Dana Tak Dibagi Rata
Di tengah pagu anggaran pada 2019 yang terbatas, Kemenpora akan menggunakan anggaran seefektif dan seefisien mungkin, antara lain tidak dibagi rata ke semua cabang olahraga.
JAKARTA, KOMPAS Dengan anggaran yang terbatas, Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak akan lagi membagi rata uang pembinaan atlet ataupun untuk program pelatnas ke semua cabang olahraga.
Anggaran yang ada akan difokuskan untuk cabang ataupun nomor andalan yang bisa lolos dan berprestasi di Olimpiade Tokyo 2020. Indonesia punya potensi meloloskan sekitar 30 atlet dari 10 cabang ke Tokyo 2020.
Kemenpora dan Komisi X DPR menyepakati pagu anggaran Kemenpora untuk tahun 2019 sebesar Rp 1,951 triliun dalam rapat kerja di Ruang Rapat Komisi X DPR, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Dalam rapat terungkap, Kemenpora menyiapkan pagu anggaran terbesar di Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional, yakni Rp 986 miliar, dari lima bidang.
Dari Rp 986 miliar itu, sekitar Rp 500 miliar difokuskan untuk pembinaan atlet ataupun untuk program pelatnas sepanjang 2019. Nilai tersebut jauh menurun dibandingkan dengan anggaran untuk program yang sama pada 2018, yakni Rp 735 miliar.
Deputi IV Kemenpora Mulyana ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat (26/10), mengatakan, anggaran untuk pembinaan atlet dan pelatnas 2019 sangat terbatas dibandingkan dengan anggaran 2018.
Untuk itu, Kemenpora tidak akan lagi bagi-bagi anggaran ke semua cabang, tetapi fokus ke cabang-cabang yang punya potensi berprestasi, terutama di Olimpiade 2020.
”Apalagi, banyak cabang yang tak lagi bertanding di SEA Games 2019 ataupun Olimpiade 2020, seperti bola tangan, bridge, jet ski, kabaddi, kurash, paralayang, dan sambo,” ujar Mulyana.
Menurut Mulyana, Indonesia punya potensi meloloskan atlet dan berprestasi dari 10 cabang pada Olimpiade 2020, antara lain angkat besi, atletik, bulu tangkis, panjat tebing, renang, rowing, taekwondo, dan tenis. Indonesia menargetkan minimal 30 atlet dari cabang-cabang tersebut bisa lolos ke Olimpiade.
”Namun, ini masih harus dibahas lebih dalam, terutama nomor-nomor apa saja persisnya yang punya potensi itu sehingga pemanfaatan anggaran yang terbatas ini bisa benar-benar optimal,” ucap Mulyana.
Dengan pola itu, atlet-atlet dari cabang-cabang andalan akan mendapatkan prioritas ikut sejumlah seri kejuaraan dunia yang menjadi bagian kualifikasi atau pengumpulan poin untuk lolos Olimpiade.
”Kalau lolos Olimpiade, atlet-atlet itu sudah pasti bisa bersaing di SEA Games nanti. Sisanya, sekitar 60 persen dari 600-an atlet yang akan dikirim ke SEA Games merupakan atlet muda yang masuk program regenerasi,” ujar Mulyana.
Di samping itu, Mulyana mengatakan, Kemenpora juga berupaya mencari sumber pendanaan lain dari dunia usaha, BUMN, ataupun swasta. ”Program bapak asuh kemungkinan bisa dilakukan lagi di tengah anggaran terbatas ini.
Namun, cabang harus membuat perencanaan yang baik agar dunia usaha tertarik membantu. Apalagi, kita sudah dapat momentum positif dari kesuksesan di Asian Games 2018 kemarin,” ujarnya.
Menpora Imam Nahrawi pun menyampaikan, anggaran yang terbatas itu menjadi tantangan bagi Kemenpora agar turut berpikir mencari sumber pendanaan lain. ”Kami akan berusaha agar dunia usaha, terutama BUMN, supaya turut membantu pengembangan olahraga nasional,” kata Imam.
Untuk menembus Olimpiade 2020, cabang atletik sudah memproyeksikan atlet-atlet unggulan. Salah satunya sprinter Lalu Muhammad Zohri. ”Kita sudah memproyeksikan siapa atlet yang akan turun di SEA Games 2019 Manila, Kejuaraan Asia, kejuaraan dunia, dan kejuaraan lain,” ujar Sekretaris Jenderal PASI Tigor M Tanjung di Stadion Madya, Jakarta, kemarin.
Tigor menegaskan, hanya turnamen besar yang memiliki poin tinggi yang akan diikuti Zohri dan atlet-atlet unggulan. Kejuaraan Asia di Doha, 21-24 April 2019, menjadi target awal. (DRI/E20)