Kemenangan Napoli atas Liverpool, 1-0, memperlihatkan kepiawaian Pelatih Napoli Carlo Ancelotti dalam meracik taktik. Napoli kini menjadi lebih percaya diri dan berbahaya.
NAPOLI, KAMIS Carlo Ancelotti berhasil membuktikan bahwa ia adalah pelatih yang sangat dibutuhkan Napoli saat ini. Berkat kecerdikan dan pengalamannya dalam meracik taktik, Ancelotti berhasil membuat Napoli bisa melumpuhkan Liverpool, 1-0, pada laga Liga Champions di Stadion San Paolo, Kamis (4/10/2018) dini hari WIB.
Bahkan, Liverpool yang merupakan finalis Liga Champions musim lalu tidak dapat sekali pun menembak bola dengan tepat ke arah gawang Napoli malam itu. Tumpulnya serangan ”The Reds” seperti ini terakhir kali terjadi di Liga Champions saat mereka kalah dari Benfica pada Februari 2006.
”Tidak ada tembakan tepat ke gawang? Saya tidak ingat kapan terakhir kali itu terjadi. Namun, sekarang saya harus mengakui bahwa penampilan buruk tim adalah kesalahan saya,” kata Pelatih Liverpool Juergen Klopp.
Pada laga tersebut, Liverpool tidak segarang biasanya. Mereka tidak bisa tampil beringas seperti ketika menggilas Napoli, 5-0, dalam laga persahabatan pada Agustus lalu. Trio penyerang yang menjadi tumpuan Klopp, yaitu Sadio Mane, Roberto Firmino, dan Mohamed Salah, berhasil dimatikan langkahnya di San Paolo.
Semua itu berkat kejelian Ancelotti meracik taktik dan mengoptimalkan potensi pemain yang ia miliki. Pada awal laga, formasi Napoli yang dipublikasikan sebagai panduan penonton adalah 4-4-2. Namun, formasi itu sangat cair dan berubah-ubah ketika laga berjalan.
”Ancelotti, seperti yang ia katakan kepada saya sepanjang pekan ini, ingin tim bermain dengan formasi 3-5-1-1 ketika menyerang dan 4-4-1-1 ketika bertahan,” kata Direktur Olahraga Napoli Cristiano Giuntoli, seperti dikutip laman Football-Italia. Ketika menyerang, Mario Rui bergerak maju sehingga di belakang hanya ada tiga bek.
Musim lalu, ketika masih dilatih Maurizio Sarri, Napoli selalu menggunakan formasi 4-3-3. Jika Ancelotti mulai memakai formasi tiga bek atau 3-5-2, Napoli seperti kembali ke era Walter Mazzarri yang menjadi pelatih klub berjuluk ”Partenopei” itu pada 2009-2013.
Dengan racikan Ancelotti, Napoli beberapa kali bisa menembus pertahanan Liverpool dan menciptakan beberapa peluang gol. Bahkan, penyerang Dries Mertens hampir mencetak gol jika bola tidak membentur mistar gawang.
”Kami 100 persen tidak yakin dengan taktik Napoli, sepertinya mereka menggunakan 4-3-3, tetapi mengubahnya sedikit,” kata Klopp.
Kebingungan Klopp pun berubah menjadi mimpi buruk ketika Lorenzo Insigne berhasil mencetak gol setelah menerima umpan silang dari Jose Callejon pada menit ke-90. ”Luar biasa bisa menang seperti ini. Kami tampil solid sebagai sebuah tim,” kata Insigne.
Temukan formula
Untuk bisa meracik tim solid seperti saat menghadapi Liverpool, Ancelotti butuh delapan laga di semua kompetisi pada musim ini untuk menemukan formula yang tepat untuk timnya. Ia sama sekali tidak ingin mengekor gaya Sarri yang mengantar Napoli sebagai tim peringkat kedua Serie A musim lalu.
Konsekuensinya, Napoli seperti tim yang labil pada awal musim ini. Di Serie A, mereka kalah 0-3 dari Sampdoria dan baru digilas Juventus, 1-3.
Penampilan Napoli awal musim ini bisa saja menipu jika melihat rekam jejak Ancelotti. Pernah mempersembahkan tiga trofi Liga Champions (dua trofi untuk AC Milan dan satu trofi untuk Real Madrid), Ancelotti tidak diragukan lagi paham cara untuk menaklukkan Eropa.
”Ini laga yang selalu saya nantikan. Semoga kemenangan ini bisa membuat kami lebih percaya diri dan bisa bermain lebih lepas pada laga-laga berikutnya,” kata Ancelotti.
Langkah Napoli masih berat karena di Grup C ini mereka masih harus bertandang ke Stadion Anfield, markas Liverpool, dan ke markas Paris Saint-Germain. Musim lalu, Napoli gagal lolos dari fase grup dan ini yang akan diperbaiki oleh Ancelotti. (AP/AFP/REUTERS/DEN)