JAKARTA, KOMPAS Indonesia menambah lima medali emas, dua medali perak, dan tiga medali perunggu dari kategori perorangan dan beregu nomor catur cepat Asian Para Games 2018, Jumat (12/10/2018), di GOR Cempaka Putih, Jakarta. Tambahan medali ini membuat Indonesia meraih total 11 emas pada cabang catur. Mimpi mengharumkan negeri menjadi dorongan terkuat para pecatur dalam meraih prestasi.
Pada nomor perorangan, medali emas diraih Edy Suryanto (klasifikasi B1 atau buta total putra) dan Tati Karhati (B1 putri). Adapun untuk kategori beregu, medali emas diraih tim B1 putra yang terdiri atas Edy, Hendi Wirawan, dan Carsidi; tim B1 putri meliputi Tati, Debi Ariesta, dan Margaretha Wilma Sinaga; serta tim B2/B3 (penglihatan sangat terbatas) putra yang beranggotakan Satrio Gayuh, Hartono Adji, dan Haryanto.
Selain itu, pada nomor catur cepat Indonesia juga meraih 2 medali perak dan 3 medali perunggu. Dengan hasil ini, kontingen catur Indonesia total telah mengumpulkan 11 medali emas, 5 medali perak, dan 6 medali perunggu.
Meraih sederetan prestasi di level internasional merupakan impian para atlet, tak terkecuali Tati. Pada Asian Para Games 2018, total Tati meraih 3 medali emas dan 1 perak. Sejak turun di ASEAN Para Games Solo 2011, tercatat Tati selalu mendapat 3 medali emas. Pada ASEAN Para Games Kuala Lumpur 2017, Tati juga sukses meraih 3 medali emas.
Prestasi yang diraih itu bagi Tati merupakan pembuktian dari impiannya menjadi pecatur. Ia selalu bermimpi membanggakan Indonesia di mata dunia melalui profesi yang ditekuninya saat ini. Dengan hadiah bonus yang diperolehnya, ia juga ingin mewujudkan impian untuk membiayai operasi ibunya yang mengalami patah tulang akibat kecelakaan pada 13 tahun yang lalu.
Pembuktian prestasi juga ditunjukkan Edy Suryanto. Meski telah berusia 58 tahun, Edy tetap menjadi andalan Indonesia untuk meraih prestasi cabang catur. Ia konsisten meraih medali pada setiap ajang yang diikutinya. Pada ASEAN Para Games 2017, Edy menyabet 4 medali emas. Sementara pada ASEAN Para Games 2015 Singapura, ia hanya mendapat medali perak.
Sementara bagi Debi Ariesta, meraih 3 medali emas pada kompetisi catur level Asia merupakan prestasi terbaiknya saat ini. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa penyandang disabilitas juga bisa berprestasi dan tidak lagi dipandang remeh orang lain.
”Saya selalu termotivasi menjadi kebanggaan keluarga dan negara. Saya ingin membuktikan, meski tunanetra, saya bisa menang di tingkat Asia,” tutur Debi.
Tak hanya para atlet, mengharumkan negeri juga menjadi mimpi kepala pelatih catur Indonesia, Sri Martono. Pria yang telah menjadi pelatih catur Indonesia sejak 2011 ini bahkan ingin terus membawa dan mendampingi pecaturnya dalam meraih prestasi di tingkat dunia.
”Tahun depan ada kejuaraan dunia untuk pecatur tunanetra di Italia. Semoga mereka bisa ikut kejuaraan dunia tersebut meski minim pengalaman di tingkat dunia,” katanya. (MTK)