Menjelang Liliyana Natsir pensiun, PP PBSI menyiapkan pemain untuk berpasangan dengan Tontowi Ahmad. Juara Olimpiade Rio de Janeiro 2016 itu kemungkinan akan menjalani pertandingan terakhir pada Indonesia Masters.
JAKARTA, KOMPAS Pemain ganda campuran Liliyana Natsir berencana pensiun sebagai atlet saat masa kontraknya dengan sponsor berakhir pada 2019. Indonesia Masters yang dilaksanakan pada 22-27 Januari 2019 di Jakarta kemungkinan akan menjadi turnamen terakhir bersama Tontowi Ahmad.
”Kontrak Butet (panggilan Liliyana) berakhir pada April 2019. Dia masih akan main bersama Owi di Fuzhou, China. Bersamaan dengan itu, saya pun harus menyiapkan Owi dengan pemain lain untuk Olimpiade Tokyo 2020,” kata pelatih ganda campuran, Richard Mainaky, setelah melatih Butet dan kawan-kawan di Pelatnas Cipayung, Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Owi/Butet menjadi salah satu dari lima ganda campuran Indonesia yang akan tampil dalam Fuzhou China Terbuka pada 6-11 November. Empat pasangan lainnya meliputi Rinov Rivaldy/Debby Susanto, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, dan Akbar Bintang Cahyono/Winny Oktavina Kandow.
Setelah itu, Owi akan berpasangan dengan Della Destiara Haris, yang selama ini bermain di ganda putri bersama Rizki Amelia Pradipta, pada Hongkong Terbuka, Kejuaraan Internasional Syed Modi di India, dan Korea Masters dalam tiga pekan beruntun. Ini menjadi salah satu rencana mencari penerus Owi/Butet untuk Olimpiade Tokyo 2020.
Sebelumnya, Richard mengatakan, Owi berpotensi berpasangan dengan Winny yang saat ini bermain bersama Akbar. ”Setelah berdiskusi dengan Ketua Bidang Pembinaan Prestasi (Susy Susanti), ada masukan untuk memasangkan Owi dengan Della yang sudah berpengalaman. Pelatih ganda putri juga setuju.
Saya akan mencoba melihat Owi dengan kedua pemain itu untuk dinilai mana pasangan yang lebih bagus,” tutur Richard.
Owi/Della atau Owi/Winny bersama Hafiz/Gloria dan Praveen/Melati diprioritaskan untuk mengikuti kualifikasi ganda campuran Olimpiade yang akan berlangsung 29 April 2019 hingga 26 April 2020. Jika ingin meraih kuota maksimal dua pasangan, minimal sebanyak dua ganda campuran harus berada di peringkat delapan besar dunia pada 30 April 2020.
Mengenai Butet, Richard tidak tertutup kemungkinan pemain berusia 33 tahun itu akan bermain dengan atlet lain sebelum masa kontraknya habis. Sementara Indonesia Masters kemungkinan akan menjadi turnamen terakhir Butet bersama Owi.
”Turnamen terakhir biasanya di negara sendiri sebagai perpisahan kepada penonton juga,” ujar Richard yang telah mengantarkan Owi/Butet menjuarai All England, Kejuaraan Dunia, dan Olimpiade ini.
”Saya tidak tahu, setelah itu, Butet akan membantu di bulu tangkis atau tidak. Saya sih inginnya dia membantu saya. Tetapi, yang jelas, dia sudah punya bisnis,” kata Richard.
Atur pola latihan
Setelah tampil dalam Perancis Terbuka (23-28 Oktober), tim bulu tangkis Indonesia akan mengikuti China Terbuka (6-11 November) dan Hong Kong Terbuka pada pekan berikutnya. Dengan jeda waktu pendek dan lokasi di antara dua turnamen yang berjauhan, pola latihan pun diatur agar atlet dapat tetap tampil maksimal.
”Mau bagaimana lagi, jadwalnya memang seperti itu. Meski perlu waktu istirahat untuk menghilangkan jetlag, atlet harus tetap berlatih agar kondisi mereka tidak terlalu menurun karena istirahat terlalu lama,” kata Richard.
Pola latihan pun diatur agar atlet tidak terlalu lelah. ”Saat intensitas latihan sudah tinggi, tidak dipaksakan dinaikkan lagi. Harus diatur dengan waktu istirahat untuk pemulihan,” ucap Richard.
Pemain ganda putra Hendra Setiawan mengatakan, menghilangkan jetlag menjadi bagian tersulit dengan jeda waktu yang pendek dan lokasi turnamen yang berjauhan. ”Saya sulit menghilangkan jetlag saat pulang ke Indonesia, tetapi harus tetap latihan. Hanya saja, latihannya diatur agar tak terlalu capai,” kata Hendra yang bersama Ahsan menjadi salah satu dari lima ganda putra yang akan tampil di China Terbuka. (IYA)