Tim basket kursi roda putra Indonesia gagal menang atas Iran di laga perdana Asian Para Games 2018. Namun, ini menjadi langkah awal perkembangan basket kursi roda nasional.
Tidak ada raut wajah kesedihan ataupun kekecewaan yang terpancar dari para pemain tim bola basket kursi roda putra Indonesia, saat wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir. Padahal, pada laga perdana yang berlangsung di Arena Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (7/10/2018), mereka harus menelan kekalahan telah 17-117 dari tim Iran.
Mereka tersenyum dan saling berpelukan bersama rekan satu tim. Tak lupa, mereka juga menyalami satu per satu pemain tim Iran. Selanjutnya, 12 pemain Indonesia berbaris di tengah lapangan dan memberi hormat kepada penonton di empat penjuru tribune.
Gemuruh sorak-sorai dan tepuk tangan diberikan penonton bagi tim nasional yang telah berpeluh membela ”Merah Putih” itu. Suasana haru meliputi arena kala penonton sesaat kemudian juga mengapresiasi dan memberikan dukungan dengan kompak menyanyikan lagu ”Bagimu Negeri”.
Meski kalah, mereka tetap bangga pertandingan ini menjadi tonggak sejarah baru bagi dunia basket kursi roda Indonesia. Untuk pertama kali, setelah terbentuk sekitar sembilan bulan lalu, mereka tampil di kejuaraan besar, yakni pesta olahraga atlet disabilitas Asia. Bagi mereka, ini langkah awal untuk terus berkembang jadi lebih baik di masa selanjutnya.
”Kami tidak sedikit pun kecewa. Malah kami bangga, kami bisa tampil di Asian Para Games dan bermain dengan tim-tim besar, seperti Iran. Lagi pula, kami tim yang baru terbentuk, bahkan belum satu tahun. Justru ini bisa menjadi pelecut semangat kami jadi lebih baik kelak,” ujar pelatih Indonesia Fajar Brillianto seusai laga.
Tim Indonesia memang sangat minim pengalaman. Tim baru terbentuk pada akhir Desember 2017. Tidak hanya itu, 11 dari 12 pemain di tim tidak pernah mengenal basket. Semuanya adalah atlet paralimpiade dari cabang lain yang direkrut untuk menjadi pebasket kursi roda.
Di antara pemain ada Daryoko, Yulianto, Jaka Sriyana, dan Edy Johan ayng mantan atlet atletik paralimpiade. lalu ada mantan atlet bulu tangkis paralimpiade (Danu Kuswantoro, mantan atlet tenis paralimpiade Arifin Risma, dan mantan atlet angkat berat paralimpiade Lalu Idrus. Hanya kapten tim Donald Putra Santoso yang murni atlet basket kursi roda.
Namun demikian, para pemain Indonesia tampak sangat bersemangat bermain saat menghadapi Iran. Tak ada tanda-tanda mereka demam panggung. Mereka pun tak segan berjibaku hingga terjatuh dan terguling di lantai. Contohnya Danu yang lebih dari lima kali terguling karena terhantam kursi roda lawannya.
”Saya terharu melihat perjuangan mereka. Mereka banyak berubah. Enam bulan lalu ketika ikut Kejuaraan Basket Kursi Roda Asia di Thailand, Danu sekali jatuh, kemudian tidak mau main lagi. Hari ini, ia jatuh berkali-kali tetapi terus bangkit dan main sampai akhir laga. Semangat mereka ini adalah modal besar untuk ke depan. Jika ada semangat, nantinya kita akan terus bina kemampuan dan startegi mereka agar lebih baik,” kata Fajar.
Lawan Iran memang tak mudah. Tim dari Tanah Persia itu merupakan peraih perunggu Asian Para Games 2014. Mereka pun berpredikat tim peringkat empat dunia pada Kejuaraan Basket Kursi Roda Dunia di Jerman pada Agustus lalu.
”Tim kami sudah dibentuk sejak lima tahun lalu. Mereka terus diasah di sejumlah pertandingan dan kejuaraan hingga bisa seperti ini,” tutur pelatih Iran Mohammadreza Dastyar.
Dastyar menilai, tim Indonesia bisa terus berkembang, asalkan rutin berlatih dan bertanding dengan negara-negara lain yang lebih kuat. Indonesia juga harus lebih sering ikut kejuaraan untuk menambah jam terbang ataupun pengalaman.
”Selain itu, Indonesia harus ada kejuaraan atau liga lokal. Dengan liga lokal, akan muncul pemain-pemain baru. Di Iran, liga lokal sudah lama ada. Bahkan, beberapa pemain kami direkrut klub luar negeri, seperti ke klub-klub Eropa,” tuturnya.