JAKARTA, KOMPAS - Sekat batas penyandang disabilitas dengan masyarakat umum melebur dalam perasaan setara di puncak kirab obor Asian Para Games 2018. Gelora ini menjadi awal positif mewujudkan Indonesia yang ramah disabilitas.
Kirab obor di Jakarta, Minggu (30/9/2018), mengakhiri parade api obor Asian Para Games 2018 selama 25 hari di sembilan kota. Penutupan kirab tersebut memperlihatkan tidak ada perbedaan yang memisahkan penyandang disabilitas dengan masyarakat umum. Semua setara.
Hal itu tampak jelas dalam sesi pertama kirab obor dari Balai Kota DKI Jakarta ke Bundaran Hotel Indonesia. Selama tahapan 2 kilometer ini, pejabat negara hingga publik figur dan atlet yang membawa obor dikawal pengguna kursi roda dari komunitas penyandang disabilitas.
Di tepi jalan, ribuan masyarakat memeriahkan kirab ini dengan antusias. Sikap saling mendukung terasa saat panitia membantu mendorong kursi roda pengawal obor yang kelelahan.
Mantan atlet nasional, Richard Sam Bera dan Bambang Pamungkas, yang sebelumnya membawa obor, kemudian bergantian menuntun kursi roda atlet bola basket Paralimpiade, Denih Firdaus Alamasah, pembawa obor ke-19.
Ketua Umum Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc) Raja Sapta Oktohari mengatakan, kirab obor di Jakarta sengaja dirancang inklusif untuk mengenalkan penyandang disabilitas kepada masyarakat. Hal ini bertujuan menggelorakan semangat kesetaraan.
”Sebab, kami tidak sekadar mempersiapkan ajang olahraga. Dalam konsep lebih besar, ada misi untuk menjadikan Indonesia ramah bagi penyandang disabilitas,” kata Okto, sapaannya.
Kirab obor yang menampilkan beragam kebudayaan daerah lokal hingga Asia ini terbagi menjadi tiga bagian. Tahap pertama berakhir di Bundaran HI. Tahap kedua menuju Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, diakhiri di Gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Di pengujung kirab, obor diterima Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahwari. Ia ditemani Presiden Dewan Paralimpiade Asian (APC) Majid Rashed. ”Senyuman dan sikap baik dari Indonesia kepada disabilitas semoga memberi pesan baik kepada negara-negara di Asia,” tutur Rashed.
Kirab di Jakarta menjadi puncak parade obor selama hampir sebulan di sembilan kota. Inapgoc menjadikan kirab terakhir ini momentum promosi untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang Asian Para Games.
Imam meminta segenap warga Indonesia memeriahkan Asian Para Games pada 6-13 Oktober 2018. ”Mereka akan berjuang mewakili bangsa. Seharusnya kita mendukung para atlet disabilitas yang penuh motivasi dan inspirasi,” katanya.
Sebagai bentuk dukungan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen menambah animo masyarakat. Pihak Pemprov DKI akan menyediakan bus transjakarta gratis ke arena pertandingan khusus pada Sabtu dan Minggu.
Peningkatan aksesibilitas
Momentum menjadikan Indonesia ramah disabilitas ini juga disuarakan para atlet. Menurut Denih, Jakarta belum terlalu ramah bagi penyandang disabilitas. ”Terutama kalau naik bus, masih sulit bagi pengguna kursi roda,” katanya.
Anggota Komisi X DPR, Djoko Udjianto, menegaskan, ajang disabilitas ini harus menjadi momentum perbaikan aksesibilitas. Djoko akan mengawal pembangunan aksesibilitas di seluruh Indonesia, khususnya sarana dan prasarana olahraga.
Sementara itu, kontingen peserta Asian Para Games mulai tiba di Jakarta, didahului kontingen Bahrain yang terdiri dari 14 atlet disabilitas dan 8 ofisial. Mereka kemudian masuk ke Wisma Atlet Kemayoran, disusul para atlet tuan rumah.
Para atlet asal Afghanistan dan China juga dijadwalkan tiba pada hari Minggu. Adapun Wisma Atlet dibuka secara resmi pada Senin ini. (E10/E16/E19/KEL)