BANYUWANGI, KOMPAS Para pebalap sepeda yang berlomba di etape II Internasional Tour de Banyuwangi Ijen atau ITdBI 2018, Kamis (27/9/2018), harus melahap jarak 179,3 kilometer dengan suhu udara 37-39 derajat celsius. Daya tahan tubuh menjadi kunci bagi pebalap PGN Road Cycling Team, Jamalidin Novardianto, yang memenangi etape itu dengan waktu 4 jam 9 menit 17 detik.
Jamalidin unggul tipis atas pebalap Yunani, Giorgios Bouglas, dari Ningxia Sport Lottery Lival Cycling Team di urutan kedua serta pebalap nasional Bernard Benyamin van Aert dari Java Partizan. Kendati demikian, Jamalidin belum mampu merebut jersey kuning yang menjadi tanda pimpinan klasemen pebalap.
Jersey kuning masih dikuasai pebalap Australia, Marcus Culey. Kendati pada etape II Culey hanya finis di urutan ke-42, total waktu Culey di etape I dan II belum tertadingi oleh pebalap lainnya. Dalam dua hari balapan, Culey mencatat waktu 7 jam 51 menit 27 detik. Adapun total waktu Jamalidin lebih lama 12 menit 42 detik dari Culey.
Jamalidin juga belum mampu merebut jersey merah putih, tanda pebalap Indonesia terbaik. Catatan waktu Jamalidin masih terpaut 7 menit 12 detik dari penguasa pebalap KFC Cycling Team, Selamat Juangga.
Meski belum mampu merebut jersey, Jamalidin mengaku cukup puas dengan capaian di etape II. Keberhasilan memenangi etape II itu tak lepas dari caranya menjaga daya tahan tubuh dan kerja sama tim yang apik.
”Di etape II, daya tahan tubuh jadi kunci pertarungan. Dari start hingga finis, cuacanya panas terus. Saya melihat alat di sepeda menunjukkan temperatur hampir 40 derajat celsius,” ujarnya.
Ia mengaku sempat mengalami sakit kepala saat 30 km jelang finis. Beruntung pebalap kelahiran Surabaya yang besar di Malang itu masih mampu menyiram air di tubuhnya untuk mengurangi rasa sakit tersebut.
Pada etape ini, Jamalidin juga memilih strategi balap yang tepat agar bisa sprint di ujung balapan. Di 60 km pertama, saat banyak jalan menurun, Jamalidin melaju ke barisan terdepan.
Sempat memimpin selama kurang lebih 10 detik, Jamalidin kembali disusul rombongan besar pebalap atau peloton.
Setelah itu, ia memilih bergerak bersama peloton sambil menyimpan tenaga untuk mencuri poin di beberapa intermediate sprint.
”Dari tiga intermediate sprint, saya tidak berhasil mencuri poin. Saya terus-menerus terjebak di dalam peloton. Baru di 5 km menjelang finis, teman-teman satu tim bisa mengantar dan membukakan saya jalan,” ujarnya.
Pada 4 km jelang finis, Jamalidin ditarik empat rekannya di PGN Road Cycling Team untuk menusuk ke depan rombongan. Saat serangan baru berjalan 1 km, salah satu pebalap PGN Road Cycling Team tumbang.
PGN Road Cycling Team kembali kehilangan dua pebalapnya masing-masing di 2 km dan 1 km menjelang finis. Jamalidin hanya ditemani seorang rekannya di 1 km terakhir. Beruntung saat terjadi insiden kecelakaan di 500 meter jelang finis Jamalidin dan rekannya bisa menghindar. Baru pada 200 meter menjelang finis, ia merangsek ke depan dan beradu sprint dengan Giorgios Bouglas dari Ningxia Sport Lottery Lival Cycling Team dan Bernard Benyamin van Aert sehingga akhirnya memenangi lomba.
Adapun pemegang jersey kuning dua etape berturut-turut, Culey, tak menyesali hasil yang ia raih kendati finis di urutan ke-42. ”Hari ini, kami hanya ingin mengamankan jarak catatan waktu yang diraih tim. Di etape I kemarin, kami berhasil membuat gap yang sangat jauh. Kami sengaja tidak memforsir tenaga di etape II karena kami ingin fokus di etape terakhir yang akan menjadi etape terberat,” tuturnya.
Hari ini, pebalap akan berlaga di etape III dari Ruang Terbuka Hijau Maraon ke Kantor Bupati Banyuwangi sejauh 139,4 km. Di etape ini, pebalap harus menghadapi dua tanjakan berkategori tiga. Chairman ITdBI Guntur Priyambodo menyebut, etape III menjadi ajang pertarungan sesungguhnya di ITdBI. (GER)