JAKARTA, KOMPAS – Langkah Indonesia di kompetisi tenis kursi roda Asian Para Games 2018 terhenti dengan takluknya pasangan ganda putra Agus Fitriadi dan Puji Sumartono di babak delapan besar Asian Para Games Jakarta 2018 di Klub Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Selasa (9/10/2018). Agus dan Puji kalah dari pasangan DSR Dharmasena-RALS Ranaweera asal Sri Lanka, 1-6, 1-6.
Meski kalah, tim tenis kursi roda Indonesia tidak mengakhiri Asian Para Games 2018 dengan tangan hampa. Perhelatan olahraga disabilitas -Asia ini telah memberi kesempatan untuk berkompetisi langsung dengan para petenis elite dunia dan meraup berbagai pelajaran berharga. Motivasi untuk bangkit dan menempa diri pun semakin menyala.
Pada awal set pertama, Agus dan Puji bisa mengimbangi permainan dari pasangan lawan. Namun, perlawanan tersebut tidak bertahan lama dan akhirnya tertinggal. Agus-Puji pun tidak bisa membalikan keadaan pada set kedua.
Pelatih tim tenis kursi roda Indonesia Irfan Dwi Nurfianto berharap para pemainnya tidak berkecil hati, sebab permainan mereka telah menunjukkan peningkatan. Terlebih lagi, mereka belum pernah dipasangkan sebelum pelatnas dimulai pada Januari 2018 ini.
“Ada peningkatan jauh dibandingkan dengan saat terakhir mereka bermain. Permainan saat ini lebih rapi,” kata Irfan pelan. Irfan mengatakan, sebelumnya Agus-Puji pernah bertemu dengan pasangan Sri Lanka pada Kuala Lumpur Open 2018 Agustus lalu.
Tidak ada waktu istirahat bagi tim tenis kursi roda Indonesia. Puji mengatakan, usai Asian Para Games 2018, Thailand Open 2018 menjadi target mereka berikutnya. “Kami akan lebih rutin lagi dalam aspek waktu dan lebih intensif,” kata Puji.
Asian Para Games 2018 memberikan pelajaran berharga dan motivasi bagi tim tenis kursi roda Indonesia. Sebelumnya, usai takluk dari petenis nomor dua dunia Yui Kamiji, petenis putri Indonesia Ndaru Patma Putri mengatakan, ia akan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai staf sebuah lembaga swadaya masyarakat untuk fokus berlatih setiap hari.
Momentum semacam ini ini juga harus dipetik oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan tenis kursi roda di Indonesia. Ekosistem kompetisi dan dukungan pemerintah ditunggu.
Agus mengatakan, tidak cukup kompetisi tenis kursi roda berkembang dengan hanya sebuah kejuaraan nasional setahun sekali. Kejuaraan internasional harus diikuti untuk dapat terus bertumbuh seiring dengan perkembangan dunia tenis kursi roda dunia.
“Kalau di kejurnas, kita ya bertemu dengan teman-teman sendiri dengan kemampuan yang sudah kita kenal baik. Harus bertemu dengan lawan-lawan baru yang dapat kita pelajari,” kata Agus.
Duo Jepang melaju
Di sisi lain, para petenis ranking top dunia terus melaju. Petenis kursi roda putra nomor satu dunia Shingo Kunieda dan nomor dua putri dunia Yui Kamiji masing-masing mencatatkan kemenangan pada babak perempat final turnamen tenis kursi roda. Cuaca panas dan angin kencang menjadi faktor tambahan yang harus mereka dihadapi.
Kunieda mengalahkan lawannya petenis ranking 26 dunia Oh Sang-ho dari Korea Selatan 6-4, 6-1. Kemenangan yang diraih dalam dua set ini bukan berarti Kunieda menang tanpa perlawanan Sang-Ho. Pada set pertama, Kunieda sempat dua kali tertinggal dalam pertandingan dibawah panas matahari yang terik dan cuaca angin kencang tersebut.
Oh sempat unggul dari Kunieda 2-0 pada set pertama. Kunieda kemudian berhasil menyamakan kedudukan melalui serangan konsisten terhadap sisi backhand Oh. Petenis Korea Selatan dipaksa melakukan kesalahan dalam pengembalian bola-bola tajam dari Kunieda.
Keberhasilan menyamakan kedudukan ini membuat Kunieda lebih semangat dalam menyerang. Beberapa kali, Kunieda mencoba untuk menyambut pukulan Oh dan melakukan pukulan volley, akan tetapi pengembalian bola yang sering menyangkut di net dimanfaatkan Oh untuk kembali unggul 4-3.
Sedikit demi sedikit Kunieda kemudian mengejar ketertinggalannya. Dia pun melakukan servis as yang tidak bisa disentuh oleh Oh. Penempatan bola Kunieda juga lebih akurat. Set pertama dimenangkan oleh Kunieda, 6-4.
Pada set kedua, Kunieda yang berada di atas angin pun semakin mendominasi permainan. Tanpa perlawanan seperti pada set pertama, set kedua dimenangkan oleh Kunieda dengan skor 6-1.
“Di set pertama kondisi pertandingan memang sangat sulit. Angin kencang membuat saya agak kesusahan membuat pukulan yang tajam. Tetapi di set kedua, saya merasa lebih nyaman sehingga pukulan saya juga mulai membaik,” kata Kunieda.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kamiji usai mengalahkan Huang Huimin asal China dengan skor 6-1, 6-3. Kamiji harus menyesuaikan pukulan-pukulannya dengan angin yang kencang.
“Dengan angin yang kencang dan arahnya sering berpindah, saya harus berpikir lebih keras menyesuaikan pukulan saya. Terkadang saya harus memberikan spin yang lebih, terkadang harus mengeluarkan pukulan yang lebih hard. Tergantung anginnya,” kata Kamiji.
Dalam pertandingan yang berlangsung dalam waktu 70 menit tersebut, Kamiji kerap memaksa Huang bertahan di belakang baseline menggunakan bola-bola pantul tinggi yang tidak dapat dicapai oleh petenis China tersebut.
Huang pun sempat memilih untuk maju ke depan, mencoba melakukan pukulan voli sebelum bola Kamiji memantul tinggi. Akan tetapi, Huang gagal mengembalikan bola dengan baik; menyangkut di net.
Selain Kunieda dan Kamiji, para unggulan lain juga lolos menuju babak berikutnya. Di nomor tunggal putra, Takashi Sanada, unggulan dua yang berperingkat 9 dunia asal Jepang, menang telak 6-0, 6-0 melawan Im Ho-won asal Korea Selatan. Suthi Khlongrua asal Thailand pun menang 6-4, 6-0 melawan Lee Ha-gel asal Korea Selatan.
Perlawanan ketat dihadapi unggulan tiga Kouhei Suzuki, peringkat 12 dunia, saat bertemu dengan Abu Samah Borhan asal Malaysia. Suzuki dipaksa bermain tiga set dengan skor 6-3, 5-7, 6-2.
Di nomor tunggal putri, unggulan keempat asal Jepang yang merupakan peringkat 14 dunia Momoko Ohtani menang dengan skor 6-0, 6-1 saat berhadapan dengan petenis Thailand Wanitha Inthanin.