Dua laga uji coba yang dijalani tim nasional U-19 menjadi pelajaran berharga dalam persiapan menuju Piala Asia U-19, 18 Oktober-4 November. Pada laga kedua melawan China, taktik yang diterapkan pelatih belum efektif.
BOGOR, KOMPAS Pelatih tim nasional sepak bola U-19 Indonesia, Indra Sjafri, masih terus bereksperimen untuk menemukan pola permainan terbaik. Racikan taktik yang ia terapkan saat tim U-19 dikalahkan China, 0-3, pada laga terakhir turnamen internasional untuk merayakan ulang tahun ke-88 PSSI di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/9/2018) malam, belum efektif.
Pada laga kontra China, Indra merombak susunan pemain meski masih menggunakan formasi 4-2-3-1 yang juga digunakan saat menghadapi Thailand, Minggu lalu. Hanis Saghara Putra ditempatkan di lini depan dan M Rafli Mursalim ditarik mundur. Sayap kiri dan kanan juga ditempati Witan Sulaeman dan Aulia Hidayat. Adapun Gianluca Pagliuca Rossy menjadi kiper.
Jika pada saat melawan Thailand mencoba bermain melebar dan mempertahankan penguasaan bola, saat melawan China Indra mencoba skuad ”Garuda Muda” untuk bermain lebih cepat.
”Kali ini, kami mencoba menunggu di tengah dan berharap menyerang melalui serangan balik,” kata Indra seusai laga.
Pada awal laga, serangan balik bisa dibangun dengan baik.
Namun, pemain depan kurang bisa memanfaatkan peluang dengan baik. Hal itu membuat strategi serangan balik itu tidak dapat berjalan efektif.
Sebaliknya, China justru mampu mengeksploitasi kelemahan Indonesia melalui serangan dari bola-bola mati. Dua gol pertama China yang tercipta pada babak pertama dihasilkan dari tendangan pojok. Gol pertama China dicetak Guo Tianyu pada menit ke-39 dan gol kedua oleh Liu Chaoyang pada menit ke-44. Guo dan Liu menceploskan bola melalui sundulan kepala. Adapun gol ketiga China dicetak oleh Wang Jinze pada menit ke-65 setelah mendapat umpan silang.
Indonesia punya peluang bagus pada menit-menit akhir ketika Rivaldo Todd Ferre mendapat ruang terbuka. Namun, tendangannya masih bisa digagalkan kiper China.
Bola mati
Kelemahan mengantisipasi bola-bola mati ini menjadi catatan besar. ”Bola-bola mati ini yang harus kami evaluasi. Postur tubuh lawan cukup bagus,” kata Rafli Mursalim.
Selain lemah mengantisipasi bola-bola mati, para pemain juga masih kurang berani ketika menguasai bola. Ketika berhadapan dengan lawan, pemain mudah kehilangan bola dalam sedikit sentuhan.
Dengan demikian, pada turnamen mini ini timnas U-19 hanya meraih satu hasil imbang dan satu kali kalah dari dua laga. Sebelumnya, Garuda Muda ditahan imbang Thailand 2-2.
Namun, fokus Indonesia dalam turnamen ini adalah menyiapkan tim untuk menghadapi Piala Asia U-19 pada Oktober mendatang.
Seusai turnamen ini, Indonesia masih akan menjalani satu laga uji coba lainnya, yaitu melawan Arab Saudi pada 9 Oktober 2018. ”Kami memang berharap lawan yang posturnya tinggi dan saya harap tiga laga uji coba ini bisa jadi pelajaran dan menjadi kesimpulan mengenai permainan seperti apa yang akan dipakai (di Piala Asia),” tutur Indra.
Setidaknya Indonesia telah memiliki pengalaman menghadapi tim-tim Asia Tenggara dan Asia Timur. Melawan Arab Saudi, Indra juga berencana mengubah formasi tim.
Sementara itu, pelatih China Yaodong Cheng merasakan level permainan sepak bola di Asia Tenggara sudah berkembang pesat. ”Dalam turnamen ini, kami juga bisa menyiapkan tim dengan lebih baik untuk menghadapi Piala Asia nanti,” katanya. (DEN)