JAKARTA, KOMPAS — Cedera menimpa atlet lari Paralimpiade klasifikasi T47 atau keterbatasan tubuh atas, Nanda Mei Sholihah (19), jelang Asian Para Games 2018. Meski begitu, Nanda bertekad memaksakan tampil dengan kondisi engkel yang masih sakit dan bengkak.
Pada Jumat (5/10/2018) sore, di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Nanda yang biasanya ceria terduduk diam di dalam tenda istirahat atlet Indonesia. Saat bersamaan, rekan-rekannya serius berlatih untuk persiapan Asian Para Games.
”Kemarin sempat coba latihan, tetapi kaki aku malah nyeri. Jadi, tadi hanya ikut datang saja,” kata atlet yang lahir tanpa lengan bagian bawah itu.
Nanda tak berlatih akibat cedera engkel kaki kanan. Engkelnya bengkak karena salah bertumpu saat berlatih estafet dalam pelatnas pada 27 September 2018 di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah.
Walaupun sudah lebih dari seminggu, kondisi kaki atlet asal Kediri itu tidak kunjung membaik. Sampai kemarin malam bengkak di engkel kanannya masih belum kempis. ”Padahal sudah ke fisioterapis setiap hari, tetapi tidak berpengaruh signifikan,” katanya.
Hal itu membuat Nanda yang didaftarkan pada nomor lari 100 meter, 200 meter, serta lompat jauh diragukan tampil. Cabang atletik mulai dipertandingkan pada Senin, 7 Oktober. Kecil kemungkinan peraih emas ASEAN Para Games 2017 itu dapat sembuh total.
Meski begitu, Nanda menolak menyerah pada kondisi kakinya. Ia bertekad memaksakan tampil walaupun sakit dan bengkak di kakinya belum hilang pada saat lomba.
”Kemarin pelatih bilang lebih baik istirahat daripada cederanya tambah parah. Aku tidak mau. Aku ingin tetap tampil,” ujarnya.
Atlet yang bercita-cita menjadi guru itu tidak ingin perjuangannya selama ini sirna begitu saja. Nanda berlatih dari pagi hingga sore selama 10 bulan demi Asian Para Games.
”Sedih sekali kalau sampai tidak tampil di Asian Para Games. Sudah banyak yang aku korbankan, dari tenaga sampai waktu berkumpul dengan keluarga,” ucapnya.
Asian Para Games merupakan mimpi Nanda sejak lama. Sejak debut di tingkat nasional pada 2013, tujuan besarnya adalah mampu berprestasi di tingkat Asia.
Sebelumnya, prestasinya hanya berada di tingkat Asia Tenggara. Nanda merupakan peraih tiga emas nomor lari 100 meter, 200 meter, dan 400 meter pada ASEAN Para Games 2015 dan 2017.
Kekecewaannya bertambah sebab Nanda berpotensi meraih medali di ajang olahraga disabilitas se-Asia itu. Di nomor lompat jauh, lompatannya yang mencapai 4,5 meter sudah cukup menghasilkan minimal medali perunggu.
Upaya maksimal
Pelatih atletik Paralimpiade, Purwo Adi Sanyoto, mengatakan, Nanda memang masih dalam kondisi cedera. Walau begitu, kondisi itu sudah membaik dibandingkan saat di Solo.
Tim pelatih kini berupaya keras memulihkan cedera Nanda. Salah satunya dengan memanfaatkan fisioterapi. ”Nanti kita lihat perkembangannya. Sejauh ini masih memungkinkan karena aktivitas engkelnya sudah lebih baik,” katanya.
Tim atletik tetap optimistis menatap Asian Para Games. Tiga atlet yang ditargetkan emas, Saptayoga Purnomo (T37), Karisma Evi (T42), dan Nur Ferry Pradana (T47), sedang berada dalam performa terbaik.
”Mereka berada dalam jalur yang tepat. Kami sudah siapkan mereka untuk mencapai puncak penampilan saat lomba nanti,” kata Purwo.
Sementara itu, tim atletik berhasil meloloskan total 44 atlet dalam proses klasifikasi pada 2-5 Oktober 2018. Semua atlet tidak mengalami penurunan kelas yang dapat merugikan. (KEL)