Adi dan Diva Raih Pengalaman Berharga di Olimpiade Remaja
Oleh
korano nicolash lms
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Cuaca dingin dan makanan menjadi kendala bagi sprinter muda Indonesia Adi Ramli Sidiq dan peloncat galah putri Diva Renatta Jayadi, pada Olimpiade Remaja di Buenos Aires, Argentina. Mereka pun belum mampu mempersembahkan prestasi di ajang yang belangsung 6-18 Oktober itu. Namun, Adi dan Diva memetik pelajaran yang sangat berharga untuk memperbaiki diri.
Meskipun menghadapi cuaca dingin saat lomba, Adi Ramli tetap memberikan yang terbaik. Dia pun memperbaiki catatan waktu personalnya pada heat 3 babak kedua nomor 100 meter putra. Pada heat 1 babak pertama, Jumat (12/10), di Stadion Parque Polideportivo Roca, Buenos Aires, Adi mencatatkan waktu 11,26 detik.
“Pada stage 2 nomor 100 meter Adi mampu menyelesaikan dengan waktu 10,59 detik sekali pun harus bertarung di bawah kendala suhu yang rendah serta makanan yang tidak cocok di Buenos Aires,”ujar Tigor M Tanjung Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), Selasa (16/10).
“Tetapi secara keseluruhan Adi hanya bisa menempati peringkat 16 dari 38 peserta pada nomor 100 meter,” ujar Tigor.
Pada Stage 2 Heat 3 yang berlangsung Senin (15/10) malam waktu Argentina, atau Selasa (16/10) pagi WIB, Adi bersaing dengan tujuh sprinter muda lainnya. Catatan waktu Adi, 10,59 detik, sebenarnya sama dengan Tadeas Formanek asal Ceko. Namun Tadeas berhak menjadi yang finis pertama berdasarkan analisis foto finis, di mana dia memiliki reaksi 0,166 detik dan menyentuh garis finis lebih dahulu.
Finis di posisi kedua pada heat 3 babak kedua ini sudah menjadi catatan bagus bagi Adi Ramli. PB PASI memang tidak membenani atlet-atlet berusia di bawah 17 tahun yang berangkat dengan target medali. “Kami tidak pernah membebani anak-anak kami dengan target yang muluk-muluk. Kalau sudah bisa memperbaiki waktu, lemparan, lompatan atau tolakan pribadi, itu sudah bagus,”ujar Mustara Musa Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PASI.
Adi sudah memenuhi harapan PB PASI dengan memperbaiki catatan waktunya. Pada heat 1 babak pertama, Sabtu (13/10) pagi WIB, Adi finis ketiga dengan waktu 11,26 detik. Dia di belakang Lucas Rogrigues da Silva asal Brasil yang mencapai finis paling awal dengan waktu 11,04 detik. Sedangkan posisi kedua ditempati Romar Hariston Stapleton dari Saint Vincent dan Grenadines (sebuah negara di Karibia) dengan waktu 11,16 detik.
Sedangkan pada heat 3 babak kedua, Adi finis kedua dengan waktu 10,59 detik. Adi meninggalkan enam sprinter lainnya. Masing-masing Stapleton yang mencapai finis dengan waktu 10,67 detik, Rafat Lupinski dari Polandia (10,73 detik), Luis Rodriguez asal Puerto Rico (10,77 detik), Dominik Illovszky dari Hongaria (10,82 detik), Gary Rankin asal Kepulauan Kaiman (10,83 detik), serta Martin Alejandro Loera Trujillo dari Meksiko dengan waktu 10,88 detik.
Loncat galah putri
Sedangkan Diva yang lolos kualifikasi, pada babak kedua mampu melalui mistar setinggi 3,52 meter. Babak itu sekaligus menjadi final nomor lompat galah putri Olimpiade Remaja. Diva hanya mencapai posisi 13 dari 15 peserta. Di posisi 13 Diva bersama Ana Chacon dari Spanyol, dan Sumeyye Kinar asal Turki. Mereka bertiga sama-sama gagal pada babak pertama, tetapi mampu melewati mistar setinggi 3,52 meter pada babak kedua.
“Bagi Diva yang harus menyelesaikan stage 1 dan stage 2 bersama 15 peserta, cuaca tentu menjadi persoalan, karena Diva harus menunggu dalam suhu yang rendah saat lawan-lawannya menyelesaikan lompatan mereka” ujar Tigor.
"Tentu masalah cuaca maupun makanan bisa menjadi pengalaman berharga bagi mereka yang memang masih di bawah 17 tahun. Sebab mereka tentu masih akan mengikuti kejuaraan lain yang berada di luar negeri yang mungkin dengan kondisi suhu dan makanan yang tidak jauh berbeda dengan yang mereka alami kali ini," lanjut Tigor.
"Kami sebenarnya tidak ingin menjadikan masalah makanan dan cuaca ini sebagai alasan. Tetapi karena ini merupakan pengalaman pertama kali bagi mereka, tentu ke depan mereka sudah jauh lebih siap bila menghadapi dengan kondisi seperti itu lagi,” tegas Mustara yang juga staf pengajar di Universitas Negeri Jakarta.
Peraih medali emas nomor lompat galah putri Olimpiade Remaja yakni Leni Freyja Wildgrube dari Jerman dengan loncatan 3,92 meter pada babak pertama dan 4,17 meter pada babak kedua. Sementara Emma Brentel dari Prancis meraih medali perak dengan loncatan pada babak pertama setinggi 3,90 meter, kemudian meningkat menjadi 3,92 meter pada babak kedua. Medali perunggunya diraih Krystsina Kantsavenka dari Belarus. Dia melakukan loncatan 3,75 meter pada babak pertama dan 3,97 meter pada babak kedua.
Olimpiade Remaja 2018 diikuti 3.997 atlet dari 206 negara dan memperebutkan 241 medali dari 32 cabang olahraga pada 6-18 Oktober.