SEVILLA, SENIN Tim nasional sepak bola Inggris menyingkap wajah barunya yang terlihat lebih garang ketika menjungkalkan Spanyol, 3-2, di Liga Nasional Eropa, Senin (16/10/2018) dini hari WIB. Ini menjadi kemenangan monumental bagi tim ”Tiga Singa” karena untuk pertama kali dalam 31 tahun mampu membekap Spanyol di rumahnya sendiri.
Pelatih Inggris Gareth Southgate melakukan langkah berani pada laga ini dengan menanggalkan skema favoritnya, 3-5-2. Padahal, formasi yang bertumpu pada dua striker dan tiga bek itu telah lama dipakai skuad Tiga Singa dan sukses membawa mereka ke semifinal Piala Dunia Rusia 2018.
Southgate ingin Inggris terus berevolusi guna mengoptimalkan perkembangan para talentanya. Saat melawan Spanyol di Sevilla, Southgate memainkan formasi 4-3-3, yang identik dengan pakem tuan rumah, untuk mengakomodasi tiga penyerangnya sekaligus, yaitu Harry Kane di tengah, Raheem Sterling di kanan, dan Marcus Rashford di kiri.
Evolusi itu berbuah hasil manis. Meskipun sulit mengimbangi penguasaan bola Spanyol, Inggris terlihat lebih mematikan ketika menguasai bola. Formasi itu mampu mengoptimalkan kecepatan Sterling dan Rashford di sisi lebar pertahanan Spanyol. Serangan balik mereka pun sangat mematikan, itu terbukti dari gol pertamanya yang dicetak Sterling pada menit ke-16.
Sterling menyumbang dua gol, sedangkan satu gol lainnya dibuat Rashford. Penampilan Sterling itu sangat istimewa karena mengakhiri tiga tahun paceklik golnya bersama Inggris. ”Kualitas penampilan kami sangat bagus.
Kami bermain dengan berani, memanfaatkan bola dengan nyali tinggi. Ini referensi yang bagus untuk masa depan tim ini,” ujar Southgate memuji mentalitas pasukannya yang rata-rata berusia 23,4 tahun.
Kemenangan itu menunaikan dendam Inggris atas kekalahan dari Spanyol, 1-2, pada pertemuan di London, bulan lalu. Kemenangan itu juga menjadi pembuktian Inggris, mereka tidak lagi inferior terhadap tim-tim besar. Tiga Singa memiliki rekor buruk atas tim-tim raksasa pada laga kompetitif.
Seperti pada Piala Dunia Rusia lalu, mereka dua kali dibekap Belgia pada penyisihan grup dan perebutan peringkat ketiga.
Kemenangan atas Spanyol itu menjadi capaian terbaik Inggris sejak membekap Jerman, 5-1, di Muenchen, pada 2001. Sebelum laga di Sevilla, Inggris tidak pernah bisa menang di Spanyol dalam 31 tahun. Sterling dan rekan-rekannya kini menyamai capaian para legenda Inggris, seperti Gary Lineker yang menghajar ”La Furia Roja”, 4-2, di Spanyol pada 1987. Ketika itu, Lineker memborong semua gol Inggris.
Tiga Singa pun kini kian percaya diri dan yakin berada di jalur tepat untuk menjadi tim yang hebat, setidaknya di Eropa. ”Laga tadi luar biasa. Spanyol barangkali merupakan salah satu tim yang paling tajam di dunia saat ini. Namun, sebelum bertanding, kami yakin bisa mengalahkan mereka dan tampil tajam,” kata Kane, striker Inggris yang menyumbang dua asis pada laga itu.
Sebaliknya, kekalahan itu membuat La Furia Roja kembali membumi setelah ”terbang tinggi” semenjak dilatih mantan Pelatih Barcelona Luis Enrique setelah Piala Dunia Rusia. Spanyol sebelumnya selalu menang dan mengemas total 12 gol pada tiga laga bersama Enrique.
Enrique mengakui, timnya tampil buruk pada babak pertama sehingga kebobolan tiga gol. Namun, mereka nyaris mengejar pada babak kedua dengan dua gol dari Paco Alcacer dan Sergio Ramos. ”Penampilan kami di babak pertama menyedihkan. Kami terlalu banyak membuat kesalahan di level individu,” ujarnya.
Meskipun kalah, laga itu menunjukkan sedikit hal positif bagi Spanyol. Mereka tetap tajam, terutama dibuktikan oleh Alcacer yang mengemas rekor mengerikan. Ia telah mencetak 10 gol dari 10 tembakan, 3 gol untuk timnas Spanyol dan 7 gol untuk klubnya Borussia Dortmund. (AFP/Reuters/JON)