JAKARTA, KOMPAS - Medali emas yang sudah di depan mata tidak membuat atlet-atlet catur difabel terlalu percaya diri. Mereka ingin memastikan Merah Putih berkibar di Asian Para Games.
Atlet-atlet catur Indonesia tinggal selangkah mempersembahkan medali emas Asian Para Games 2018. Olah pikir yang jernih, mental kuat, dan kerja sama tim ditunjukkan oleh para atlet yang mengalami keterbatasan fisik dan penglihatan pada babak kelima dan keenam di GOR Cempaka Putih, Jakarta, Selasa (9/10/2018).
Secara keseluruhan, 11 pecatur Indonesia meraih kemenangan dan 7 pecatur menelan kekalahan pada babak kelima. Adapun hasil babak keenam,
10 pecatur menang, 1 pecatur remis, dan 7 pecatur lainnya kalah.
Pecatur putri tunanetra klasifikasi B1, Debi Ariesta, dan atlet tunadaksa, Nasip Farta Simanja, hanya perlu hasil remis untuk memastikan meraih medali emas. Dengan sisa satu babak, perolehan poin mereka sudah terlalu jauh untuk dikejar oleh lawan-lawannya.
Debi kini mengumpulkan 5,5 poin setelah mengalahkan atlet Myanmar, Pu Yan, pada babak kelima dan wakil Iran, Leila Zarezadeh Shahrak, di babak keenam. Jika Debi gagal, medali emas bisa dipastikan tetap menjadi milik Indonesia.
Pesaing terdekat Debi, rekan sesama pelatnas, Tati Karhati, dengan 5 poin. Di bawah mereka ada Leila Zarezadeh (Iran) dan pecatur Indonesia lainnya, Margaretha Wilma, yang sama-sama meraih poin 3,5.
Namun, medali emas yang sudah di depan mata tidak membuat Debi terlalu percaya diri. Dia menilai, posisinya saat ini berkat dukungan yang tak terbatas dari Tuhan, lingkungan, keluarga, pelatih, dan sesama rekan pecatur Indonesia lainnya.
Bagi Debi, membanggakan Indonesia di tingkat dunia sudah menjadi impiannya sejak dulu. Ia ingin mengulang pencapaian dua medali emas dan dua perak pada ASEAN Para Games Kuala Lumpur 2017. Kali ini, dia ingin mendengar lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” berkumandang di level Asia.
Debi juga mengakui, selain ingin mengharumkan bangsa, dia juga termotivasi menekuni catur karena hadiah dan bonus prestasi. ”Awalnya malas main catur karena capek dan malas berpikir. Tetapi, setelah menang dan mendapat hadiah, kemudian mulai termotivasi,” ungkap atlet asal Purwakarta, Jawa Barat, ini.
Selain Debi, Nasip juga tinggal selangkah meraih emas berbekal poin 5,5 setelah menang pada babak kelima dan keenam. Pesaing terdekatnya adalah pecatur sesama pelatnas, Roslinda Manurung, dan Jennitha Anto Kanickai Irudayaraj asal India yang masing-masing mengumpulkan poin 4,5.
”Sebelum bertanding, saya selalu berdoa agar senantiasa dimudahkan. Dalam hati saya juga selalu terdorong agar bisa melihat bendera Merah Putih berkibar di kejuaraan ini,” ujar Nasip, peraih dua medali emas dan dua perak pada ASEAN Para Games 2017 tersebut.
Motivasi judoka muda
Sementara itu, pada cabang judo buta, kemarin, dua atlet Indonesia semuanya kalah. Melinda Artia Garini yang turun pada kelas +57 kg klasifikasi B3 kalah dari Lin Zhilian asal China dan Kin Seoh-yun asal Korea Selatan. Sementara Wirya Dharma di kelas +81 kg klasifikasi B1 kalah dari Sunil Kumar asal India.
Melinda mengakui, salah satu alasan kekalahannya karena dia kurang siap dan kurang cepat dalam mengantisipasi serangan lawan. Dia juga sempat lengah sehingga lawan mudah melakukan bantingan dan kuncian.
Meski kalah, semangat Melinda untuk membanggakan Indonesia di mata dunia tidak pernah padam. Dia berharap dapat membanggakan Indonesia melalui kompetisi internasional lain.
Melinda yakin, pada usianya yang baru menginjak 20 tahun masih banyak waktu untuk meraih prestasi. Dia juga bertekad untuk menembus peringkat papan atas Asia agar bisa tampil di Paralimpiade Tokyo 2020. (MTK)