Timnas sepak bola Jerman terus terpuruk, bahkan menuai rekor-rekor buruk sejak Pelatih Joachim Loew dipertahankan. Perancis berpeluang besar menambah luka Jerman dan Loew.
PARIS, SENIN Belum pulih dari luka seusai digilas Belanda 0-3, timnas sepak bola Jerman harus menghadapi Perancis di Liga Nasional Eropa, Rabu (17/10/2018) dini hari WIB. Laga di Paris ini bisa menjadi hari ”penghakiman” Pelatih Timnas Jerman Joachim Loew yang kehilangan dukungan, baik di dalam maupun luar tim.
Meskipun berstatus tim besar, Jerman ibarat liliput dalam laga di markas juara Piala Dunia 2018 itu. Kualitas taktik, mental, dan psikologis ”Der Panzer” kalah jauh dari Perancis, tim yang terus berevolusi dan tidak terkalahkan di 14 laga terakhirnya.
Tidak heran, Michael Da Silva, kolumnis Deutsche Welle, memprediksi duel itu sebagai hari ”pemakaman” tim Jerman di bawah rezim Loew yang telah bertahan selama 12 tahun. Tim juara dunia 2014 itu bisa menjadi bulan-bulanan Perancis tanpa terobosan masif dari Loew guna mengangkat mental dan kepercayaan diri timnya yang kini tengah hancur.
Untuk kali pertama dalam sejarah, Jerman gagal membuat satu pun gol di tiga laga kompetitif terakhirnya. Mereka dibantai Belanda 0-3, ditahan Perancis 0-0 di rumah sendiri pada pertemuan di Liga Nasional sebelumnya, serta dihajar Korea Selatan 0-2 di Piala Dunia Rusia 2018.
Selain tidak bertajinya lini depan, lini pertahanan juga kikuk. Benteng pertahanan yang digalang kiper Manuel Neuer, serta barisan bek Mats Hummels, Jerome Boateng, dan Jonas Hector, keropos dimakan usia. Dalam enam laga sejak dimulainya Piala Dunia Rusia, gawang Jerman telah delapan kali kebobolan.
Permasalahan itu terjadi karena Loew dinilai terlalu loyal dengan para pemain seniornya yang berjasa di Piala Dunia 2014. Meskipun sempat memakai jasa sejumlah pemain muda di Piala Konfederasi 2017, Loew masih memarjinalkan mereka di laga krusial seperti Piala Dunia 2018.
”Pada suatu titik, Loew harus mempertimbangkan hal penting bahwa ia tidak bisa terus mengandalkan pemain yang telah jadi dan berpengalaman,” ujar Oliver Kahn, mantan kiper Jerman.
Teror ”Les Bleus”
Tak ayal, benteng tangguh mereka saat menjuarai Piala Dunia itu berpotensi menjadi salah satu masalah saat menyambangi ”Les Bleus” di stadion kebanggaannya. Meskipun prestasi mereka telah mencapai puncaknya, tiga bulan lalu di Rusia, Perancis masih berpotensi terus berkembang.
Tak seperti Jerman, ”Les Bleus” berpotensi menguasai Eropa dan dunia untuk waktu lama, seperti dilakukan Spanyol satu dekade lalu. Perancis memiliki segudang talenta muda yang rutin mendapat jam terbang untuk terus berkembang, baik di klub masing-masing maupun timnas.
Penyerang belia, Kylian Mbappe-Lottin, misalnya, kian padu dengan duo striker Antoine Griezmann dan Olivier Giroud berkat kepercayaan Pelatih Didier Deschamps yang rutin memainkan mereka di Rusia. Teknik olah bola, kecepatan dribel, dan pergerakan tanpa bola ketiganya akan menjadi teror bagi Jerman.
Tidak hanya punya lini depan menakutkan, Perancis juga tangguh di belakang. Gawang mereka sulit dibobol, termasuk dari Belanda, tim yang melumat Jerman 3-0, akhir pekan lalu. Tim ”Oranye” sempat mereka bekap 2-1 di duel Liga Nasional sebelumnya.
Perancis juga kaya dengan pilihan pemain. Absennya bek-bek tangguh, seperti Samuel Umtiti dan Raphael Varane, misalnya, masih bisa ditutupi oleh pemain serba bisa seperti Benjamin Pavard dan Lucas Hernandez. Mereka sama bagusnya sebagai bek tengah atau bek sayap di era Deschamps yang menyukai sistem pertahanan zonasi.
Diakui Loew, dirinya kembali dalam tekanan besar jelang duel itu. ”Itu realitas yang harus kami jalani. Namun, tugas saya adalah menyiapkan sebaik mungkin tim ini untuk laga kontra Perancis,” tutur Loew yang kontraknya diperpanjang hingga 2022.
Sementara itu, Italia menepis keraguan dengan membekap tuan rumah Polandia 1-0, Senin dini hari WIB, lewat gol Cristiano Biraghi. (AFP/JON)