Sistem Penjualan Tiket Dinilai Belum Cukup Informatif
Oleh
E19
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Sistem penjualan tiket untuk upacara pembukaan Asian Para Games di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, belum cukup informatif bagi penyandang disabilitas. Sebagian dari mereka masih mempertanyakan soal akses dan kelengkapan yang disediakan bagi mereka.
Pada sistem penjualan tiket upacara pembukaan melalui situs Loket.com, tercantum tiga opsi pembelian. Selain secara reguler dan promo, terdapat pembelian khusus bagi pengguna kursi roda, yang baru ditambahkan pada Sabtu (29/9/2018) ini.
Inisiator Jakarta Barrier Free Tourism Cucu Saidah menilai opsi itu sudah baik karena memberi perhatian khusus bagi pengguna kursi roda. Namun, ia menyayangkan opsi itu tidak disertai dengan kolom untuk penyandang disabilitas kategori lainnya. "Penyandang disabilitas yang akan menonton ajang ini bukan hanya pengguna kursi roda," jelas Cucu.
Ia menyarankan, sebaiknya sistem itu tidak perlu membedakan pembelinya berdasarkan kategori disabilitas. "Kategorinya disamakan dengan orang secara umum, namun dengan keterangan tambahan yang dipilih sendiri oleh penyandang disabilitas, untuk menyesuaikan kebutuhan masing-masing," kata Cucu.
Menurut Cucu, penonton berkursi roda memiliki kebutuhan berbeda, ada yang ingin didampingi, ada juga yang ingin mandiri. Begitu juga dengan kebutuhan penyandang disabilitas tunanetra, tuli, serta tunagrahita.
Ketua II Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Mahretta mencontohkan, penyandang disabilitas tunanetra dalam upacara pembukaan memerlukan deskripsi dari perangkat audio describer, atau melalui seorang pembisik yang mendampingi selama acara. Keberadaan perangkat atau pembisik itu penting karena menjadi pengganti \'mata\' bagi mereka melalui deskripsi kata.
"Justru kebutuhan semacam itu sebaiknya tertera secara langsung sejak pembelian tiket di sistem daring, daripada mencantumkan jenis kelamin laki-laki atau perempuan," tutur Mahretta.
Dalam mengakses situs pembelian tiket, tunanetra juga memerlukan sistem khusus pembaca layar (screen reader) pada sistem komputer atau gawai. Kebutuhan itu, menurut Mahretta, belum terpenuhi dengan baik. Hal itu dapat menghambat sebagian tunanetra yang mandiri dalam mengakses situs pembelian secara pribadi.
Keterbatasan waktu
Wakil Deputi III Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc) Reza Nasution mengatakan, Inapgoc tidak cukup waktu untuk memaksimalkan layanan dalam sistem pembelian tiket. Namun, ia menjanjikan kebutuhan mendasar penyandang disabilitas akan dapat dilengkapi menjelang upacara pembukaan.
Untuk penonton tunanetra, jalannya upacara pembukaan akan dideskripsikan oleh seorang penyiar melalui sistem tata suara terpisah. Sementara itu, untuk penonton tuli sudah disiapkan layar besar berisi teks serta petugas yang memvisualisasikan melalui bahasa isyarat.
Ia mengatakan, pemisahan kolom pembelian tiket penonton berkursi roda pada situs Loket.com terkait dengan letak kursi bagi mereka pada upacara pembukaan. Inapgoc mengalokasikan 500 tiket bagi pengguna kursi roda di area yang paling landai, melalui jalur khusus demi kenyamanan mereka.
Kebutuhan akses situs melalui screen reader bagi tunanetra diakui sebagai hal yang baru belakangan ia ketahui. Dia masih mengusahakan agar akses situs pembelian tiket dapat dilakukan juga dengan perangkat tersebut. "Untuk mencari teknisi yang dapat menangani hal itu cukup sulit. Namun, kami usahakan agar penjualan tiket pertandingan sudah dapat diakses melalui screen reader," kata Reza. (Aditya Diveranta)