JAKARTA, KOMPAS Hasil simulasi keberangkatan atlet Asian Para Games dari Wisma Atlet Kemayoran menuju arena di Gelora Bung Karno atau GBK Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (25/9/2018), menunjukkan waktu tempuh yang cukup memuaskan. Namun, proses menaikkan dan menurunkan atlet berkursi roda ke bus masih terkendala karena belum semua akses ramp terpasang dengan baik.
Dari hasil simulasi keberangkatan dari Wisma Atlet Kemayoran menuju GBK, dengan rute melalui Pintu Tol Ancol Barat hingga kawasan Senayan, dengan pengawalan polisi, ditempuh dalam waktu 36 menit. Padahal, asumsi awal, waktu tempuh diperkirakan selama 55 menit. Waktu tempuh selama 36 menit itu tidak jauh berbeda dengan saat Asian Games 2018, yakni sekitar 35 menit.
Sementara waktu untuk menaikkan tiap atlet berkursi roda ke bus, saat di wisma atlet, berkisar 3 menit. Waktu itu sejatinya masih bisa dipangkas jika akses ramp sudah terpasang semua serta ramp lebih landai.
Ivo Sahdan (20), penyandang disabilitas dengan kursi roda yang dilibatkan dalam simulasi tersebut, menilai, ramp yang digunakan pada wisma atlet masih terlalu curam. Pada kedatangan di Stadion Akuatik GBK, akses saat turun dari bus menuju ke masih terlalu menukik.
Direktur Wisma Atlet pada Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc) Rafiq Radinal menyatakan, pihaknya masih menyesuaikan ketinggian antara selter bus dan bus dek rendah serta dek tinggi guna kenyamanan akses atlet berkursi roda. Selain itu, pintu gerbang keluar di menara 1 Wisma Atlet juga diperlebar sehingga bisa dilewati dua bus.
Direktur Transportasi Inapgoc Tony Effendi mengatakan, fokusnya saat ini ada pada akses serta teknis naik-turunnya atlet berkursi roda di moda transportasi yang disediakan. Ia memperkirakan, untuk keberangkatan menjelang pertandingan, atlet perlu disiapkan di titik keberangkatan 3 jam sebelumnya.
”Estimasi tersebut dipertimbangkan dari waktu untuk berkumpul di titik keberangkatan selama 1 jam dan waktu berangkat selama 1 jam, juga persiapan sebelum pertandingan yang dialokasikan juga selama 1 jam,” jelas Tony.
Ia juga mengantisipasi banyaknya atlet yang diberangkatkan dari Wisma Atlet saat upacara pembukaan. Nantinya keberangkatan tidak hanya dipusatkan pada titik keberangkatan di menara 1, tetapi juga memanfaatkan akses tambahan di pintu menara 4 dan 7.
”Dua akses tambahan itu hanya digunakan saat upacara pembukaan. Menara 1 diprioritaskan bagi penyandang disabilitas kursi roda yang jumlahnya sekitar 30 persen dari estimasi jumlah atlet yang mencapai 3.000 orang,” kata Tony.
Deputi Divisi Transportasi Inapgoc Adrianto Djokosoetono juga memprioritaskan keberangkatan di menara 1 dapat memuat penumpang sebanyak mungkin. Keberadaan titik keberangkatan bus saat ini dapat memuat tiga bus dengan permukaan dek tinggi serta dua bus dengan dek rendah, atau memuat sekitar 38 atlet dengan kursi roda beserta pendamping atlet.
”Jumlah bus dengan permukaan dek rendah sekitar 230 unit serta 100 unit bus dengan dek rendah sepertinya cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut,” kata Adrianto.
Saat upacara pembukaan, terdapat penambahan 70 mikrobus yang dimodifikasi khusus untuk pengguna kursi roda sehingga dapat memuat penumpang hingga 10 pengguna kursi roda.
Tantangan lain
Meski waktu tempuh menuju arena di GBK sudah memadai, masih ada tantangan lain untuk waktu tempuh ke arena lain yang berjarak lebih jauh.
”Beberapa rute terjauh, yaitu GOR POPKI di Cibubur, Jakarta Timur, serta arena di balap sepeda di Sirkuit Sentul, Bogor, juga diusahakan agar dapat ditempuh dengan waktu yang tidak jauh berbeda dengan waktu tempuh ke GBK,” ujar Tony.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Carlo Manik menyatakan masih akan mengevaluasi perlu tidaknya menutup sejumlah pintu tol untuk mempersingkat waktu tempuh ke arena. (E19)