MALANG, KOMPAS - Arema FC akhirnya memetik poin maksimal saat menjamu tamunya Persebaya Surabaya dengan skor akhir 1-0 dalam laga lanjutan Gojek Liga 1 yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (6/10/2018).
Laga derby antara dua tim Jawa Timur ini berlangsung panas. Bahkan, sejumlah penonton sempat masuk ke lapangan saat jeda antarbabak dan usai pertandingan. Kondisi ini juga disesalkan pemain Arema sendiri, mereka mengaku tidak bisa merayakan euforia dengan bernyanyi keliling lapangan akibat masuknya oknum suporter.
Gol semata wayang Arema tercipta dari sontekan A Nur Hardianto yang masuk menggantikan Sunarto di paruh kedua. Hardianto memanfaatkan bola mental yang berawal dari tendangan bebas pemain Arema.
Gol itu membuat lesu kalangan Bonek, pendukung Persebaya, yang menonton pertandingan pada layar raksasa di halaman kantor Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. Mereka mengharapkan “Bajul Ijo”, julukan Persebaya, menang tetapi kenyataan bahwa laga berakhir dengan kekalahan.
“Satu sama dengan sebelumnya,” ujar Heriyanto, pemuda yang mengaku sebagai Bonek dan tinggal di Wonokromo. Heriyanto benar, dalam pertemuan sebelumnya, Mei 2018, di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Persebaya menang 1-0 atas Arema.
Ketidakpuasan juga diutarakan Agus Santoso yang mengaku Bonek dan tinggal di Waru, Sidoarjo. Ia menonton pertandingan di warung kopi di Jalan Ngagel, Surabaya. Warung ini merupakan salah satu tempat nongkrong Bonek untuk menonton pertandingan Persebaya saat tandang. “Kalau tadi menang, indah sekali tentunya,” katanya.
Baik Arema maupun Persebaya sebenarnya tampil ngotot, namun sepanjang babak pertama serangan kedua tim tidak membuahkan hasil. Baru pada babak kedua Arema tampil lebih menguasai pertandingan.
Mendapat dukungan penuh dari sekitar 40.000 Aremania membuat anak asuh Milan Petrovic tampil percaya diri. Mereka tampil menekan, namun sejumlah peluang tidak berhasil dimanfaatkan maksimal.
Kiper Persebaya Miswar Saputra pun harus berjibaku menyelamatkan gawangnya dari gempuran Singo Edan. Persebaya mencoba menyerang, namun anak asuh Djajang Nurdjaman itu tak mampu berbuat banyak akibat dikawal ketat oleh pemain belakang Arema.
“Setelah break kami main bagus, bisa menekan, seperti ketika main melawan Persib, Persipura, dan Madura United,” ujar Milan. Menurut Milan sejak awal pihaknya melakukan tekanan tinggi sehingga permainan anak asuhnya bisa berkembang.
Atas hasil ini, Arema menempati posisi 11 dengan poin 31 atau naik dua tingkat dari posisi sebelumnya di urutan ke-13 dengan poin 28. Sedang Persebaya berada di posisi 12 atau turun satu tingkat dari sebelumnya dengan poin 29.
Arema memang berusaha meraup poin penuh karena posisinya belum aman dari zona bawah. Dalam laga menjamu Madura United pada 17 September lalu, Arema menang 2-0. Namun Arema kembali menelan pil pahit setelah kalah 0-1 melawan Persipura saat laga tandang.
Mengenai kekalahan anak asuhnya, Djajang sedikit menyesalkan keputusan wasit yang memberikan hadiah tendangan bebas bagi Arema sehingga berbuah gol meski kiper Persibaya sempat memblok laju bola. Djajang tidak melihat apa yang dilakukan salah satu pemainnya sebagai pelanggaran.
Djajang pun mengapresiasi anak asuhnya yang bisa bermain baik dan mampu menghadapi tekanan. Diakui, tensi pertandingan yang panas membuat Persebaya tidak sempat melakukan latihan di Malang. “Kami sudah bermain terbuka,” katanya.
Sementara itu untuk mengindari hal tidak diinginkan, aparat menjaga ketat pertandangan dan para pemain Persebaya. Bahkan pemain Persebaya harus diangkut menggunakan kendaraan taktis milik Satuan Brimob Polda Jawa Timur, baik saat datang maupun meninggalkan stadion Kanjuruhan.
Pihak kepolisian sendiri mengerahkan 1.700 pasukan, belum termasuk dari pihak TNI. Dari awal sebelum pertandingan, suporter sudah diingatkan untuk tertib dan tidak membentangkan poster atau meneriakkan hal-hal yang bersifat provokatif. Imbauan ini dilakukan karena hubungan suporter kedua tim (Aremania dan Bonek) sejak lama kurang harmonis.
Bahkan, untuk menghilangkan kesan “panas” sempat digelar acara lamaran salah satu Aremania di tengah lapangan lengkap dengan dua spanduk hitam besar bertuliskan “Will you merry me?” dan “I will”.
Meski kedua kelompok pendukung bermusuhan bertahun-tahun, upaya perdamaian sebenarnya tak pernah berhenti ditempuh. Sayangnya, perdamaian antarkelompok suporter masih menjadi pekerjaan rumah yang sangat berat bagi klub dan PSSI. Dalam laga di Kanjuruhan, demi alasan keselamatan dan keamanan, tidak ada penonton yang memakai atribut Persebaya. Hal ini juga terjadi saat laga pada Mei lalu di Gelora Bung Tomo, laga tidak dihadiri oleh penonton beratribut Arema.