Pelajaran dari Juventus
Juventus tidak hanya menang 1-0 atas Manchester United di Stadion Old Trafford. ”Si Nyonya Besar” juga mengajari MU cara bermain sepak bola.
Manchester, Rabu Juventus datang ke Stadion Old Trafford dan membuat sang tuan rumah, Manchester United, merasa inferior, Rabu (24/10/2018). Untuk pertama kalinya pula sejak 22 tahun silam, Manchester United merasa seperti kedatangan seorang guru besar sepak bola dari Italia.
Pada laga lanjutan Grup H Liga Champions itu, Juventus tampil bak tim tuan rumah. Mereka begitu mendominasi permainan, selalu berperan sebagai kubu penyerang, dan memiliki seorang bintang yang dielu-elukan fans MU, yaitu Cristiano Ronaldo. Old Trafford begitu merindukan Ronaldo yang pada tahun 2003-2009 dibesarkan di MU selama era kepelatihan Alex Ferguson.
Pada menit ke-17, Ronaldo mengirimkan umpan silang yang gagal dimanfaatkan Juan Cuadrado, tetapi justru jatuh ke kaki Paulo Dybala yang dengan mudah menceploskan bola ke gawang MU. Juventus pun menang, 1-0, pada malam itu.
Sementara itu, MU justru terkesan membiarkan para pemain Juventus bermain-main di area pertahanan mereka. ”Kami bermain melawan tim yang merupakan kandidat utama juara Liga Champions,” kata Pelatih MU Jose Mourinho.
Bukan hanya Ronaldo yang perlu dikhawatirkan, kata Mourinho, tetapi Juventus justru memiliki dua pemain yang mungkin kurang diperhatikan tetapi punya peran vital di lini belakang. Mereka adalah duo bek tengah Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini.
Kedua bek itu dengan mudah mematahkan serangan-serangan yang dilancarkan MU. Gelandang maupun penyerang Juventus pun tidak perlu repot memikirkan pertahanan dan hanya perlu berkonsentrasi membangun serangan.
”Bonucci dan Chiellini bisa pergi ke Universitas Harvard dan memberikan pelajaran tentang bagaimana menjadi bek tengah,” kata Mourinho berkelakar.
Apa yang dirasakan Mourinho juga pernah dirasakan oleh mantan pemain MU, Gary Neville.
Pada tahun 1996 ketika melawan Juventus yang dilatih Marcello Lippi, Neville merasa seperti sedang digurui. Ia dan rekan-rekannya bagaikan sekumpulan bocah yang sedang melawan para pria dewasa. Neville menuliskan pengalamannya itu dalam buku biografinya terbitan tahun 2011 yang berjudul Red.
Pada laga tahun 1996 itu, Juventus juga menang 1-0 atas MU di Old Trafford pada fase grup Liga Champions. Gol tunggal dicetak oleh Alessandro Del Piero melalui titik penalti. Itulah kemenangan terakhir Juventus di Old Trafford.
Setelah 22 tahun berlalu, ketika MU sudah menjadi klub terkaya di dunia, Mourinho justru ragu MU bisa sejajar dengan klub-klub elite lainnya.
”Menyamai level Juventus? Barcelona? Real Madrid? Manchester City? Bagaimana Anda bisa sejajar dengan mereka?” ujarnya.
Mourinho kemudian mengeluh karena tim seperti Juventus berani membeli Ronaldo atau mendatangkan kembali Bonucci dari AC Milan. Adapun dirinya merasa tidak didukung sepenuhnya dalam hal belanja pemain.
Padahal, MU sebenarnya memiliki beberapa pemain mahal, seperti Romelu Lukaku. Namun, striker asal Belgia ini tidak mencetak satu gol pun dalam delapan laga terakhir.
Ketika Mourinho mulai tertekan, Pelatih Juventus Massimiliano Allegri memberikan rahasia sederhana keberhasilan timnya. ”Pemain saya bisa membaca permainan. Mereka tahu kapan harus bermain pelan dan kapan harus bermain cepat,” katanya.
City melaju
Pada laga lain, Rabu dini hari WIB, tetangga MU, Manchester City, bernasib lebih baik. Mereka menang 3-0 atas Shakhtar Donetsk.
Ketiga gol itu dicetak oleh David Silva, Aymeric Laporte, dan Bernardo Silva. ”Penampilan kami pada babak pertama merupakan penampilan terbaik yang pernah saya lihat dalam tiga musim terakhir,” ujar Pelatih City Pep Guardiola.
Dari tiga laga di Liga Champions, City baru kalah sekali saat melawan Lyon. Mereka kini menduduki puncak klasemen Grup F dengan enam poin.
Rival Juventus di Italia, AS Roma, juga menang 3-0 atas CSKA Moskwa di Stadion Olimpico, Roma. Penyerang Roma, Edin Dzeko, berperan besar dengan mencetak dua gol dan satu asis. Kemenangan ini membuat Roma menjadi lebih percaya diri. (AP/AFP/REUTERS/DEN)