir meskipun sampai sekarang belum tahu nomor apa yang akan dipertandingkan nanti,” jelas Cali.
Meski akan menjalani try out di berbagai kejuaraan internasional hingga akhir tahun ini, disampaikan Reza dan Cali, para atlet akan menjalani latihan sendiri-sendiri di daerah masing- masing.
”Pelatnas dimulai lagi awal tahun depan dengan program latihan yang lebih berat. Sebab, kita menyasar Olimpiade 2020. Jadi, para atlet harus lebih siap bekerja keras dan bersusah payah latihan,” tegas Reza. (OKI)