JAKARTA, KOMPAS Atlet di pemusatan latihan nasional cabang menembak untuk Asian Para Games 2018 mulai difokuskan berlatih di arena inti yang berada di lantai dasar Lapangan Tembak Senayan, Jakarta Pusat. Selain penyesuaian menembak untuk kategori jarak 10 meter, mereka juga masih perlu beradaptasi untuk kategori jarak 50 meter, dengan memaksimalkan waktu kurang dari dua minggu sebelum pembukaan ajang ini.
Setelah lebih dari sepekan berlatih di arena lantai dua, atlet menembak Paralimpiade mulai dapat menggunakan arena inti di lantai dasar pada Rabu (26/9/2018). Namun, arena yang sudah selesai pengerjaannya saat ini hanya untuk jarak 50 meter. Sementara arena yang berjarak 10 meter untuk Asian Para Games pengerjaannya belum selesai.
Kondisi tersebut dimanfaatkan Pelatih Cabang Menembak Paralimpiade, Saridi, untuk beradaptasi ketiga atletnya di jarak 50 meter. Adapun atlet menembak Paralimpiade klasifikasi SH1 (keterbatasan tubuh pada bagian tungkai) dengan senjata pistol, Ahmad Ridwan, serta atlet menembak dengan senapan, yaitu Hanik Puji Astuti dan Aris Haryadi, pada hari itu mulai berlatih menembak di jarak 50 meter. ”Sebenarnya mereka sudah mulai latihan di situ sejak Selasa (25/9). Namun, hal itu tidak berjalan efektif karena listrik sempat mati dan memengaruhi sistem target elektronik,” kata Saridi.
Selama latihan di arena inti, tiga atlet tampak masih sulit menyesuaikan tembakan di jarak 50 meter. Terlihat pada skor di sistem target elektronik, tembakan dengan skor 10 hanya didapat sekitar 2-3 kali dalam tiap 10 kali tembakan.
Atlet menembak dengan senapan untuk kategori standing, Hanik Puji Astuti, kesulitan beradaptasi di arena berjarak 50 meter. Ia mengaku belum terbiasa dengan embusan angin yang terlalu kencang serta sasaran bidiknya yang terlihat lebih kecil karena jaraknya yang jauh. ”Semakin lama melihat di sasaran bidik, pandangan saya ke sasaran jadi semakin kabur,” katanya.
Atlet menembak jarak 50 meter kategori prone, Aris Haryadi, selama latihan masih harus menyesuaikan berat di senapannya. Ia yang biasanya menggunakan senapan seberat 3,5 kilogram pada jarak 10 meter, belum nyaman menggunakan senjata seberat 5,5 kilogram di 50 meter.
Sementara itu, atlet menembak jarak 50 meter dengan senjata pistol, Ahmad Ridwan, juga berusaha mengejar skor lebih baik dari saat bertanding di Kejuaraan Menembak Paralimpiade Dunia Al Ain, Dubai, Maret lalu. ”Skor saya waktu itu ada di 473 poin, setidaknya bisa mencapai 500 untuk lolos kualifikasi poin minimum,” kata Ridwan.
Saridi mengatakan, menembak di jarak 50 meter lebih sulit karena faktor jarak yang lebih jauh serta dipengaruhi arah angin. Selain itu, laras senjata yang digunakan lebih panjang sehingga beban yang ditumpu oleh atlet juga menjadi lebih berat.
Untuk membantu penyesuaian mereka, Saridi mendatangkan rekannya yang berpengalaman di menembak berjarak 50 meter sebagai pembimbing. ”Harapannya, mereka bisa melakukan penyesuaian mendetail ketika belajar dari atlet yang lebih berpengalaman,” imbuhnya.
Dalam sepekan terakhir, psikolog pendamping di pelatnas menembak Paralimpiade, Maretta Dian Arthanti, berusaha memotivasi atlet agar lebih disiplin ketika menembak.
”Beberapa atlet mengeluhkan tembakannya belum sempurna. Saya sarankan mereka untuk mencatat segala faktor yang memengaruhi tembakan itu agar dapat mereka evaluasi sendiri,” katanya.
Saridi menargetkan seluruh atlet sudah bisa menyesuaikan diri di arena inti dalam sepekan mendatang. (E19)