JAKARTA, KOMPAS Atlet-atlet balap sepeda Paralimpiade Indonesia menunjukkan semangat tinggi pada hari pertama lomba balap sepeda jalan raya Asian Para Games 2018 di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (8/10/2018). Mereka berhasil merebut 3 medali perak dan 4 medali perunggu dari nomor individual time trial (ITT). Hasil tersebut melebihi perkiraan tim pelatih balap sepeda Paralimpiade Indonesia.
Dari delapan nomor yang dipertandingkan di tengah panas teriknya matahari di Sirkuit Sentul yang tercatat mencapai 38 derajat Celsius, hanya di nomor ITT kelompok putra C1-2 yang tidak ada atlet Indonesia di podium. Di nomor itu, Indonesia menyertakan satu atlet.
”Hasil ini sungguh luar biasa, jauh di atas perkiraan saya. Semula saya mengira kita hanya akan mendapat perunggu, tetapi nyatanya kita dapat tiga perak. Hasil pada hari pertama ini akan semakin menambah kepercayaan diri atlet-atlet kita yang selama ini merasa waktu latihan mereka masih kurang,” kata pelatih kepala tim balap sepeda Paralimpiade Indonesia, Puspita Mustika Adya.
Mantan pebalap motor Muhammad Fadli Imammudin yang tampil paling awal menjadi motor penarik para atlet Indonesia lainnya dengan kecepatannya yang semakin baik.
”Meski gagal meraih emas, saya sangat puas dengan hasil ini karena penampilan saya naik 105 persen dibandingkan saat latihan. Kecepatan rata-rata saya yang sebelumnya 41 km per jam tadi sudah di atas 42 km per jam.
Tetapi, lawan memang sangat kuat karena sudah 12 tahun di balap sepeda, sedangkan saya baru 2 tahunan,” ungkap Fadli yang dikalahkan atlet Paralimpiade China, Wei Guoping, di kelompok putra C4 (keterbatasan pada kaki, termasuk amputasi).
Posisi ketiga di kelompok itu dimenangi atlet Malaysia, Mohammad Najib Turano, yang pada beberapa kejuaraan sebelumnya selalu mengalahkan Fadli. ”Sekarang saya sudah bisa mengalahkan atlet Malaysia itu, makanya saya sangat senang,” papar Fadli.
Seperti halnya Fadli, Guoping kepada Kompas menceritakan, dirinya juga mengalami kecelakaan pada usia 6 tahun yang membuat kaki kirinya dari bagian lutut ke bawah harus menggunakan kaki palsu.
Bedanya, jika Fadli tidak membutuhkan waktu lama untuk memulihkan kondisi mentalnya pasca ditabrak seusai finis di sirkuit Sentul pada 2015, Guoping butuh waktu 4 tahun untuk memulihkan kondisi mentalnya.
”Baru pada usia 10 tahun saya mulai lebih percaya diri dan yakin bisa melakukan sesuatu meski kaki saya sudah tidak normal lagi. Sebelum itu, saya sama sekali tidak percaya diri.
Kemenangan saya di sini karena saya sudah sangat berpengalaman di balap sepeda ini sehingga tahu bagaimana menyusun strategi dan waktu latihan saya juga sangat padat,” papar Guoping, peraih medali perak di ajang Paralimpiade Rio de Janeiro 2016 di nomor tim sprint campuran itu.
Dua perak Indonesia lainnya disumbangkan Sufyan Saori di kelompok putra C5 dan Anwar Saipul di kelompok putra C3. Sufyan yang mencetak waktu 28 menit 39,210 detik setelah menjalani lima putaran (20 km) mengaku tak menyangka bisa meraih medali perak. Dia kalah dari atlet China, Lai Shanzhang, yang mencetak waktu 27 menit 36,877 detik.
Saipul yang hanya menghadapi dua lawan di kelompoknya mengungguli atlet India setelah mencetak waktu 18 menit 50,520 detik. Sementara emas diraih atlet Korea Selatan, Sik Yong-jin dengan 17 menit 06,872 detik.
Medali perunggu Indonesia disumbangkan atlet-atlet Ni Kadek Karyadewi (kelompok putri H2-4), Somantri (putra H4-5), Sri Sugiyanti yang berpasangan dengan Ni Mal Magfiroh (Putri B), dan Halawa Herman yang berpasangan dengan Diwan Fiar Pradana (putra B). (OKI)