SHAH ALAM, KOMPAS Laga perempat final Piala Asia U-16 antara Indonesia dan Australia di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (1/10/2018), menjadi momen membuktikan kekuatan mental para pemain muda. Skuad ”Garuda Muda” ditantang melawan rasa takut dan mengusir ketegangan.
Pertaruhannya cukup besar bagi Indonesia. Untuk pertama kali sejak 1990 Indonesia bisa kembali menembus fase gugur Piala Asia U-16. Selain itu, laga melawan Australia yang dimulai pukul 15.30 WIB ini menjadi kesempatan terbaik untuk mencatat sejarah, lolos ke Piala Dunia U-17 2019 di Peru 2019.
Asia mendapat jatah empat tempat pada Piala Dunia U-17 2019.
Empat tim yang lolos ke semifinal pada Piala Asia ini otomatis tampil di Piala Dunia. Bagi Indonesia, yang tim U-23 dan seniornya masih kering prestasi di level Asia Tenggara, lolosnya timnas U-16 ke piala dunia akan menjadi oase menyegarkan.
Namun, ekspektasi tinggi terhadap skuad Garuda Muda bisa menjadi bumerang. Pemain akan merasa terbebani dan kesulitan bermain lepas. Apalagi Australia adalah tim dengan lini serang mematikan. Mereka mengalahkan Indonesia di ajang Piala AFF U-15 tahun 2017 dengan skor 7-3.
Bek timnas U-16, Komang Teguh Trisnanda, seusai berlatih di Padang Latihan Sime Darby FC, Shah Alam, Selangor, Malaysia, Minggu (30/9) pagi, mengaku merasakan tekanan itu. ”Beban pasti ada, tapi kami berusaha tak menganggapnya sebagai beban,” kata pemain asal Bali ini. Menurut Komang, Australia merupakan tim tangguh dengan postur pemain yang tinggi.
Namun, dia tak khawatir karena Indonesia bisa lebih lincah memainkan bola- bola pendek. Sebagai bek, Komang mewaspadai pergerakan penyerang Australia, Noah Vinko Botic, yang sudah mencetak tiga gol pada fase grup. Lini pertahanan Indonesia akan mengemban tugas berat. ”Pelatih sudah menginstruksikan untuk meningkatkan komunikasi dan siap dengan bola-bola atas,” katanya.
Menyeimbangkan emosi
Pelatih timnas U-16 Indonesia, Fakhri Husaini, bersyukur timnya memiliki modal cukup untuk pengalaman bertanding melawan tim-tim kuat. Di sisi lain, Fakhri berusaha untuk menyeimbangkan emosi pemain. ”Mental para pemain cukup bagus, saya suka motivasi mereka yang sangat tinggi. Namun, ini harus dikelola karena jika tidak terkontrol akan berbahaya,” kata Fakhri. Terlalu percaya diri membuat pemain menjadi ceroboh, tetapi terlalu takut juga membuat lawan bisa mendominasi.
Fakhri juga meminta pemainnya tidak menanggapi komentar negatif di media sosial. Amiruddin Bagus Kahfi merupakan salah satu pemain yang mendapat sorotan warganet karena dinilai terlalu egois dan ingin tampil menonjol. ”Saya katakan, yang berkomentar di media sosial itu belum tentu pernah masuk ke lapangan bola seumur hidupnya. Jadi tidak perlu risau. Justru dengan keegoisan Bagus, timnas bisa melaju jauh,” kata Fakhri. Pemain diminta hanya mendengarkan kata-kata pelatihnya.
Dari aspek taktik, Fakhri menjalankan simulasi pertandingan saat berlatih, Minggu. Tim dibagi dua kelompok, salah satunya bermain dengan gaya tim Australia yang kuat di sektor sayap.
Melalui simulasi ini, pelatih lebih mudah menentukan susunan pemain dan formasi yang akan dipakai. Fakhri yakin Australia akan bermain dengan gaya yang sama. Jika sudah bisa membaca permainan lawan, para pemain Indonesia tinggal membutuhkan kreativitas dan mental baja untuk bisa mengalahkan mereka.