JAKARTA, KOMPAS Setiap pemain yang mengikuti kompetisi panjang, seperti Liga Kompas Kacang Garuda U-14, dituntut untuk bisa berlatih rutin bersama timnya tiap pekan. Mereka yang berhasil memenuhi tuntutan itu bakal mudah bersaing dan bertahan di papan atas klasemen.
Pembuktian atas hasil latihan tim-tim tersebut terlihat pada laga pekan ketujuh Liga Kompas yang berlangsung di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (14/10/2018). Ragunan Soccer School, tim yang bisa membentuk pola latihan yang baik, tetap bertahan di peringkat pertama dengan 19 poin.
Di atas lapangan yang panas dan berdebu, Minggu kemarin, Ragunan tetap bisa berpesta gol dengan mengalahkan Kabomania, 5-0. Dari 16 sekolah sepak bola (SSB) yang berlaga, Ragunan tetap menjadi tim yang paling produktif dengan mengemas total 20 gol dalam tujuh laga.
Melawan Kabomania, para pemain Ragunan tampil atraktif. Mereka dengan tenang mengalirkan bola ke depan dan memiliki penyelesaian akhir yang baik.
Kelima gol itu dicetak oleh Ziddan Haidar Fawwas, Muhammad Kahfi Wicaksono, Ahmad Athallah Araihan, dan Dicky Daniel Pontolaeng (dua gol).
Pelatih Kabomania Cecep Jumhana mengakui timnya kalah di segala aspek, terutama teknik bermain dan penempatan posisi. Selain itu, cedera yang dialami kiper utama Kabomania cukup memengaruhi permainan tim.
Sementara asisten pelatih Ragunan Soccer School, Wahyudi, mengatakan, kemenangan mereka merupakan buah dari latihan rutin selama ini. ”Setelah latihan fisik pada hari Selasa, pada Kamis kami berlatih formasi dan transisi menyerang ke bertahan. Jumat baru latihan simulasi pertandingan,” katanya.
Kesibukan di sekolah
Faktor penting lainnya yang membuat Ragunan masih perkasa adalah kemampuan tim untuk menyiasati kesibukan para pemain. Saat ini mayoritas pemain duduk di kelas IX SMP dan sedang sibuk menyiapkan diri menghadapi ujian sekolah.
Meski demikian, pihak SSB berusaha menyesuaikan jadwal kegiatan sekolah para pemain agar latihan berjalan lancar. Hasilnya, di setiap latihan, hampir tidak ada pemain yang absen.
Namun, tidak semua tim bisa mengatur waktu latihan dengan baik. Mandiri Selection Soccer School, misalnya, sedang kesulitan untuk mengumpulkan semua pemainnya pada setiap latihan. Tim berlatih tiga kali dalam sepekan dan setiap kali latihan hanya diikuti sekitar 70 persen dari 25 pemain yang ada.
Pelatih Mandiri Selection Mukhsin Alatas mengatakan, para pemain itu punya kegiatan tambahan di sekolah untuk persiapan ujian. ”Jadi, materi yang saya sampaikan tidak dapat diterapkan dengan baik ketika tim berkompetisi karena latihan terpotong-potong,” kata Mukhsin.
Mandiri Selection saat ini berada di peringkat ketiga dari bawah dengan empat poin. Artinya, tim yang pada musim lalu finis di peringkat ketiga itu masih harus berjuang untuk keluar dari zona degradasi. Sayangnya, saat bertemu tim papan bawah lainnya Minggu kemarin, yaitu Siaga Pratama, laga berakhir imbang 0-0.
Hal yang sama dialami ASIOP Apacinti dan Benteng Muda IFA. Ketika bertemu Minggu kemarin, kedua tim hanya mampu bermain imbang, 0-0.
Laga berjalan dengan tempo lambat dan kedua tim tampak berhati-hati. Cuaca panas juga turut menguras stamina para pemain kedua tim.
Salah satu pemain ASIOP, Muhammad Jordan Edison, mengatakan, dirinya tidak bisa mengikuti satu kali latihan setiap pekan karena ada kegiatan di sekolah. ”Saya harus mengatur pola istirahat agar bisa tetap membagi waktu antara sekolah dan sepak bola,” ujar Jordan.
Absennya satu pemain saat latihan memiliki pengaruh besar terhadap permainan tim secara keseluruhan. ”Komunikasi jadi terputus. Namun, saya tetap sampaikan agar saat berlaga, mereka harus tetap tenang. Itu yang terpenting,” kata Pelatih ASIOP Apacinti Ilham.
Bagi asisten pelatih Benteng Muda IFA, Amsori, hasil imbang ini sudah sangat bagus mengingat para pemainnya juga sedang sulit berlatih secara rutin. Latihan yang mereka lakukan dua kali sepekan tidak berjalan optimal.
Amsori bersyukur karena Benteng Muda termasuk satu dari empat tim yang sejauh ini belum terkalahkan. Mereka berusaha keras agar tidak kehilangan poin karena persaingan kompetisi bakal semakin ketat.
Caranya adalah dengan berlatih rutin dan meningkatkan kekompakan. Tuntutan di sekolah juga sangat penting bagi pemain. Kini tinggal bagaimana mereka bisa mengatur waktu.(IGA/DEN)