JAKARTA, KOMPAS - PSSI, otoritas tertinggi sepak bola Tanah Air, mengambil langkah berani dengan mempromosikan Bima Sakti Tukiman sebagai pelatih kepala timnas senior Indonesia, Minggu (21/10/2018). Bima diyakini sebagai sosok tepat menggantikan Luis Milla karena menghadirkan gairah muda di tim ”Garuda”.
Piala AFF, yang dimulai 8 November mendatang, akan menjadi panggung pertama Bima bersama Garuda. Bima akan menjadi orang Indonesia pertama yang tampil di turnamen sepak bola Asia Tenggara itu sebagai pelatih dan mantan pemain. ”Ini akan menjadi tantangan baru bagi Bima ataupun PSSI.
Bagi saya, ini adalah hal yang positif,” ujar Direktur Teknik PSSI Danurwindo saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Menurut Danurwindo, Bima merupakan sosok terbaik untuk memimpin Garuda saat ini setelah ditinggalkan Milla ke Spanyol. Milla, yang sempat tertunggak gajinya, tetapi telah dilunasi oleh PSSI, sebetulnya ditawari perpanjangan kontrak di tim Garuda. Namun, hingga dua kali tenggat waktu yang diberikan, ia belum memberikan jawaban positif terkait dengan tawaran tersebut.
”PSSI tidak ingin terus kehilangan waktu karena harus mulai berkonsentrasi (ke Piala AFF). Maka itu, diputuskan untuk tidak memperpanjang masa tunggu (Milla). Babak soal Milla kini kita tutup. PSSI menilai, Bima pelatih muda yang laik mengemban tugas sangat berat ini. Ia sudah lama terlibat dan sempat menjadi pelatih interim,” ujar Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono.
Danurwindo sependapat, PSSI harus fokus menatap ke depan dan jangan terus dibebani hal yang tidak pasti, yaitu kontrak baru Milla. ”Piala AFF kini sudah di depan mata. Bima Sakti telah dua tahun menjadi asisten Milla. Ia memahami karakter para pemain dan tahu persis gaya dan cara bermain Milla yang ingin terus dipertahankan,” tutur mantan pelatih yang ditugasi PSSI sebagai penasihat teknis Bima di timnas senior itu.
Danurwindo menambahkan, Bima memiliki keunggulan yang tidak dimiliki Milla, yaitu bahasa. Dengan tidak adanya kendala bahasa, komunikasi akan lebih maksimal. Kehadiran dua mantan pemain, yaitu Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy, sebagai asisten pelatih kian menghadirkan nuansa ”persahabatan” dan gairah muda di tim Garuda.
”Mereka telah mengerti satu sama lain karena menjadi teman, di dalam dan luar (lapangan). Mereka pernah bersama di tim Primavera (program pembinaan di Italia). Mereka dapat nyambung dan bisa saling mengkritisi satu sama lain,” ujarnya.
Pengangkatan Bima, yang pernah tiga kali turun di Piala AFF sebagai pemain, diharapkan dapat mengikuti jejak sukses negara tetangga, Thailand. Ketika mayoritas tim, termasuk Indonesia, diperkuat pelatih asing pada Piala AFF 2016, Thailand justru memercayakan mantan pemain, Kiatisuk Senamuang, sebagai nakhoda tim. Hasilnya, Thailand menjadi juara, mengalahkan Indonesia yang saat itu diasuh Alfred Riedl di final.
Bima mengaku siap dan bangga menjadi pelatih kepala timnas senior Indonesia. Ia menjanjikan prestasi di Piala AFF. ”Saya berterima kasih kepada PSSI atas kepercayaan ini. Tim pelatih dan pemain sudah mengenal baik dan berlatih sejak lama. Kami optimistis berprestasi di Piala AFF,” ujarnya. (JON/DEN)