Cabang bulu tangkis Paralimpiade menyajikan final sesama Indonesia pada klasifikasi tunggal dan ganda SU5, keterbatasan organ gerak atas. Selain itu, empat medali emas juga masih berpotensi diraih oleh Indonesia pada Sabtu ini.
JAKARTA, KOMPAS Tangisan pebulu tangkis Paralimpiade, Leani Ratri Oktila, membuat haru ribuan penonton di Istora Senayan saat kalah dalam final tunggal putri Asian Para Games 2018, Jumat (12/10/2018) pagi. Kesedihan itu hanya seketika karena setelahnya, Ratri meraih emas pada ganda putri bersama Khalimatus Sadiyah Sukohandoko.
Setelah bersalaman dengan atlet asal China, Cheng He Fang, Ratri tak kuasa menahan kesedihan. Sambil jongkok di depan kotak menaruh tas raket, ia mengambil handuk untuk menutupi wajahnya, lalu menangis di balik handuk itu. Istora yang kemarin hampir terisi penuh mendadak hening.
”Saya terpuruk banget setelah kalah itu. Karena target pribadi dari awal itu emas di tunggal. Terlebih karena kepikiran sudah janji mempersembahkan emas untuk ulang tahun Mama saya yang datang menonton hari ini,” kata Ratri, pemain klasifikasi SL4 atau keterbatasan kaki.
Ratri kalah dengan kepala tegak. Ia menyerah dalam tiga gim 21-19, 18-21, 13-21. Atlet asal Pekanbaru itu terkuras tenaganya pada gim penentu. Ia pun harus puas dengan raihan perak.
Kesedihan Ratri tak bertahan lama. Pada sore, iak embali menjalani final ganda putri SL3-SU5 bersama rekannya, Khalimatus. Kali ini Ratri membalas kekalahan kepada Cheng yang berpasangan dengan Ma Huihui. Ratri/Khalimatus meraih emas setelah menang 21-15, 21-12.
Setelah memastikan kemenangan, Ratri/Khalimatus berpelukan. Mereka meloncat-loncat di lapangan disambut tepuk tangan dan sorakan ribuan penonton. Ratri pun kembali tersenyum.
”Cukup lega karena akhirnya bisa mendapat emas juga setelah tadi sedih bukan main. Sekarang saya akan fokus ke partai final ganda campuran besok,” kata Ratri, yang juga meraih emas di Asian Para Games 2014.
Kemarin Ratri bermain tiga kali, dua final dan satu semifinal. Final berlangsung pada pagi dan sore. Sementara itu, Ratri menjalani semifinal ganda campuran Sl3-SU5 bersama Hary Susanto pada siang. Mereka menang dan akan tampil pada final hari ini.
Bagi Ratri, meraih emas di Indonesia merupakan mimpinya sejak dulu. Sebelum kecelakaan motor pada 2011, ia adalah pemain di klub umum.
Kecelakaan saat persiapan Pekan Olahraga Nasional Riau 2012 itu membuat tulang di paha kirinya bergeser. Ratri pun sempat berhenti bermain setahun. Sampai pada Pekan Paralimpiade Nasional 2012, ia diminta bermain. Ratri yang tertantang pun menyetujuinya.
”Itu pertama kali main setelah kecelakaan. Kan, sehabis kecelakaan pakai tongkat. Jadi, pas main, tongkatnya saya geletakkan di sebelah lapangan. Saat itu, pahanya sakit luar biasa,” kata Ratri.
Meski awalnya dilarang orangtua, Ratri bersikeras mengikuti bulu tangkis Paralimpiade karena termotivasi oleh bulu tangkis kursi roda. ”Saya seperti tercambuk, mereka saja masih bisa berolahraga, kenapa saya tidak,” kata juara dunia di nomor ganda campuran itu.
Khalimatus juga senang bisa membantu mewujudkan mimpi Ratri yang sudah dianggap sebagai kakak sendiri. Mereka berlatih, bepergian, hingga tidur di kamar yang sama setiap hari. ”Kita, kan, sudah pasangan empat tahun. Kak Ratri yang selalu ngajarin aku selama di pelatnas,” ucapnya.
Sementara itu, Khalimatus pun bangga dengan prestasi emas pertamanya dalam Asian Para Games. Apalagi, mereka mengalahkan pasangan Cheng/Ma.
Adapun Ratri/Khalimatus kalah di semifinal Kejuaraan Dunia 2017 dengan 19-21, 12-21.
Pelatih kepala bulu tangkis Paralimpiade, Imam Kunantoro, mengatakan, emas yang diraih ganda putri memang sudah diperkirakan. Meski tidak masuk target, kemampuan Ratri/Khalimatus merupakan salah satu yang terbaik di dunia.
Final sesama
Hingga Jumat malam, tim bulu tangkis total menyumbang dua medali emas, dari Ratri/Khalimatus dan beregu putra. Sementara itu, dua emas lain juga dipastikan oleh tunggal putra dan ganda putra SU5 atau keterbatasan tubuh atas setelah atlet nasional memastikan final sesama Indonesia.
Aksi heroik ditunjukkan tunggal putra nasional SU5, Dheva Anrimusthi, saat menghadapi atlet asal Malaysia, Cheah Liek Hou, di semifinal. Dheva yang kalah pada gim pertama oleh pemain peringkat pertama dunia itu membalikkan keadaan dan menang lewat pertarungan ketat, 18-21, 21-14, 21-16.
Di final, Dheva akan bertemu Suryo Nugroho. Suryo lolos ke semifinal setelah mengalahkan rekan senegaranya, Oddie Listiant Putra, 21-16, 17-21, 21-16.
Sementara itu, di semifinal ganda putra, Dheva yang berpasangan dengan Hafizh Briliansyah menang mudah atas pasangan Malaysia, Mohamad Fariz/Amyrul Yazid, 21-9, 21-10. Pasangan Suryo/Oddie menyusul ke final setelah menumbangkan pasangan unggulan pertama asal Malaysia, Cheah/Saaba Hairol Fozi, 16-21 21-18 21-17.
”Besok, kan, final sesama Indonesia, jadi ya bebannya sudah berkurang,” ujar Suryo. (KEL)