JAKARTA, KOMPAS—Kirab obor terakhir Asian Para Games 2018 di Jakarta menjadi ajang untuk merayakan kesetaraan hak bagi penyandang disabilitas. Seluruh warga, selebritas, serta pejabat pemerintahan, turut berkontribusi dalam mewujudkan hal tersebut.
Waktu pelaksanaan yang terlambat sekitar dua jam tidak menyurutkan keramaian di Balai Kota, Minggu (30/9/2018). Pawai dimulai sekitar pukul 08.30 oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc) Raja Sapta Oktohari, membawa obor secara beranting sampai ke Bundaran Hotel Indonesia (HI). Di tiap titik tersebut, pejabat pemerintah hingga figur publik bergantian menerima obor.
Hal unik yang tampak yaitu formasi selama pawai, karena para penyandang disabilitas berada di antara keramaian penari di barisan terdepan dengan rombongan pembawa obor di barisan belakang. Barisan penari di depan terdiri dari corak kostum dan properti yang khas, memperlihatkan perwakilan kebudayaan dari China, Jepang, Korea, India, hingga nuansa Timur Tengah.
Penanggung Jawab Pawai Obor Jakarta dari Inapgoc, Ageng Nugroho, mengatakan konsep formasi tersebut memosisikan penyandang disabilitas sebagai pemeran utama. Inapgoc memanfaatkan keikutsertaan selebritas seperti Nirina Zubir, serta ketokohan pesepakbola Bambang Pamungkas, untuk mengajak warga turut memperhatikan ajang Asian Para Games.
“Formasi itu menunjukkan bahwa mereka berjalan secara beriringan dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat,” kata Ageng.
Ia mengatakan, konsep pawai di Jakarta dibuat berbeda dengan daerah lain yang mengangkat unsur kearifan lokal tiap daerah. Pada pawai di Jakarta, sengaja ditampilkan penari yang mewakili nilai kebudayaan negara peserta untuk menggambarkan keikustsertaan 43 negara dalam Asian Para Games.
Kirab obor sepanjang 2 kilometer dari Balai Kota hingga Bundaran HI menarik perhatian warga yang beraktivitas pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor. Iroh (52), warga Pejagalan yang semula bermaksud untuk lari pagi di kawasan Jalan MH Thamrin, turut merekam kegiatan kirab obor melalui ponselnya dan disebar melalui media sosial.
Begitu juga dengan pasangan Pujiono (50) dan Sri Purwanti (43), yang sengaja datang untuk menyaksikan kirab obor dari Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Mereka sebelumnya menikmati euforia Asian Para Games melalui media sosial dan sadar ajang ini hanya bisa dinikmati saat Indonesia menjadi tuan rumah.
Ramainya kiriman konten media sosial itu adalah strategi yang dijalankan Direktur Pemasaran Inapgoc Mirsya Ibrahim untuk mengakali terbatasnya waktu promosi. Warga yang mempublikasikan momen kirab di media sosial diharapkan dapat menjangkau target warga yang lebih luas di internet.
Hal itu juga sejalan dengan yang disampaikan oleh Okto, sapaan Raja Sapta Oktohari. "Pawai dilakukan se-inklusif mungkin, kami tidak bergegas saat pawai karena prioritasnya yaitu warga mengenal para penyandang disabilitas dan menggelorakan semangat kesetaraan,” ujarnya.
Ketua Komite Paralimpiade Nasional (NPC) DKI Jakarta, Welly M Fernandus, berharap kirab obor dan pertandingan di ajang Asian Para Games menjadi momentum pemenuhan hak kesetaraan dan aktualisasi diri bagi penyandang disabilitas di bidang olahraga.
Keterlibatan seluruh pihak
Ketua Komisi X DPR RI Djoko Udjianto yang turut menyambut kirab obor Asian Para Games di Kantor DPR-MPR RI, menyambut momentum kesetaraan hak bagi penyandang disabilitas. Hal itu diwujudkan melalui pembangunan fasilitas yang ramah untuk penyandang disabilitas di sejumlah gedung olahraga.
“Fasilitas untuk lift, kursi, serta ramp khusus seharusnya sudah ada di setiap gedung olahraga. Setelah Asian Para Games, akan dibangun secara berkelanjutan dan saya kawal prosesnya,” kata Djoko. (Aditya Diveranta)