JAKARTA, KOMPAS - Rivalitas di antara dua pebulu tangkis Paralimpiade nasional, Suryo Nugroho dan Dheva Anrimusthi, membawa angin segar bagi prestasi nasional. Keduanya menjadi tulang punggung untuk menciptakan final sesama Indonesia di Asian Para Games 2018.
Suryo dan Dheva merupakan atlet klasifikasi SU-5 atau keterbatasan pada tangan. Mereka akan tampil dan saling bertarung pada nomor tunggal putra.
Pelatih kepala bulu tangkis Paralimpiade, Imam Kunantoro, mengatakan, dua atlet andalan ini berpeluang besar meraih medali emas. Bahkan, apabila tidak bertemu sebelum final, kemungkinan besar akan tercipta final sesama Indonesia.
”Peluang Suryo dan Dheva untuk meraih emas sama. Tinggal melihat siapa yang lebih siap,” kata Imam saat latihan perdana atlet nasional, Selasa (2/10/2018), di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta.
Kepercayaan diri tim bulu tangkis berasal dari penampilan Suryo dan Dhevi dalam kejuaraan selama 2018. Mereka selalu bersaing dan minimal mencapai babak semifinal.
Dalam kejuaraan resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) terakhir di Thailand pada Juli 2018, mereka menghadirkan final sesama Indonesia.
Padahal, unggulan sekaligus peringkat pertama BWF, Cheah Liek Hou, asal Malaysia, turut berpartisipasi dalam kejuaraan ini.
Dheva, peringkat kedelapan dunia, saat itu bermain gemilang. Ia yang mengalahkan Cheah pada semifinal. Setelah itu, ia menumbangkan Suryo, peringkat kedua dunia, dua gim langsung di final, 21-15, 21-17.
”Ya saya belajar banyak dari Mas Suryo. Kan, dia senior saya. Saya mau lebih baik dari dia,” kata pemain yang baru masuk pelatnas sejak Januari 2017 itu.
Tekad Dheva untuk bisa memperbaiki diri dan mengalahkan Suryo hadir saat ASEAN Para Games Kuala Lumpur 2017. Kala itu, ia takluk dari seniornya tersebut di semifinal.
Sejak itu, ia selalu menambahkan program latihan di luar pelatnas. ”Saya datang lebih awal untuk latihan stroke. Saat waktu kosong, saya sering berlari di Taman Sriwedari, Solo, juga menyewa lapangan bulu tangkis untuk bermain,” ujar Dheva.
Perkembangan Dheva memunculkan persaingan yang kian sengit di pelatnas sebab sejak di pelatnas pada 2010, Suryo nyaris tidak memiliki lawan seimbang di kelasnya.
Suryo pun dipaksa meningkatkan kemampuannya. Dalam tiga pertemuan terakhir di Thailand, Irlandia, dan uji coba Asian Para Games, atlet yang lengan kirinya diamputasi setengah lengan ini selalu kalah.
Harus diakui, kata Suryo, persaingan dengan Dheva membuatnya lebih termotivasi untuk berlatih. ”Rasanya janggal kalau ada yang lebih baik. Saya jadi tidak mau kalah dan mengatasi ketertinggalan,” ucapnya.
Persaingan tak hanya terjadi di tunggal, pada nomor ganda, keduanya juga akan saling berhadapan. Suryo berpasangan dengan Oddie Kurnia, sedangkan Dheva dengan Hafiz Briliansyah.
Dalam latihan perdana di Istora, tim pelatih hanya menginstruksikan untuk pengenalan lapangan. Latihan yang berlangsung selama dua jam, dari pukul 14.00 hingga 16.00, pemain melakukan simulasi pertandingan di nomor ganda. (KEL)