Kejuaraan Dunia Angkat Besi di Turkmenistan menjadi ajang pembuktian kemampuan bagi para lifter ”Merah Putih” untuk berlomba di kategori baru dan menembus standar rekor dunia.
ASHGABAT, RABU Era baru angkat besi dunia dimulai pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi di Ashgabat, Turkmenistan, Kamis-Sabtu (1-10/11/2018). Federasi Angkat Besi Dunia (IWF) meluncurkan standar rekor dunia untuk kategori lomba baru. Dengan standar yang baru itu, diharapkan para lifter berlomba-lomba mengukir sejarah dengan menembus rekor dunia.
Anggota Komite Kepelatihan dan Penelitian IWF, Aveenash Pandoo, Rabu (31/10/2018), dari Ashgabat mengatakan, standar rekor dunia dibuat berdasarkan fakta-fakta ilmiah yang menunjukkan peningkatan kurva jumlah angkatan dengan mempertimbangkan kategori lomba baru. Penyusunan standar rekor dunia itu dibuat dengan mempertimbangkan banyak faktor.
Tujuannya, menciptakan peluang pemecahan rekor yang lebih baik, merangkul lebih banyak lifter dari sejumlah negara, dan meningkatkan persaingan.
Pengumuman rekor baru disampaikan IWF melalui situs resmi mereka, kemarin. Standar rekor dunia berlaku untuk 20 kategori lomba baru bagi lifter putra dan putri. Perubahan kategori lomba pernah dilakukan IWF pada 1973 dan 1993.
IWF menetapkan, standar pemecahan rekor untuk kelas 61 kg adalah total angkatan 312 kg, snatch 144 kg, clean and jerk 173 kg. Lifter peraih tiga medali Olimpiade dan emas Asian Games 2018, Eko Yuli Irawan, pernah mencapai jumlah angkatan total 312 kg ketika bermain di kelas 62 kg pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Namun, saat ini Eko belum kembali pada jumlah angkatan tersebut. Dalam latihan, jumlah angkatan Eko masih 305 kg (snatch 135 kg, clean and jerk 170 kg). ”Bagi saya, yang terpenting bisa mendapat medali. Kalau kondisinya memungkinkan, saya siap mencoba (menembus rekor). Tetapi, rekor dunia bukan misi utama,” ujar Eko.
Di Grup A, Eko akan bersaing dengan sembilan lawan tangguh dari delapan negara. Lawan terberat Eko adalah dua juara bertahan, Francisco Antonio Mosquera Valencia (Kolombia) dan Thach Kim Tuan (Vietnam). Pada Kejuaraan Dunia 2017, Valencia mengisi kelas 62 kg dan Kim Tuan bermain di kelas 56 kg. Di kelas ini juga ada dua lifter China, Qin Fulin dan Li Fabin.
Melihat banyak lawan tangguh, Eko tetap berusaha menikmati perlombaan dan bermain tanpa beban. ”Saya percaya dengan teknik dan kemampuan diri sendiri. Bagaimana hasilnya, itu belakangan. Hal yang utama adalah berjuang sebaik mungkin,” katanya.
Eko dijadwalkan berlomba pada Sabtu (3/11). Sebelum lomba, ia berlatih pada Rabu dan Kamis serta harus menjaga berat badannya agar sesuai kategori lomba. Saat ini, berat badan Eko 62,50 kg. Dia punya waktu tiga hari untuk menurunkan berat badan ke 61 kg.
Untuk bersaing di Ashgabat, tim ”Merah Putih” diperkuat 10 lifter, terdiri dari lima putra dan lima putri. Dalam kejuaraan yang termasuk kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 ini, Indonesia bersaing dengan 604 lifter dari 88 negara.
Berdasarkan daftar atlet, empat lifter andalan Indonesia akan bermain di Grup A, atau termasuk dalam daftar lifter dengan jumlah angkatan terbaik yang didaftarkan ke dewan juri. Mereka adalah Sri Wahyuni Agustiani (49 kg), Eko Yuli (61 kg), Deni (67 kg), dan Acchedya Jagaddhita (55 kg). Lima lifter mengisi Grup B dan satu lifter di Grup C.
Manajer tim angkat besi Indonesia, Sonny Kasiran, mengatakan, lifter Merah Putih ditargetkan dapat menembus posisi delapan besar dunia demi mengamankan tiket menuju Olimpiade. Empat lifter yang baru pertama kali tampil, yaitu Yolanda Putri, Rahmat Erwin Abdullah, Acchedya Jagaddhita, dan Nurul Akmal, juga diharapkan bisa menunjukkan performa terbaik mereka.
Menurut Sonny, dua remaja berusia 18 tahun diikutkan pada Kejuaraan Dunia untuk menjadi pelapis senior mereka. Yolanda Putri diikutkan sebagai pelapis Sri Wahyuni, sementara Erwin Abdullah jadi pelapis Triyatno. ”Selain ingin coba mendapatkan hasil terbaik, ini merupakan bentuk regenerasi,” kata Sonny.
Meski sudah beberapa kali tampil pada Kejuaraan Dunia, lifter kelas 73 kg, Triyatno, mengatakan, fokus, mental, dan keyakinan tidak begitu saja hadir.
”Besi tidak selalu berkaitan dengan kekuatan. Ada strategi dan banyak faktor non-teknis, hal itu harus selalu diperhatikan. Kalau ada faktor nonteknis yang mengganggu, jumlah angkatan juga terganggu,” katanya. (DNA)