LONDON, SELASA Setelah dikuasai Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi selama satu dekade terakhir, penghargaan pemain terbaik dunia kini diberikan kepada Luka Modric. Pemain bertubuh mungil ini menyajikan kreativitas dan jiwa kepemimpinan yang membuat Real Madrid dan Kroasia mencapai titik tertingginya musim lalu.
Dalam acara penghargaan yang berlangsung di Royal Festival Hall, London, Inggris, Selasa (25/9/2018) dini hari WIB, Modric menerima trofi pemain terbaik berwarna perak mengilap yang bentuknya mirip dengan trofi Piala Dunia. Penghargaan dari FIFA ini digelar untuk ketiga kalinya. Sebelum tahun 2016, penghargaan ini digabungkan dengan penghargaan Ballon d’Or.
Dalam nominasi pemain terbaik, Modric bersaing dengan Ronaldo yang juga merupakan mantan rekannya di Real dan Mohamed Salah yang tampil mengejutkan bersama Liverpool pada musim lalu. Sementara Messi untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir absen dalam tiga besar nomine pemain terbaik dunia. Dalam acara di London itu, Ronaldo dan Messi pun absen.
Namun, Modric tidak mau berpikir menjadi pemain yang lebih baik daripada Ronaldo ataupun Messi. ”Penghargaan ini menunjukkan bahwa kerja keras akan selalu membuahkan hasil. Ini merupakan malam ketika semua mimpi saya terwujud,” kata Modric seperti dikutip laman FIFA.
Modric tidak pernah membayangkan bisa mendapatkan penghargaan ini jika mengingat masa kecilnya. Lahir di kota Zadar pada 1985, Modric menghabiskan masa kecilnya sebagai penggembala kambing dan dibesarkan di tengah situasi perang. Saat itu, Kroasia sedang berjuang untuk merdeka dari Yugoslavia.
Beberapa anggota keluarga Modric terbunuh dan ia menjadi pengungsi bersama anggota keluarganya yang masih selamat. Mereka berpindah-pindah mencari tempat aman. Namun, seperti yang dilansir laman Marca, Modric tak mau mengingat masa-masa itu.
Modric hanya ingin mengingat bahwa sepak bola juga telah menjadi bagian penting dari masa kanak-kanaknya. Ia hanya ingin mengingat sosok Tomislav Basic, pelatih pertamanya dan juga direktur klub NK Zadar, klub pertama Modric sebelum melangkah ke level senior. Berkat Basic, Modric mampu menggali potensi yang ia miliki sekaligus menanamkan rasa percaya diri.
Kepercayaan diri dan keberanian untuk bermimpi menjadi modal utama Modric untuk menjadi yang terbaik. ”Dengan bekerja keras, pantang menyerah, tidak mudah termakan godaan, selalu dekat dengan keluarga dan orang-orang yang Anda cintai, serta selalu berpikir positif. Itulah yang harus Anda ingat,” kata Modric ketika mengingat prinsip yang ia pegang pada awal kariernya.
Ketika naik ke podium dan menerima trofi, Modric juga mengucapkan terima kasih kepada sosok yang menjadi inspirasinya, yaitu Zvonimir Boban, legenda Kroasia yang juga pernah berjaya bersama AC Milan. Boban yang hadir di acara itu meneteskan air mata mendengar perkataan Modric.
Motor tim
Berkat Boban, Modric berani bermimpi lebih besar. Pada 1998, Boban mengantar Kroasia menjadi tim peringkat ketiga di Piala Dunia Perancis. Satu dekade kemudian, Modric memimpin skuad ”Vatreni”, julukan Kroasia, menjadi tim peringkat kedua di Piala Dunia Rusia 2018.
Hal yang sama ia lakukan ketika bermain di Real dan mengantar timnya merebut trofi Liga Champions untuk ketiga kalinya secara beruntun. Di lapangan, pamor Modric tidak segemerlap Ronaldo atau Messi yang sering mencetak gol.
Namun, Modric adalah sosok kreatif di lini tengah yang mampu menjadi motor sebuah tim.
”Dia adalah kapten tim saya, dia yang terbaik di tim dan di dunia, dan dia layak mendapatkan penghargaan ini,” ujar Pelatih Kroasia Zlatko Dalic.
Modric telah menjadi inspirasi baru. Dia mengajak semua untuk berani bermimpi besar.
(AFP/REUTERS/DEN)