Dimas Ekky Naik Kelas ke Grand Prix Moto2 Musim 2019
Oleh
Agung Setyahadi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Dimas Ekky Pratama pebalap sepeda motor binaan Astra Honda Motor akan naik kelas ke Grand Prix Moto2 pada musim 2019. Semusim penuh dia akan berlomba di bawah bendera Idemitsu Honda Team Asia. Ini mimpi yang menjadi kenyataan bagi pebalap berusia 25 tahun yang sejak 2014 mengasah teknik, mental, dan pemahaman karakter sirkuit-sirkuit Eropa di ajang CEV Moto2 Kejuaraan Eropa.
Ajang CEV yang melombakan kelas Moto3 dan Moto2 merupakan jenjang terakhir sebelum naik kelas ke Gran Prix yang melombakan kelas Moto3, Moto2, dan MotoGP. Saat ini dua pebalap Indonesia binaan Astra Honda Motor berlaga di CEV. Mereka adalah Dimas Ekky Pratama di CEV Moto2 Kejuaraan Eropa dan Gerry Salim di CEV Moto3 Kejuaraan Dunia Yunior.
Tahun depan, Dimas menjadi satu-satunya pebalap Indonesia yang bertarung di ajang Grand Prix Moto2. Dimas dipilih sebagai pebalap andalan Idemitsu Honda Team Asia, mewakili bakat-bakat terbaik dari benua Asia. Idemitsu Honda Team Asia merupakan tim balap yang berpengalaman di ajang Grand Prix.
Pebalap berjuluk ”Red Forehead” ini dinilai cukup matang untuk bersaing di level dunia yang lebih ketat. Dia semakin kompetitif dan matang teknik maupun mentalnya berkat pembinaan bertahun-tahun di berbagai ajang. Dimas pernah menjadi juara di ajang Suzuka 4 Hours Endurance Race, juara Asia Road Racing Championship 2017 yang digelar di Sentul, hingga mengibarkan bendera Merah Putih untuk pertama kalinya di ajang CEV Moto2 Kejuaraan Eropa dengan berdiri di podium ketiga pada seri Catalunya 2017.
Di CEV Moto2 musim 2018, Dimas berada di posisi ke-6 klasemen sementara dengan koleksi 70 poin setelah finis keempat di seri Jerez, Spanyol, Minggu (30/9/2018). Ajang ini masih menyisakan dua seri, yakni di Albacete (2 balapan), dan Valencia, keduanya di Spanyol.
Sejarah Baru
Tampilnya pebalap asal Depok, Jawa Barat itu, di ajang balap GP Moto2 yang setingkat di bawah MotoGP pada 2019, menjadi sejarah baru pembinaan balap berjenjang yang dilakukan AHM. Proses yang secara konsisten dilakukan AHM ini memasuki fase baru dengan mempromosikan pebalap binaannya ke level tertinggi dunia selama semusim penuh di GP Moto2. Dimas menjadi tumpuan Indonesia untuk mengejar prestasi lebih baik demi mengharumkan dan membuat bangga bangsa.
Thomas Wijaya, Direktur Pemasaran AHM, mengatakan, dengan pencapaian ini maka program penjenjangan balapan terstruktur yang dilakukan AHM memasuki babak baru untuk membuahkan prestasi yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
”Selamat untuk Dimas yang mampu menapakan kaki ke GP Moto2 dengan setiap usaha kerja keras dan kerjasama. Kami berharap Dimas dapat terus berjuang maksimal dengan mental juara, untuk selalu menciptakan masterpiece, dan konsisten menginspirasi pebalap muda Indonesia lainnya untuk meraih mimpi berlaga di ajang kelas dunia,” ujar Thomas, Jumat (5/10/2018), melalui siaran pers.
Bagi Dimas, kesempatan emas berlaga di GP Moto2 akan dimanfaatkannya sebagai salah satu tangga untuk mencapai mimpi tertinggi, yakni berlaga di ajang paling bergengsi, MotoGP. Dirinya sadar, bahwa perjuangan di level lebih tinggi tidak akan mudah.
”Dapat tampil di GP Moto2 merupakan kesempatan berharga yang sangat saya nantikan. Tentunya tantangan yang dihadapi akan sangat berbeda baik dari segi mesin, motor, maupun persaingan ketat kompetisinya. Sekuat tenaga saya akan berusaha memberikan prestasi terbaik demi nama harum bangsa Indonesia. Pengalaman mengikuti pembinaan berjenjang AHM akan menjadi modal penting untuk mengarungi musim balap GP Moto2 di tahun depan,” kata Dimas yang kini berada di Barcelona.
Pada tahun pertamanya di GP Moto2, Dimas menargetkan dapat cepat beradaptasi dan memberikan performa terbaiknya untuk mencetak banyak poin.
Menjinakan sepeda motor Moto2 bukan hal yang pertama bagi Dimas. Dia sudah pernah mencicipi atmosfer ketat balapan ajang ini sebanyak dua kali. Pertama, saat menggantikan Jorge Navarro di tim Federal Oil Gressini Racing pada GP Malaysia 2017. Kedua, tampil sebagai pebalap wildcard di GP Catalunya pada 2018.
Kendati demikian, musim 2019 akan jauh berbeda. Hampir semua regulasi teknis berubah total, termasuk penggunaan mesin baru. Kondisi ini akan menjadi tantangan terbesar, tak hanya bagi Dimas, tetapi juga pebalap lain di level ini.