Rifda Irfanaluthfi melirik Kejuaraan Dunia 2019 sebagai pintu masuk menuju Olimpiade Tokyo 2020. Program persiapan ke Amerika Serikat mutlak dilakukan untuk mencapai level elite.
JAKARTA, KOMPAS Kedewasaan penampilan pesenam artistik nasional Rifda Irfanaluthfi terpancar pada babak kualifikasi Kejuaraan Dunia 2018 di Doha, Qatar. Namun, hal itu belum cukup menyejajarkannya dengan pesenam elite dunia.
Pesenam berusia 19 tahun itu tampil tanpa kesalahan berarti. Pada kualifikasi, Minggu (28/10/2018), Rifda dengan tenang menyelesaikan gerakan dalam nomor kuda-kuda lompat, palang bertingkat, balok keseimbangan, dan senam lantai tanpa terjatuh.
Dari empat nomor itu, di keseluruhan individu, Rifda mencatat nilai total 49,266. Nilai itu hanya membawanya duduk di peringkat ke-57 dari 148 pesenam.
Rifda masih jauh tertinggal dari pesenam Amerika Serikat, peraih 10 emas Kejuaraan Dunia, Simone Biles, di peringkat pertama dengan 60,965; rekan senegaranya, Morgan Hudd (56,465) di peringkat kedua; dan peringkat ketiga asal Jepang, Mai Murakami (55,632).
Nilai Rifda tertinggal karena tingkat kesulitan gerakan yang lebih rendah. Prestasi terbaiknya hanya peringkat ke-46 di balok keseimbangan. Peraih perak nomor senam lantai Asian Games 2018 itu tidak masuk ke babak final di semua nomor.
Pelatih senam nasional, Eva Novalina Butar Butar, yang dihubungi saat berada di Doha, Senin (29/10), tidak khawatir dengan hasil itu. Karena Kejuaraan Dunia di Doha adalah ajang untuk membentuk mental Rifda.
Doha memang menjadi ajang kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020, tetapi khusus untuk tim. Adapun Rifda hanya tampil dalam nomor individu.
Menurut Eva, target utama Rifda menuju Olimpiade adalah melalui Kejuaraan Dunia Stuttgart yang digelar Oktober 2019. Stuttgart menjadi babak kualifikasi tim dan individu. Dalam nomor individu, 20 pesenam terbaik nomor all round dan 12 pesenam, masing-masing tiga teratas pada empat nomor individu, berhak lolos ke Tokyo.
”Peluangnya ada di Stuttgart. Kalau kualifikasi lain cukup berat karena harus bermain tim ataupun meraih emas dalam nomor individu,” kata ratu senam Asia Tenggara pada era 1980-an itu.
Kans lolos lewat Stuttgart cukup besar karena pesenam yang sudah lolos lewat tim tidak bersaing lagi di individu. Pesaing Rifda dari level elite akan berkurang 48 pesenam, yakni masing-masing 4 pesenam dari 12 tim di Doha dan Stuttgart.
Namun, kehadiran pesenam dunia lain yang tidak hadir di Doha patut diwaspadai. Biasanya pesenam baru aktif mengikuti Kejuaraan Dunia setahun sebelum Olimpiade. Seperti pada Glasgow 2015, pesertanya mencapai 261 atlet atau hampir dua kali lipat dari peserta di Doha tahun ini.
Demi mengamankan tiket lewat Stuttgart, Rifda dituntut meningkatkan gerakan. Ia memiliki waktu 11 bulan untuk memastikan tiket ke Tokyo lewat Stuttgart. Setelah itu, masih ada satu tahun dalam perjalanan ke Olimpiade, untuk menyejajarkan kemampuan dengan pesenam level elite dunia.
Menuju Amerika
Eva saat ini sedang menyiapkan strategi untuk menentukan program latihan yang tepat untuk Rifda. Menurut rencana, Rifda akan dibawa berlatih ke AS yang merupakan penguasa senam putri dunia. ”Tinggal memilih klubnya saja,” katanya.
Meski begitu, program di AS akan menyesuaikan dengan kemampuan Rifda dan kompetisi yang akan diikuti sebelum ke Stuttgart. ”Kalau digembleng total dalam setahun, saya belum yakin Rifda kuat karena persiapan ke Olimpiade pasti lebih gila-gilaan,” kata Eva.
Di sisi lain, program panjang ke AS juga menemui kendala lain. Rifda sedang fokus untuk menyelesaikan kuliahnya. Ia sudah cuti satu semester saat persiapan Asian Games 2018. Karena itu, ia mengejar tugas kuliah yang menumpuk dari semester lalu.
”Penginnya sih fokus kuliah dulu untuk mengejar semester kemarin,” ujar mahasiswi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Negeri Jakarta itu.
Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia sedang menyusun anggaran untuk program 2019. Prioritasnya adalah membawa Rifda menjalani program pemusatan latihan di luar negeri dan beberapa kejuaraan internasional.
Keseriusan ini untuk mewujudkan mimpi memiliki pesenam olimpian pertama. Jumlah pesenam putri yang akan berlomba di Tokyo adalah 98 atlet. Sebanyak 96 atlet dari kualifikasi, satu atlet jatah tuan rumah, dan 1 atlet undangan. (Kelvin Hianusa)